*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film We Can Be Heroes yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Kalian yang sekolah di era 2000-an, apakah kalian pernah nonton atau masih ingat dengan film The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D (2005)? Yap, film tersebut cukup sering ditayangkan saat liburan sekolah. 15 tahun setelah film yang dibintangi oleh Taylor Lautner tersebut dirilis, Sharkboy dan Lavagirl kembali lagi lewat film We Can Be Heroes!
Sudah bukan anak-anak lagi, Sharkboy dan Lavagirl telah memasuki usia dewasa di We Can Be Heroes. Yang lebih mengejutkan lagi, mereka diceritakan telah menikah dan memiliki satu anak perempuan yang bernama Guppy! Enggak hanya Sharkboy, Lavagirl, dan Guppy, film ini juga dimeriahkan oleh banyak karakter baru yang belum pernah muncul di The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D.
We Can Be Heroes berkisah tentang tim superhero bernama Heroics yang semua anggotanya diculik oleh sekelompok alien, termasuk Sharkboy dan Lavagirl. Melihat orang tua mereka diculik, anak-anak dari para anggota Heroics akhirnya memutuskan untuk bersatu dan menyelamatkan orang tua mereka. Seperti orang tuanya, sebagian besar anak-anaknya anggota Heroics juga memiliki kekuatan super.
Bagaimana keseruan film yang ditayangkan di Netflix ini? Langsung saja simak review KINCIR mengenai We Can Be Heroes berikut ini!
Hanya Mendompleng Nama Sharkboy dan Lavagirl
Alih-alih disebut sebagai sekuel langsungnya The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D, We Can Be Heroes lebih tepat disebut sebagai sekuel stand-alone. Walau ada Sharkboy dan Lavagirl, cerita di film ini sebenarnya sama sekali enggak berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di film pertamanya.
Fakta menariknya lagi, We Can Be Heroes sebenarnya digarap oleh sutradara yang juga menggarap The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D, yaitu Robert Rodriguez. Namun, Rodriguez memilih membuat cerita baru yang hanya sekadar meminjam karakter Sharkboy dan Lavagirl kemudian menjadikan mereka sebagai pemanis di We Can Be Heroes.
Yap, Sharkboy dan Lavagirl benar-benar hanya dijadikan pemanis dan daya tarik utama untuk We Can Be Heroes. Kenyataannya, kedua karakter tersebut enggak memberikan banyak kontribusi pada jalan cerita di film ini. Kehadiran Sharkboy dan Lavagirl hanya untuk memperjelas bahwa mereka punya anak berkekuatan super bernama Guppy. Pada akhirnya, Guppy-lah yang lebih banyak disorot di sepanjang film.
Dua hal yang menjadi nilai nostalgia di We Can Be Heroes, yaitu Sharkboy dan Lavagirl, benar-benar enggak dimaksimalkan di film ini. Lavagirl yang kembali diperankan oleh aktris di film pertamanya, yaitu Taylor Dooley, memiliki porsi kemunculan dan dialog yang sangat sedikit.
Yang mungkin membuat penggemar film pertamanya makin kecewa adalah Taylor Lautner enggak kembali memerankan Sharkboy di We Can Be Heroes. Selain itu, wajah Sharkboy selalu ditutup dengan topeng di sepanjang film dan sama sekali enggak memiliki dialog! Kalian yang termasuk penggemar film pertamanya mungkin bakal merasa kecewa dengan minimnya kemunculan Sharkboy dan Lavagirl.
Cerita yang Bisa Dinikmati oleh Penonton Baru
Buat yang belum pernah menonton The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D, kalian enggak perlu khawatir nantinya enggak bisa memahami cerita di We Can Be Heroes. Tanpa menonton film pertamanya, kalian dijamin bisa menikmati dan memahami cerita yang ada di film ini. Seperti yang telah disebutkan di poin sebelumnya, cerita di film ini sama sekali enggak berhubungan dengan film pertamanya.
