*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Godzilla vs Kong yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Film Godzilla vs. Kong akhirnya tayang di bioskop Indonesia pada 24 Maret 2021. Sebelumnya, film terbaru MonsterVerse ini dijadwalkan pada 13 Maret 2020, lalu diundur menjadi 20 November 2020 tanpa alasan khusus dari Warner Bros. dan Legendary. Kemudian, pada akhir 2020, Warner Bros. mengumumkan rencananya untuk menayangkan perdana semua film 2021 di HBO Max, karena pandemi, termasuk Godzilla vs. Kong.
Sinopsis Godzilla vs. Kong bercerita tentang Kong yang melakukan perjalanan berbahaya untuk menemukan rumahnya yang sebenarnya. Kong turut bersama Jia, seorang gadis yatim piatu yang membentuk ikatan unik dengan Kong. Dalam perjalanan, mereka tiba-tiba bertemu dengan Godzilla yang marah dan menyebabkan kehancuran di seluruh kota. Pertikaian epik antara kedua raksasa tersebut yang dipicu oleh kekuatan enggak terlihat, yang terletak jauh di dalam inti Bumi.
Selain dua monster terkemuka, film ini dibintangi oleh Millie Bobby Brown, Rebecca Hall, Kyle Chandler, Brian Tyree Henry, Alexander Skarsgård, Eiza González, Julian Dennison, dan Demián Bichir. Film ini juga akan tayang juga di HBO Max pada 31 Maret (hanya selama 31 hari). Dengan durasi hanya 113 menit (1 jam 53 menit), film ini menjadi film terpendek di MonsterVerse.
Bagaimana keseruan film Godzilla vs. Kong? Simak review KINCIR di bawah ini.
Manusiawi Sekaligus Ambisius
KINCIR dapat kesempatan nonton film ini di layar IMAX bioskop XXI Gandaria City (22/3). Kesan pertama yang hadir, yakni kerinduan dan kekaguman nonton di layar besar IMAX dengan sound Dolby Atmos. Terlebih, film yang ditonton adalah Godzilla vs. Kong yang menampilkan perkelahian dua monster Alpha.
Menariknya, sebelum film dimulai ada opening credit yang akan mengingatkan kalian soal pertempuran Kong, Godzilla, dan para Kaiju lain dalam film-film sebelumnya. Penonton akan disajikan “bracket pertandingan” hingga final antara Godzilla versus Kong.
Film ini mengambil latar lima tahun setelah Godzilla: King of the Monsters (2019) yang berlangsung pada 2019, dan 51 tahun setelah Kong: Skull Island (2017) yang berlangsung pada 1973.
Film ini mengambil sudut pandang Kong dalam menghadapi Godzilla. Hal ini sudah ditampilkan sejak awal adegan dengan manusiawi. Ada lagu klasik menyertai aktivitas Kong, mulai dari bangun tidur, mandi, dan sarapan. Namun, habitat yang dia tinggali hanyalah kesemuan. Scoring menegangkan pun merusak aktivitas santai dan lagu klasik, seakan Kong menunjukkan realita hidupnya.
Sementara, di belahan dunia lain ada Godzilla yang tiba-tiba menyerang pantai dan merusak sebagian kota tersebut. Motif penyerangan tiba-tiba tersebut membingungkan Monarch, termasuk Madison Russel (Millie Bobby Brown) yang kemudian berencana menyelidikinya. Mengingat, Godzilla pernah melindungi ayahnya dari serangan King Ghidorah pada Godzilla II: King of Monsters (2019).
Namun, ada beberapa hal yang terasa mengganjal, yakni kehadiran para manusia yang makin banyak dan terbagi dalam beberapa kelompok. Ada geng trio Mad Hatter (Madison, Bernie, dan Josh), geng pelindung Kong (Jia, Ilene, dan Nathan Lind), dan geng Monarch yang menampilkan ayah Madison, Mark Russel.
Adanya mereka memang berhasil mengantarkan pada pertempuran Godzilla dan Kong. Namun di sisi lain, kehadiran mereka bikin ceritanya terlihat ambisius, karena sudut pandang manusia makin lama menutupi kehadiran dua monster besar tersebut. Saking banyaknya, durasi perkelahian monster tak sebanyak film-film sebelumnya. Namun, perkelahian tersebut berhasil tampil luar biasa.
Aksi dan Efek yang Luar Biasa
Aksi dan efek visual jadi kekuatan film ini. Hal itu bahkan terlihat sejak teaser dan trailernya rilis. Pertempuran Godzilla dan Kong menyenangkan, bersemangat, dan penuh aksi. Pertandingan kelas berat ditampilkan dengan efek visual dan urutan aksi yang luar biasa. Film ini menjual tontonan, dan itulah yang akan didapatkan oleh penonton.
Film ini adalah pertama kalinya Godzilla berhadapan dengan Kong dalam film produksi Amerika. Kedua raksasa ini terakhir berjumpa di film King Kong vs. Godzilla (1962) yang didistribusikan Toho. Sejak saat itu persaingan antara keduanya terus berkembang dan menarik perhatian penggemar hingga saat ini, karena tidak ada yang benar-benar keluar sebagai pemenang.
Ketika membahas film Godzilla vs. Kong, banyak yang menyangka kalau Kong akan kalah. Dengan teori, Godzilla bisa menyemburkan radioaktif dan sebagainya. Akan tetapi, kalian juga melihat Kong sebagai karakter yang terus berkembang. Pertempuran antara Godzilla dan Kong mirip dengan adegan Rocky Balboa melawan Ivan Drago, di mana sosok underdog bisa memberi kejutan.
Makin lengkap dengan musik dari komposer Junkie XL. Dengan gubahannya, scoring yang diperdengarkan layaknya menabuh bass drum terbesar untuk menggetarkan planet ini saat pertempuran dua monster berlangsung.
CGI dua monster juga terlihat realistis, mulai dari kulit Godzilla, bulu Kong, gurat senyum, dan masih banyak lagi. Di film ini, tinggi Godzilla berdiri sekitar 400 kaki (121,9 meter), dia tumbuh beberapa meter sejak peristiwa Godzilla: King of the Monsters (2019). Ini adalah kedua kalinya dia digambarkan berdiri di ketinggian 400 kaki, setelah film Jepang Godzilla, King of the Monsters! (1956).
Di sisi lain, tinggi Kong sebesar 336 kaki (102,4 meter). Tinggi sebelumnya 104 kaki (31,7 meter), yang berarti dia tumbuh sebesar 232 kaki (70,7 meter) dari latar waktu Kong: Skull Island (2017) hingga film ini.
Ansambel Karakter Manusia yang Kurang Dieksplorasi
Dalam film ini, masih terdapat momen unik dan hangat antara Kong dan manusia, yakni Jia. Dia adalah gadis Iwi tuna rungu yang diperankan oleh Kaylee Hottle, yang berasal dari keluarga tuli. Sementara di sekitar Godzilla, ada Madison yang diperankan Millie Bobby Brown. Meski dia enggak memiliki koneksi dengan monster tersebut, kehadirannya cukup berpengaruh mengenali perilakunya.
Seperti yang terjadi di film klasik Kong, saat makhluk tersebut bukan sepenuhnya monster dan memiliki sisi manusiawi saat berinteraksi dengan manusia. Sebaliknya, momen hangat tersebut justru enggak ada di diri Godzilla. Baginya, setiap hubungan antara manusia dengan Godzilla “lebih tersirat” sehingga kita jarang melihat sisi lembut si monster kadal.
Selain Hottle dan Brown, film ini juga dibintangi aktor terkenal lain. Menariknya ada tiga aktor Marvel yang aksinya juga patut disimak, yaitu Julian Dennison sebagai Josh, teman Madison yang memiliki skill hacking komputer. Dia di Deadpool 2 (2018) sebagai Firefist.
Kemudian, Rebecca Hall sebagai Ilene Andrews, wanita yang mengasuh Jia dan menjadi penakluk Kong terkenal. Dia di Iron Man 3 (2013) menjadi Maya Hansen, seorang ilmuwan. Lalu, ada Brian Tyree Henry sebagai Bernie, sang content creator Podcast Godzilla yang kehadirannya cukup mencairkan suasana. Di MCU, dia menjadi Jefferson Davis di Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018).
Ada pula Demián Bichir yang berperan sebagai Walter Simmons. Dia menjadi villain yang kematiannya tragis dan merupakan aktor Conjuring kedua yang membintangi film MonsterVerse, setelah Vera Farmiga di Godzilla, King of Monsters (2019).
Mengenai hubungan monster dan manusia, sang sutradara, Adam Wingard, tampaknya memiliki keinginan untuk memanfaatkan momen-momen itu. Namun, soal bagaimana menggabungkan ansambel alias geng-geng manusianya, tampaknya masih belum berhasil dieksplorasi. Semuanya bergerak sendiri-sendiri. Melihat ending-nya, bisa jadi akan ada sekuel, atau bahkan dihubungkan dengan film kaiju lainnya.
Seperti yang diharapkan, perkelahian titan adalah bagian terbaik dari Godzilla vs. Kong. Apalagi, bagian ketika satu monster raksasa menghantam wajah monster raksasa lainnya yang immersive. Sayangnya, film-film monster ini tampaknya secara konsisten kurang dalam momen dengan karakter manusianya, dan Godzilla vs. Kong menjadi korban dari masalah yang sama.
Sebagai informasi, Godzilla vs. Kong merupakan film ke-36 dalam The Godzilla Saga, dan film ke-12 dalam The King Kong Saga. Ini akan menjadi film Kong ketiga yang dirilis tiap Maret. Sebelumnya, ada King Kong (1933) yang dirilis pada 2 Maret 1933 dan Kong: Skull Island (2017) pada 10 Maret 2017.
Pertemuan antara monster fiksi Jepang dan Kong ini memainkan peran besar dalam kelanjutan MonsterVerse. Masa depan MonsterVerse tampaknya bakal ditentukan dari performa Godzilla vs. Kong. Jika film ini mendapatkan keuntungan yang lebih baik dari Godzilla: King of the Monsters, tentu saja akan membuka kemungkinan hadirnya berbagai film seputar kaiju lainnya.
Oh ya, di akhir film ini enggak ada post-credit, jadi buat kalian yang nungguin kejutan film MonsterVerse, tungguin aja informasi dari Warner Bros. dan Legendary Pictures.
***
KINCIR menganjurkan untuk nonton film Godzilla vs. Kong di layar besar demi pengalaman menonton yang luar biasa. Dengan catatan, patuhi protokol kesehatan saat nonton film, ya. Namun, jika kalian masih khawatir nonton film di bioskop dengan orang-orang tak dikenal, bisa juga booking satu studio untuk keluarga, teman, atau pasangan kalian. Pilihan lain, kalian juga bisa nunggu filmnya, jika tayang di HBO GO nanti.
Setelah nonton film ini? Bagaimana pendapat kalian? Apakah pertempurannya sudah sesuai ekspektasi? Bagikan pendapat kamu di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya.