Film adalah pembuka gerbang menuju ke berbagai dunia baru. Ada begitu banyak pengetahuan, ide, mitos, kreativitas, hingga budaya yang ada di dalamnya. Kombinasi yang menarik itu menimbulkan banyak reaksi; mulai dari sedih, senang, marah, fanatik, ngefans, terinspirasi, sampai berpikiran aneh-aneh.
Nah, yang terakhir ini kerap bikin kreativitas penonton melebar ke mana-mana sampai menciptakan banyak teori “konspirasi” alias fan theories. Dari berbagai macam teori fans yang ada di dunia perfilman, beberapa cukup heboh hingga diyakini benar-benar terjadi. Apa saja teori konspirasi tersebut? Ini dia:
Teori gelap fans tentang film yang terlalu mind-blowing!
Teori “Code Name” James Bond
James Bond diangkat dari novel Ian Fleming yang merupakan franchise film unik dengan berbagai karakteristik khas. Salah satu yang paling unik adalah pemain yang selalu berganti dalam periode tertentu.
Dr. No hingga Diamonds are Forever diperankan oleh Sean Connery, kecuali On Her Majesty’s Secret Service yang pernah diperankan oleh George Lazenby dan dirilis sebelum Diamonds are Forever.
Kemudian, Live and Let Die hingga A View to a Kill diperankan Roger Moore. Timothy Dalton memerankan The Living Daylights dan License to Kill, sementara GoldenEye hingga Die Another Die diperankan Pierce Brosnan. Yang terakhir, Casino Royale hingga No Time to Die diperankan Daniel Craig.
Perbedaan pemeran ini bisa dimaklumi sebagai variasi unik dan kekhasan dari James Bond. Namun, banyak yang berpikir bahwa James Bond bukan nama asli, melainkan code name. Jadi, setiap pemeran berganti, sejatinya James Bond sebelumnya meninggal dunia, dan James Bond selanjutnya dicuci otak supaya mengira dirinya memang James Bond alias 007. Teori ini bikin enggak nyaman karena seolah menempatkan MI6 sebagai badan intelijen yang kejam dan menyimpan rahasia gelap.
Namun, teori ini enggak valid, lantaran James Bond memang nama asli dari sang agen. Ini dibuktikan lewat film Skyfall di mana nama belakang kedua orang tua James Bond memang Bond.
Selain itu, Diamonds are Forever terlihat melanjutkan cerita On Her Majesty’s Secret Service walau berbeda pemain, dan Roger Moore sebagai James Bond digambarkan mengunjungi makam Tracy di Vincenzo, istrinya yang meninggal dalam On Her Majesty’s Secret Service.
Nobita adalah anak dengan kelainan mental
Teori gelap lain muncul dari film kartun ceria kesukaaan anak-anak: Doraemon. Doraemon adalah simbol harapan bagi anak kuper dan pemalas seperti Nobita, sekaligus simbol masa depan yang penuh kecanggihan. Semua anak pasti pernah berharap memiliki satu Doraemon, kendati di abad-22 ia adalah salah satu produk gagal.
Namun, pernah muncul teori bahwa Doraemon hanyalah imajinasi dari Nobita. Sebetulnya, Nobita memiliki penyakit otak atau mental dan dia dalam kondisi koma/tidak sadar. Doraemon dan segala petualangannya hanyalah imajinasi Nobita. Jelas saja teori ini sangat dibenci dan dibantah oleh pemegang lisensi Doraemon.
Masih banyak teori lain seperti teori bahwa Doraemon diciptakan oleh Nobita sendiri di masa depan, tetapi teori Nobita sakit otak adalah teori menyeramkan dari fans yang populer karena plot twist-nya yang bernuansa muram.
Keluarga Dursley adalah Keluarga Baik
Keluarga Dursley, Vernon, Petunia, dan Dudley, kerap berlaku kasar pada Harry Potter yang notabene adalah anak Lily Potter, adik Petunia. Mereka memberikan kamar di bawah tangga, menyuruhnya mengerjakan banyak pekerjaan rumah, kasar kepadanya, hingga kerap menyalahkan Potter atas banyak hal yang enggak pernah ia lakukan.
Namun, ada teori: Keluarga Dursley sebenarnya baik.
Ya, teori ini mulai diyakini beberapa orang karena Harry Potter adalah salah satu Horcrux dari Lord Voldemort. Horcrux Voldemort memang memberikan pengaruh buruk luar biasa kepada orang-orang di dekatnya. Jadi, bisa saja kelakuan menyebalkan keluarga Dursley selama ini enggak terjadi karena mereka memang jahat, tetapi karena mereka terpengaruh Horcrux yang enggak lain adalah Harry Potter itu sendiri.
Bagaimana menurutmu, Potterhead? Teori ini membuat kita merasa kasihan atas banyak hal yang terjadi pada keluarga Dursley tentunya, seperti tragedi ular di kebun binatang, Dudley yang memiliki ekor babi, dan masih banyak lagi kesialan yang mereka alami.
Dr. Hammond “Jurassic Park” adalah penyebar teori konspirasi dinosaurus
Saat John Hammond mengkreasikan kembali dinosaurus di Jurrasic Park, banyak orang berpikir bahwa ia menemukan DNA dinosaurus yang dihisap oleh nyamuk purba, kemudian dibentuk kembali seperti aslinya dengan teknologi khusus. Namun, tahukah bahwa ada fan theory yang lebih mind-blowing daripada ide itu sendiri?
Dilansir Screenrant, dalam semesta Jurassic Park, sebetulnya dinosaurus enggak pernah ada. Teori ini juga bisa menjadi sindiran bagi teori dinosaurus yang ada di dunia kita. Ya, John Hammond sebetulnya menciptakan hewan-hewan baru yang merupakan imajinasinya dicampur dengan karakter hewan-hewan asli.
Kemudian, Hammond mengundang tiga ahli ke “taman bermain dinosaurus”-nya, agar ia bisa memanipulasi opini publik. Jika ketiga ahli itu percaya bahwa dinosaurus benar-benar pernah ada, maka publik pasti akan percaya, dan membuat Hammond mendulang banyak uang lantaran dianggap berhasil membangkitkan hewan yang punah.
Sampai sekarang, perdebatan memang selalu muncul di sekitar bagaimana bentuk dan cara hidup dinosaurus. Sebagian besar orang tentu meyakini dinosaurus sebagai sosok hewan sebagaimana adanya ia digambarkan buku-buku pengetahuan dan media. Sebagian kecil memercayai dinosaurus mungkin seperti ayam raksasa, dan ada pula yang meyakini bahwa keberadaannya sekadar mitos.
Semua film Joko Anwar saling dihubungkan oleh penjelajah waktu
Joko Anwar adalah salah satu sineas yang kerap membuat karya-karya mindblowing, terutama dalam genre horor. Kisah-kisah yang disajikan oleh sutradara Indonesia ini selalu out of the box dan kadang traumatis.
Joko Anwar pun terkenal suka membuat teori konspirasi dan juga franchise bersambung pada setiap ceritanya, seperti Pengabdi Setan 1 dan 2 atau Gundala-Sri Asih. Dan, Joko Anwar memang akan cenderung bekerja sama lagi dengan beberapa aktor yang memang sudah cocok dengannya.
Kompleksitas plot yang ditawarkan Joko Anwar sekaligus rahasia berlapis dalam banyak filmnya membuat pikiran penonton menjadi liar. Beberapa warganet bahkan pernah merumuskan teori konspirasi di balik film-film Joko Anwar.
Di Twitter, bahkan pernah bertebaran teori konspirasi terkait film-film Joko Anwar saat Pengabdi Setan dirilis. Misalnya, teori bahwa semua film saling berkesinambungan satu sama lain, mulai dari Kala, Pintu Terlarang, hingga Pengabdi Setan. Kesinambungan itu bahkan kerap diasosiasikan dengan sosok Fa hri Albar yang memang kerap main film Joko Anwar.
