*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Harus diakui, hanya film-film Disney yang bisa ngabulin imajinasi para penikmat film animasi. Bagaimana enggak? Bukan bermaksud melebih-lebihkan, tampaknya dari hal yang enggak mungkin, bisa jadi mungkin kalau di tangan Disney. Salah satunya, Ralph Breaks the Internet, seri Wreck-It Ralph ini bisa menampilkan ratusan budaya pop animasi.
Mengisahkan Ralph dan Vanellope yang harus pergi ke internet untuk menyelamakan game milik Vanellope, Sugar Rush, yang rusak. Ternyata, dunia internet itu luas dan penuh intrik. Dengan bantuan para netizen, Ralph berhasil mengumpulkan uang untuk membeli sparepart game tersebut. Keduanya menemukan fakta bahwa intenet enggak hanya bernilai positif, tapi juga banyak yang negatif. Sekali lagi, persahabatan mereka diuji.
Gaya Penceritaan yang Cepat, Serius, dan Efisien
Film animasi memang seharusnya memiliki durasi yang lebih singkat dibandingkan dengan film-film layar lebar lainnya. Selain karena audiensnya semua kalangan, film animasi juga seharusnya menampilkan materi yang dimengerti semua umur. Film Ralph Breaks the Internet sayangnya hanya mencakup durasi yang singkat dan padat.
Sedangkan soal materi, bisa dibilang lebih serius dibandingkan dengan film pertamanya, meski film pertamanya juga udah cukup berat untuk dimengerti anak-anak. Film Ralph Breaks the Internet termasuk film yang juga bikin para penonton dewasa menyukainya. Yap, bisa jadi tim produksi udah membagi-bagi elemen yang bisa dinikmati penonton anak-anak dan dewasa.
Soal komedi, meski hanya candaan sehari-hari, bisa bikin lo ketawa. Lebih tepatnya, penonton dewasa yang tertawa. Namun, bukan berarti anak-anak enggak bisa nikmatin, ekspresi dan suara para karakter juga bikin anak-anak terpukau.
Hal yang menarik sejak cuplikan perdananya adalah makin banyaknya unsur budaya pop yang ditampilkan. Kalau dalam film Wreck-It Ralph (2012), hanya pamerkan cameo dari game-game klasik, seperti Felix, Sonic, dan sebagainya. Namun di film Ralph Breaks the Internet, juga menampilkan budaya pop dari film-film yang dinaungi Disney, seperti Marvel, Star Wars, dan Pixar.
Pengembangan Karakter yang Solid
Film Ralph Breaks the Internet bisa dibilang lebih mengembangkan karakter-karakter yang ada. Demi efesiensi, sebagian besar tetap ditampilkan dan memilih sebagian kecil untuk ikut andil mengembangkan cerita. Begitu juga dengan karakter utama, Ralph yang disuarakan John C. Reily dan Vanellope yang disuarakan oleh Sarah Silverman yang perannya dibikin dalam.
Sutradara Phil Johnston dan Rich Moore bisa dibilang berhasil mengarahkan cerita dan mendalami para karakternya jadi lebih diingat penonton. Hebatnya, mereka diberi dialog khusus yang bikin penonton ingat candaanya. Hampir mirip dengan treatment-nya di film pertama, tapi lebih solid.
Menariknya, sekuel dari film yang rilis enam tahun yang lalu ini menampilkan karakter yang disuarakan oleh bintang Wonder Woman (2017), Gal Gadot. Memerankan karakter Shank, cewek pembalap yang mengingatkan kita pada perannya di franchise film Fast & Furious.
Visual yang Bikin Penggemar Budaya Pop “Melotot”
Enggak hanya para gamer klasik yang melotot karena banyak unsur-unsur yang ditampilkan, tapi juga para penikmat film, terutama film-film yang dinaungi Disney. Seakan berkumpul jadi satu yang bikin mata lo menjelajah tiap sudut adegan demi menemukan karakter uniknya. Seperti C3PO, Stromtroopers, Iron Man, Princess Disney, bahkan Stan Lee yang juga jadi cameo.
Dengan detail visual yang memukau, sampai-sampai tiap orang yang menjelajah di internet dibikin avatarnya. Begitu juga penggambaran dunia internet yang begitu luas dan penuh intrik, berhasil disajikan dengan apik. Berbagai elemennya bikin lo juga merasa masuk ke dunia internet yang positif sekaligus negatif.
Begitu juga soal efek suara, film ini menyuguhkan audio-audio familiar yang pernah lo dengarkan ketika surfing di internet atau menggunakan media sosial. Memang, enggak ada ledakan yang mengagetkan, sebagai gantinya, nada-nada yang harmoni untuk didengarkan.
Lebih dari Sekadar Makna Persahabatan
Makna persahabatan di film ini lebih ngena dibandingkan sebelumnya. Apalagi kalau menyangkut perpisahan, pasti bikin siapapun tersentuh karena pernah mengalami hal yang sama. Namun, makna dalm film ini lebih dari sekadar makna persahabatan yang bikin lo baper.
Di sinilah Phil Johnston dan Rich Moore dipersenjatai dengan skenario yang ditulis oleh Johnston dan Pamela Ribon. Mereka menggabungkan kesamaan antara hiburan yang ramah keluarga dan sindiran sosial yang tajam. Film Ralph Breaks the Internet mungkin terlihat seperti film animasi keluarga yang lucu dan menggemaskan. Akan tetapi, juga terhubung dengan realitas kita saat ini dengan cara yang benar-benar bikin kita merinding soal internet.
Sang sutradara mengirim karakter protagonisnya ke internet yang lebih luas, di mana mereka menemukan semua perilaku penindasan, kekejaman, kecanduan, dan ketakjuban unsur internet yang dikaitkan dengan budaya online. Bagi para penonton dewasa, film ini menyadarkan bahwa lo sedang menonton animasi satir yang menakutkan tentang cara-cara hidup hidup di dunia maya.
Secara keseluruhan, film ini menghibur bagi penonton anak-anak maupun dewasa. Masing-masing udah memiliki bagian kelucuannya. Bagi penonton anak-anak, sisi menggemaskannya melalui penggambaran para karakternya. Sedangkan bagi penonton dewasa, sisi lucunya terletak pada dialog-dialog satir tentang realitas hari ini. Yap, menyadarkan lo untuk bisa berpikir positif dalam berinternet.
Di mid-credit ada soundtrack film ini dari Payung Teduh yang terinspirasi dari persahabatan Ralph dan Vanellope, khusus ditampilkan untuk penonton Indonesia dan Malaysia. Film ini udah tayang mulai 23 November 2018. Kalau udah nonton, tulis ulasan di kolom review yang ada di awal artikel ini dan terus pantengin Kincir.com untuk ulasan film selanjutnya!