Venom pertama kali debut di film live action lewat Spider-Man 3 (2007). Berhubung kisah tentang semesta Spider-Man versi Tobey Maguire telah berakhir, Sony Pictures membuat film Venom (2018) baru yang berada di bawah Sony’s Spider-Man Universe (SSU). Yang cukup menarik, karakter Eddie Brock atau Venom di SSU diperankan oleh Tom Hardy.
Film pertama Venom sukses besar, bahkan sampai membuat Sony Pictures enggak ragu merilis sekuelnya yang diberi judul Venom: Let There Be Carnage (2021). Walau sudah ada dua film Venom yang dirilis, tetap saja ada penggemar yang mengkritik desain Venom yang dianggap kurang akurat dengan komiknya, terutama di bagian mata dan mulutnya yang dianggap kurang semenyeramkan di komik.
Artist Venom beri pembelaan
Bertahun-tahun dua film Venom telah dirilis, kritik tentang desain karakternya masih saja jadi pembahasan. Alhasil, salah satu 3D artist yang mengerjakan desain Venom versi live action, yaitu Henning Sanden, buka suara menanggapi kritik penggemar. Sanden memberikan pembelaan bahwa unsur politik memengaruhi hasil akhir desain Venom di filmnya.
Lewat akun X-nya, Sanden berkata, “Sebagai seseorang yang ikut mengerjakan Venom (kamu bisa melihat tekstur buatan saya pada gambar ini), izinkan saya memberi tahu bahwa ada banyak politik yang terlibat dengan hukum atas hak materi sumber, dll. Publik benar-benar enggak tahu alasan mengapa sesuatu bisa terlihat seperti itu hanya dengan menilai hasil akhirnya.”
Masih di thread yang sama, Sanden menegaskan bahwa bekerja di bawah studio tentunya tidak bisa sebebas saat kerja untuk kepuasan sendiri karena melibatkan politik dan masukan dari banyak orang di studio.
Apa pendapat kamu tentang pernyataannya salah satu 3D artist Venom tentang karakter di film yang tidak akurat dengan komiknya? Jangan lupa ikuti terus KINCIR buat dapatin berbagai informasi seputar film lainnya, ya!