*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran Film The Mule yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Pernahkah kalian nonton film tanpa melihat trailer, membaca sinopsis, dan memilih film karena poster? Cobalah untuk melakukannya lewat film The Mule ini dan kalian akan dapatkan kejutan. Terlihat dari posternya, film ini seakan nunjukkin makna terdalam kehidupan seorang manusia lewat perjalanan. Namun, ada embel-embel narkoba yang membumbui film ini jadi terasa “kriminalnya”.
Ceritanya, seorang pebisnis bunga bernama Earl Stone (Clint Easwood) bangkrut dan hilang arah karena enggak diterima di keluarganya. Makanya, demi diterima keluarga, Earl menerima tawaran untuk menjadi kurir narkoba karena tergiur imbalan yang besar.
Lewat uang tersebut, dia membantu perekonomian keluarga dan menjadi dermawan untuk sekelilingnya. Mampukah Earl kembali ke jalan yang benar dan sadar soal pentingnya keluarga dibandingkan pekerjaan?
Drama Kejahatan yang Penuh Kesan
Film The Mule punya plot yang mudah ditebak sebenarnya. Namun hebatnya, proses menyelesaikan plotnya yang enggak ketebak. Film ini dari awal terlihat kekuatan cerita dan kekuatan karakter. Keduanya sama-sama mengalir mengikuti perjalanan sepanjang film.
Buat sebagian orang yang udah berekspektasi film ini ada drama kriminal brutal, tampaknya bakal kecewa. Namun, buat kalian yang justru suka drama dan dialog penuh makna, film ini sempurna menampilkannya. Proses menyelesaikan plot tersebut yang jadi poin di sini.
Drama mature yang ditampilkan begitu dalam. Bahkan, komedi yang ditunjukkan enggak terlalu terasa. Justru kalian bakal merasa kasihan dengan pemeran utama, karena pilihan-pilihan hidupnya yang dijalaninya. Memang, film The Mule kurang cocok untuk penonton muda. Lebih cocok buat mereka yang telah memasuki quarter-life crisis.
Film ini berusaha menceritakan kisah pelik seseorang dengan sederhana. Kisah klise atas persoalan pelik di Bumi ini dikemas seakan ada “kebaikan di balik kejahatan”. Simbol seperti bunga Lily, pernikahan, kekayaan, kelulusan, dansa, dan musik ditampilkan untuk menutupi kriminal yang dilakukan pemeran utama. Semuanya disajikan lambat, tapi masih bikin kalian tertarik.
Penuh Bintang yang Enggak Boleh Dilewatkan
Awalnya seakan jadi penampilan one-man show dari Clint Eastwood, ternyata bukan! Meski usianya hampir seabad dan jadi karakter yang membosankan, Eastwood masih bisa mengguncang layar sebagai Earl Stone yang kuat di dalam, ringkih di luar. Penampilannya makin sempurna dengan kehadiran para ansambel aktor-aktris ternama Hollywood.
Film The Mule turut dibintangi Bradley Cooper, Laurence Fishburne, Michael Pena, Dianne Wiest, dan Andy García. Semuanya menampilkan akting terbaik mereka di plot yang klise dan membosankan. Clint Eastwood membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi aktor sekaligus sutradara yang patut kembali diperhitungkan.
Visual dan Scoring yang Slow
Visual keindahan perkebunan bunga Lily milik Earl Stone di awal film cukup memanjakan mata. Tone warna yang kecoklatan sesuai dengan latar film era ’90-an juga melengkapi kesyahduan dialog. Bunga, narkoba, dan keluarga punya warna masing-masing yang memainkan emosi penonton.
Lagu-lagu jadul yang ditampilkan enggak terkesan norak. Semuanya berjalan slow, sesuai dengan kecepatan mengemudi Earl yang konsisten. Bisa dibilang, Eastwood main aman dalam menggarap film ini.
Eksplorasi dari Kompleksnya Hidup Manusia
Drama mature film The Mule penuh makna soal kehidupan. Soal pilihan hidup, antara pekerjaan dan keluarga yang pasti jadi salah satu masalah tiap orang. Dari sosok Earl Stone, kita bisa belajar bahwa usia enggak menghalangi produktivitas. Kita bisa belajar bahwa enggak butuh uang banyak untuk bisa bahagia. Yap, balik lagi dengan slogan salah satu film Indonesia: “Harta yang paling berharga adalah keluarga”.
Secara garis besar, film ini membosankan bagi sebagian orang yang mendambakan film kriminal dengan aksi gerebekan. Sebaliknya, film The Mule punya keindahan tersendiri lewat dialog yang diucapkan. Film ini enggak buruk, malah bikin kalian punya pandangan berbeda tentang film kriminal.
Film ini bisa kalian tonton buat yang lagi ngalamin quarter-life crisis. Film The Mule bakal menyemangati kalian soal pilihan hidup biar enggak menyesal di masa tua. Film The Mule siap rilis mulai 30 Januari 2019 di bioskop Indonesia. Kalau udah nonton, balik lagi ke sini buat kasih tahu pendapat kalian, ya!