Keputusan Rodriguez untuk menghadirkan kisah yang berbeda di We Can Be Heroes bisa dibilang ada kelebihan maupun kekurangannya. Kelebihannya, film ini tentunya bisa menarik minat penonton yang belum pernah menonton The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D, khususnya bagi generasi muda yang lahir selama era 2000-an. Apalagi, cerita di film ini memang menyasar segmen anak-anak yang pastinya baru lahir setelah 2005.
Kekurangannya, We Can Be Heroes tentunya bakal menjadi kekecewaan bagi para penggemar lamanya yang punya harapan bisa bernostalgia lewat film terbaru ini. Apalagi, We Can Be Heroes dipromosikan sebagai sekuelnya The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D sebelum filmnya dirilis. Embel-embel Sharkboy dan Lavagirl tentunya menjadi daya tarik utama untuk penggemar dewasa yang menantikan We Can Be Heroes.
Jika kalian mengesampingkan harapan untuk melihat lebih banyak aksi Sharkboy dan Lavagirl, cerita We Can Be Heroes sebenarnya cukup menghibur. Ditambah lagi, film ini juga bisa kalian tonton bersama keluarga di saat liburan akhir tahun saat ini. Ceritanya yang ringan dengan bumbu komedinya yang begitu pas membuat film ini cukup termaafkan untuk para penggemar lamanya.
Kehadiran Pedro Pascal yang memerankan Marcus Moreno juga cukup mencuri perhatian di We Can Be Heroes. Sebenarnya, Pascal juga enggak melakukan banyak aksi di film ini. Namun mengingat namanya sedang naik daun lewat The Mandalorian dan Wonder Woman 1984 (2020), keberadaan Pascal tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi We Can Be Heroes. Apalagi, Pascal kembali berperan sebagai ayah yang begitu mencintai anaknya, seperti perannya di Wonder Woman 1984.
Kembalinya Visual CGI yang Terkesan Low Budget
Menurut kalian, apa, sih, yang membuat The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D menjadi unik? Kalian mungkin setuju bahwa gaya visual CGI di film tersebut memanglah unik. Untuk ukuran film yang dirilis pada 2005, The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D menampilkan kualitas CGI yang terkesan low budget pada masanya.
Bukannya kekurangan bujet, gaya CGI yang terkesan low budget tersebut bisa dibilang merupakan ciri khasnya sutradara Robert Rodriguez. Jika kalian melihat rekam jejaknya Rodriguez, sang sutradara memang menggunakan CGI ala kartun atau video game di setiap film anak-anak yang digarapnya, termasuk seri film Spy Kids.
Seakan enggak mau menghilangkan ciri khasnya, Rodriguez kembali menghadirkan CGI ala kartun yang terkesan low budget di We Can Be Heroes. Namun jika dibandingkan The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D, kualitas CGI di film terbaru ini jauh meningkat pesat dan kesan low budget-nya pun bisa dibilang sedikit berkurang.
Selain kehadiran Sharkboy dan Lavagirl, gaya CGI yang ditampilkan di We Can Be Heroes juga menjadi salah satu nilai nostalgia di film ini. Gaya CGI-nya seakan mengajak kalian kembali ke era awal 2000-an ketika seri film Spy Kids dan film anak-anak lainnya begitu berjaya pada era tersebut. Ditambah lagi dengan visualnya yang penuh warna membuat film ini terasa begitu segar saat dipandang mata.
***
Bagi kalian para penggemar film pertamanya, lebih baik hilangkan ekspektasi bahwa We Can Be Heroes bakal menyajikan kisah yang berhubungan dengan The Adventures of Sharkboy and Lavagirl in 3-D. Di luar hal tersebut, film ini bisa dibilang merupakan angin segar di dunia film superhero yang kini masih didominasi oleh DC dan Marvel.
Penasaran dengan filmnya? Kalian bisa menonton We Can Be Heroes secara eksklusif di Netflix mulai 25 Desember 2020. Kalau kalian sudah nonton film ini, jangan lupa tulis penilaian kalian di kolom review yang ada di bagian atas artikel ini, ya!