(REVIEW) Terminator: Dark Fate (2019)

terminator: dark fate
Genre
  • aksi
Actors
  • Arnold Schwarzenegger
  • Gabriel Luna
  • Linda Hamilton
  • Mackenzie Davis
  • Natalia Reyes
Director
Release Date
  • 26 October 2019
Rating
3 / 5

*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.


Film aksi klasik Terminator kembali dibangkitkan oleh Tim Miller dan James Cameron. Berjudul Terminator: Dark Fate, film yang tayang mulai 30 Oktober di Indonesia ini bisa dibilang sebagai sekuel Terminator 2: The Judgement Day (1991), film dari waralaba besar sepanjang masa.

Menceritakan Terminator baru, Rev-9 (Gabriel Luna) yang dikirim dari masa depan untuk memburu Dani Ramos (Natalia Reyes), calon pejuang wanita. Dalam waktu yang bersamaan pula, Grace (Mackenzie Davis), berusaha melindungi Dani untuk menyelamatkan masa depan.

Kembali dihadirkan oleh Linda Hamilton sebagai Sarah Connor dan Arnold Schwarzenegger sebagai Terminator, film ini digadang menjadi pembuka masa depan baru bagi waralaba. Benarkah demikian? Yuk, simak ulasan KINCIR di bawah ini!


Seri Terminator yang “Kehabisan Tenaga”

Via Dok. Paramount Pictures

Ketika sekuel ini dikabarkan selesai syuting dan menghadirkan para pemain lama, banyak penggemar yang antusias. Apalagi saat trailer perdananya rilis dan membawa nama James Cameron sebagai penulis dan Tim Miller sebagai sutradara. Lalu, bagaimana hasilnya?

Harus diakui, film ini enggak memiliki kelebihan artistik dan enggak orisinal dalam hal skenario, karakter, atau visual. Unsur tersebut memberi alasan mengapa film Terminator: Dark Fate kurang memiliki kedalaman, ketegangan, dan suasana emosional.

Via Dok. Paramount Pictures

Pembukaan film yang terasa sia-sia dan ofensif membuang mitologi Terminator yang telah dibangun sebelumnya. Ditambah, pengulangan formula dan efek digital bikin plot Terminator: Dark Fate terlihat akrab pada film-film Terminator sebelumnya atau film post-apocalypse lainnya.

Dicampur dengan humor timpang dan cheesy, juga plot twist yang nanggung, bikin film ini terasa konyol. Salah satunya yang mengganjal, yakni jika Dani adalah penyelamat manusia yang mengalahkan Legiun, mengapa mereka enggak memburu ibunya agar Dani enggak lahir ke dunia?

Via Dok. Paramount Pictures

Bisa dibilang, waralaba ini perlu di akhiri karena enggak lebih baik dari sekuelnya atau seri Terminator lainnya. Entah, jika memang Terminator: Dark Fate adalah harapan baru bagi waralaba seperti rencana Cameron memetakan trilogi baru, rasanya perlu ditinjau lebih dalam.

Para Bintang Cukup Menyelamatkan

Untungnya, film Terminator: Dark Fate masih menarik disimak karena akting para pemainnya. Memang, enggak menyempurnakan kekurangan atau menyelamatkan cerita secara keseluruhan. Akan tetapi, mereka yang membuat nyawa Terminator masih ada, terutama pada pemain lama.

Via Dok. Paramount Pictures

Bisa jadi karena sang sutradara atau pemangku waralaba masih ingin melanjutkan petualangan, sehingga film produksi Paramount Pictures ini enggak dibuat klimaks alias akhir dari waralaba. Padahal, jika Terminator: Dark Fate dibuat seperti Rambo: The Last Blood, bisa jadi akan lebih dramatis.

Kembalinya Linda Hamilton dan Arnold Schwarzenegger cukup memberikan nostalgia penggemar. Apalagi, pertemuan Sarah Connor dan Carl yang love-hate relationship. Meski cheesy, cukup jadi hiburan.

Via Dok. Paramount Pictures

Lalu, Mackenzie Davis sebagai Grace bisa melakukan penggambaran yang dapat dipercaya sebagai manusia hybrid cyborg. Duetnya bersama dengan Natalia Reyes sebagai Dani pun memiliki potensi jika dilanjutkan.

Kemudian, ada Gabriel Luna tampil luar biasa ngeselinnya karena mengingatkan penonton pada T-1000 karya Robert Patrick yang enggak berperasaan. Ya, bisa dibilang, para pemain melakukan segala yang mungkin untuk membuat waralaba ini tetap ada.

Visual dan Efek Digital yang Familier

Via Dok. Paramount Pictures

Mengingat filmnya udah ada enam, visualnya enggak beda jauh. Pemandangan dunia yang hancur, gelap, dan mengerikan secara enggak langsung mengingatkan soal masa depan jika robot AI berkuasa.

Hanya Terminator yang bisa bikin infrastruktur negara hancur tanpa pemberitaan. Hal ini juga menegaskan bahwa film keenam Terminator ini mengeluarkan budget yang enggak sedikit. Scoring yang terlalu kencang dan didominasi suara besi membuat film berdurasi 128 menit ini terasa datar.

***

Tontonlah film Terminator: Dark Fate jika kalian adalah penggemar film ini dan enggak ingin ketinggalan. Jika kalian penggemar film aksi berlatar post-apocalypse, tontonlah tanpa memiliki ekpektasi apapun.

Film yang memiliki klasifikasi untuk 13 tahun ke atas ini tayang di bioskop mulai 30 Oktober 2019. Jika udah nonton, berikan ulasan dan bintang kalian untuk film Terminator: Dark Fate di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.