Sebagai Janus dalam Kala, Gambir dalam Pintu Terlarang, dan Batara dalam Pengabdi Setan, sosoknya dianggap sebagai penjelajah waktu yang abadi, entitas yang selalu ada dalam setiap dunia, tetapi bergonta-ganti nama. Apalagi, Janus diambil dari nama Dewa Romawi awal yang menguasai ruang dan waktu. Apakah betul? Tentu hanya Joko Anwar yang tahu.
Cooper enggak pernah kembali hidup-hidup dalam Interstellar
Interstellar adalah film fiksi ilmiah yang begitu padat, memusingkan (bagi sebagian besar penonton), tetapi untungnya memiliki ending yang baik. Benarkah seperti itu?
Cooper diajak mengikuti misi untuk pergi ke berbagai planet layak huni yang dapat diakses dengan lebih cepat menggunakan beberapa wormholes yang muncul ke luar angkasa. Pada akhirnya, ia bisa kembali tetapi anak-anaknya telah menua dan banyak penemuan canggih dibuat oleh Murphy, anak perempuannya, untuk mengatasi efek gravitasi.
Sebelum kembali, Cooper juga masuk ke dunia yang dibuat makhluk dimensi tinggi, melihat kehidupannya dalam kotak-kotak kronologi waktu, serta memberikan tanda kepada anaknya lewat buku yang jatuh. Semua kejadian ini terasa membingungkan, bertumpuk, bak mimpi. Ya, itulah fan theory-nya. Apa yang dilewati oleh Cooper hingga akhir bagian cuma mimpinya saat sekarat! Cooper sendiri sudah meninggal dunia sebelumnya dan ia enggak kembali.
Saat teori ini kamu aplikasikan ketika menonton Interstellar, mungkin nuansanya akan berbeda. Interstellar akan menjadi film luar angkasa yang megah sekaligus memberikan mimpi buruk yang random. Ada baiknya jika kamu sudah terlalu pusing dengan film ini, teori di atas enggak usah kamu yakini.
Kesalahan sudut pandang “Parasit” dalam Parasite
Parasite (2019), sebuah film sineas Korea Selatan pemenang Academy Awards yang mengandung sindiran terhadap kesenjangan sosial di Korea Selatan. Dalam film itu, diceritakan bagaimana keluarga miskin menjadi parasit bagi keluarga kaya yang mempekerjakan mereka, bahkan melakukan pembunuhan yang enggak direncanakan di bagian akhir. Semua itu membuat orang di kasta akar rumput terlihat sebagai parasit, tetapi benarkah itu yang terjadi?
Pada bagian akhir, kita melihat bahwa sang ayah dari keluarga Kim terperangkap di basement karena jika ia keluar, ia bisa terkena ancaman hukuman pembunuhan. Anaknya, membayangkan bisa membeli rumah itu dan membebaskan ayahnya. Semua hal yang dilakukan oleh keluarga Kim terasa seperti parasit, bahkan ketika sang ayah hidup di basement pada akhir cerita, seperti parasit yang enggak terlihat keberadaannya.
Namun, menurut Collider, betulkah mereka yang parasit? Di Korea Selatan dan berbagai negara lain, banyak kehidupan orang kaya yang begitu individualis, bahkan kekayaan mereka bisa didapatkan dari “menginjak orang kecil” lalu enggan berbagi.
Orang-orang kecil enggak akan bisa sekaya mereka –atau minimal memperbaiki kehidupan agar layak. Enggak ada kesempatan, semua kesempatan ditutup oleh mereka yang lebih punya kesempatan, terlebih di negara individualis dengan persaingan yang sangat ketat.
***
Apakah kamu percaya dengan fan theories di atas? Tentu kamu bisa mencari penjelasan sahihnya dari para sineas yang bersangkutan, karena enggak semua teori disetujui oleh sineas dan benar adanya.
Kebanyakan memang mengada-ada. Namun, kalau kamu percaya, tentu itu hak kamu karena film, adalah karya yang enggak hanya tergantung pada pembuatnya, tetapi juga penikmatnya.