*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Tersanjung the Movie yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Pada akhir tahun 1990-an sampai awal 2000-an, hampir semua ibu rumah tangga pada zaman itu membahas kisah seorang bernama Indah. Wanita malang yang hidupnya diliputi kesengsaraan. Kisah cintanya pun tak kalah nelangsa. Tujuh tahun tujuh musim, kisah Indah yang menguras perhatian dalam sinetron Tersanjung itu merajai rating televisi nasional selama bertahun-tahun.
Kini, dengan sebuah cerita baru, sinetron Tersanjung diangkat ke dalam sebuah film yang mestinya tayang di bioskop pada Maret 2020, yakni Tersanjung the Movie. Sayang, harapan itu pupus setelah pandemi menyerang.
Dengan ketidakjelasan jadwal, akhirnya diputuskan Tersanjung the Movie tayang di Netflix mulai 1 April 2021. Bagaimana keseruannya? Simak review khas KINCIR di bawah ini.
Tentang Yura dan Kisah Hidupnya yang Sengsara
Yura adalah seorang mahasiswa anak seorang musisi legendaris yang sudah tak terkenal. Keluarganya terlilit utang dan membuat Yura harus dijadikan ‘jaminan’ untuk melunasi utang-utang keluarganya dengan cara dijodohkan dengan keluarga orang kaya.
Sayang, sikap kurang ajar si calon suami membuat semua rencana itu berantakan. Beruntung Yura masih memiliki dua sahabat dekat: Oka dan Tian. Keduanya selalu ada untuk Yura. Hingga akhirnya Tian mengakui bahwa dirinya menaruh hati pada Yura.
Yura dan Tian pun berpacaran dan bertunangan. Sayang, Yura dan Tian melakukan hubungan yang seharusnya tidak mereka lakukan sebelum menikah, hingga Yura hamil. Saat itu, Tian tengah pergi ke Amerika untuk mengurusi bisnis keluarganya dan tak pernah kembali. Yura yang hamil harus berjuang sendirian.
Untungnya, Oka tak pernah meninggalkan Yura. Dia jadi malaikat bagi Yura. Lalu, bagaimana kisah hidup Yura selanjutnya? Akankan Oka jadi pria di masa depan Yura? atau Tian yang kemudian kembali dan sekali lagi memberi harapan? Simak kisahnya langsung di Netflix!
Kisah Klasik yang Dibalut Apik
Barangkali banyak yang underestimate dengan film ini. Khawatir dengan jalan ceritanya yang terlalu lumrah. Atau, gaya-gaya sinetron yang masih dibawa. Nyatanya, tidak!
Secara premis memang masih cukup klasik, tapi dengan gaya penceritaan yang baik, penonton bisa ikut terhanyut pada kisah hidup Yura. Segala keresahan yang dialami Yura, bisa tergambarkan apa adanya. Plotnya memang agak lambat, tapi sedikit demi sedikit konflik muncul silih berganti dengan baik.
Hingga pada satu jam terakhir, klimaks yang dinantikan penonton pun muncul. Konflik yang mungkin tidak terlalu diperhitungkan sebelumnya, terjawab satu per satu. Maka dari itu, meski jalan ceritanya masih klasik, dengan sedikit bumbu-bumbu sinetron, tapi tetap asik untuk ditonton.
Konflik Besar yang Antiklimaks
Sayangnya, ada konflik besar yang dibiarkan mengambang begitu saja, yakni ketika Yura mengetahui bahwa Tian meninggalkannya ke Amerika. Film serasa tak beranjak dari kejadian itu. Masalah yang terjadi hanya seputar Oka yang muncul sebagai sosok pria dambaan yang memang dibutuhkan Yura pada masa sulitnya.
Hingga Yura juga menaruh hati pada Oka. Sayang banget durasi yang tersisa cukup banyak itu tak mengembalikan sosok Tian pada kehidupan Yura. Membuat si pemeran utama kita ini kebingungan harus memilih Oka atau Tian. Yap, hal tersebut memang tidak ditampilkan. Alhasil, akhir kisahnya terasa kurang greget.
Kental dengan Nuansa 1998
Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan Pandhu AdjiSurya. Sebagaimana kita tahu, Hanung adalah tipikal sutradara yang benar-benar memperhatikan detail zaman.
Film ini berlatar pada 1998. Semua elemen dalam film ini disesuaikan dengan latarnya. Mulai dari pakaian, kendaraan, barang-barang, hingga hal-hal kecil disesuaikan dengan yang terjadi pada tahun tersebut. Bahkan di film ini juga diselipkan sinetron Tersanjung jadul yang terpampang di televisi.
Hanya saja, sedikit bocor ketika adegan Yura meratapi hidupnya di pinggir rel kereta api. Saat itu kereta api yang lewat adalah kereta dengan desain gerbong terbaru. Selebihnya, nyaris tanpa celah. Hal ini mengingatkan kita pada Hanung ketika menggarap film Habibie & Ainun (2012) dan Bumi Manusia (2019). Semua properti disiapkan dengan detail sesuai dengan latar film yang digarap.
Kualitas Gambar yang Juara
Tersanjung the Movie ini punya kualitas pengambilan gambar yang jauh di atas sinetron. Sutradara Hanung dan Pandhu mampu menyelaraskan warna dan tata letak kamera yang memberi kesan ‘dekat’ pada film berdurasi dua jam lebih ini.
Selain itu, beberapa kali penonton disuguhkan dengan pengambilan gambar yang asik, seperti lanskap kota, bangunan-bangunan tahun 1990-an, dan hal-hal lain yang membuat penonton jadi nyaman ketika menyaksikannya. Mungkin akan jauh lebih menyenangkan jika menonton film ini di layar lebar.
Selain itu, scoring yang dipakai juga terasa tepat dengan film. Pun lagu latar yang dipakai adalah lagu-lagu yang populer di akhir 1990-an. Semua terasa menyatu dengan sangat harmonis.
Dimainkan oleh Bintang Baru, Dilengkapi oleh Bintang Lawas
Film ini diperankan oleh Clara Bernadeth sebagai Yura, Giorgino Abraham sebagai Tian, dan Kevin Ardilova sebagai Oka. Mereka berkolaborasi dengan beberapa aktor senior, seperti Kinaryosih, Ermanto Kusumah, dan Djenar Maesa Ayu.
Satu lagi, ada penampilan spesial dari aktor sinetron idola 1990-an yang melengkapi film ini, yakni Ari Wibowo dan Feby Febiola. Keduanya juga membintangi sinetron Tersanjung tahun 1990-an.
***
Ingin menonton kisah sedihnya hidup seorang Yura? Saksikan Tersanjung the Movie di Netflix. Nah, buat kamu yang udah nungguin film adaptasi sinetron legendaris ini dan nonton filmnya, bagaimana pendapatmu? Bagikan pendapatmu di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya.