– Daftar kaiju atau monster di semesta Godzilla ini masih eksis hingga akan hadir di film Godzilla vs. Kong.
– Kehadiran mereka menuai kontroversi di kalangan penggemar maupun tim produksi.
Semenjak Godzilla muncul di layar lebar pada 1954, sang kaiju legendaris membuka jalan bagi kemunculan karakter monster lain dan versi baru dari Godzilla. Setelah melewati perjalanan lebih dari enam dekade, Godzilla tetap eksis dan akan hadir di film Godzilla vs. Kong (2021).
Meskipun selalu tampil gahar dan punya sejumlah penggemar, ada beberapa kaiju dari semesta Godzilla yang justru penuh kontroversi termasuk sosok King of the Monsters sendiri. KINCIR diskusi bareng Sofyan “Yance” Syarief, si pakar kaiju dari Godzilla Freaks Indonesia, Yance membahas sejumlah kaiju yang kehadiran kontroversial di semesta Godzilla.
Kaiju apa saja? Berikut 10 kaiju kontroversial di semesta Godzilla.
10. Mechagodzilla City – Trilogi Anime Godzilla
Meskipun punya peran yang cukup vital dalam trilogi anime Godzilla (2017—2019), Mechagodzilla berwujud sebuah kota futuristik. Tampilan aslinya sebagai kaiju hanya muncul sekilas dalam Godzilla: Planet of the Monsters (2017).
Padahal, Mechagodzilla yang muncul di trilogi ini diciptakan oleh ras alien dengan sejumlah fitur berteknologi canggih seperti Artificial Intelligence dan nano metal. Akhirnya para penggemar enggak bisa menikmati wujud dan kemampuan penuh Mechagodzilla dalam wujud aslinya di anime tersebut.
9. Godzilla Earth – Trilogi Anime Godzilla
Masih di pembahasan trilogi anime Godzilla, anime tersebut juga menghadirkan Godzilla yang kontroversial di kalangan penggemar. “Secara subliminal, diceritakan bahwa Goji Earth berasal dari tumbuhan. Berbeda dengan Goji sebelumnya yang to the point adalah hewan. Ekspresi mukanya pun enggak beringas seperti hewan, tapi lebih tenang,” ungkap Yance.
Dilihat dari desainnya, Godzilla Earth berwarna hijau dan memiliki dorsal fin berbentuk daun yang menunjukkan bahwa dia berasal dari tumbuhan. Meskipun begitu, Godzilla Earth adalah sosok Godzilla terbesar karena tingginya mencapai 300 meter.
8. Muto – Godzilla (2014)
Muto yang muncul di Godzilla (2014) ternyata enggak luput dari kontroversi, monster berpasangan ini juga sempat bikin Godzilla kewalahan. “Ini adalah pertama kalinya Godzilla berhadapan dengan kaiju suami-istri dan berukuran lebih kecil, biasanya setara atau lebih besar,” beber Yance.
Meskipun ukurannya lebih kecil, Muto menguasai Electromagnetic Pulse yang bikin atomic breath Godzilla jadi kurang greget. Lanjut Yance, Godzilla di film ini justru antagonis karena mengganggu Muto yang mau berkembang biak, jika kita lihat dari perspektif yang berbeda.
7. Kiryu – Kiryu Saga
Kiryu dibangun dari fosil Godzilla (1954), tapi kehadirannya malah menjadi pertarungan antar Godzilla yang merupakan tokoh utama. “Pesan dari Kiryu Saga adalah sesuatu yang sudah mati jangan dibangkitkan kembali. Kiryu itu ibarat hantu Goji 1954 dan film ini membuktikan bahwa Godzilla enggak cuma ada satu ekor,” ungkap Yance.
Diceritakan bahwa Godzilla di Kiryu Saga (2002—2003) datang ke Jepang karena merasakan kehadiran Godzilla lain yang ternyata adalah fosil hidup Godzilla 1954.
“Kalau kita anggap Godzilla sebagai hewan, dia akan mengikuti nalurinya buat berkembang biak sehingga bisa disimpulkan bahwa dua kaiju ini punya jenis kelamin yang berbeda. Waktu berhadapan pertama kali, justru Kiryu yang menyerang Godzilla duluan karena dikendalikan oleh pilot” jelas Yance.
6. Godzilla – Shin Godzilla (2016)
Film yang disutradarai Hideaki Anno (Evangelion) dan Shinji Higuchi (Attack On Titan) ini sepertinya merupakan respons Toho Company atas kesuksesan Godzilla (2014) keluaran Legendary Pictures yang berhasil raih Box Office. Kalau dilihat dari desainnya, Shin Godzilla bertolak belakang dengan Godzilla keluaran Legendary Pictures yang elegan.
“Shin Godzilla enggak keliatan majestic, tapi lebih mirip abomination mutant yang menjijikan. Dia cenderung diam, enggak seperti Godzilla yang sering meraung. Dia jalan maju terus kayak zombie, bahkan mata dan kulitnya pun kayak zombie,” papar Yance.
Shin Godzilla punya kemampuan berevolusi yang sangat cepat dan punya beberapa wujud. Selain itu dia punya atomic breath yang terdiri dari semburan gas, api, dan laser berwarna ungu.
“Shin Goji filmnya, tuh, unik karena lebih ke arah politik ketimbang science fiction. Jadi kayak semacam referensi terhadap gempa dan tsunami yang melanda Fukushima pada 2011, menyindir pemerintah Jepang dan para ahli yang lamban bertindak” jelas Yance.
5. Godzilla – GMK (2001)
Sosok Godzilla di film Godzilla, Mothra and King Ghidorah: Giant Monsters All-Out Attack (2001) atau GMK, berbeda dari Godzilla sebelumnya karena bermata putih sehingga terlihat seram dan undead. Ukuran Godzilla juga lebih besar dari musuh-musuhnya termasuk King Ghidorah, yang menjadi protagonis di film ini.
Selain itu, Godzilla di film ini diceritakan selayaknya fairy tale atau fantasi karena menampung arwah penasaran korban keganasan tentara Jepang di Perang Dunia ke-2.
“Walaupun GMK ini adalah direct sequel dari film 1954 dan memperjelas alasan dia selalu ke Jepang, dia mau balas dendam ke Jepang. Sementara Mothra, Baragon, dan Ghidorah adalah pelindung Jepang”, papar Yance.
Bahkan Yance juga mengatakan bahwa Godzilla di film ini memiliki sifat pure evil karena memang mengincar nyawa orang-orang Jepang. “Pesan Film ini adalah Jepang enggak boleh melupakan dosa-dosa mereka di masa lampau,” jelas Yance.
4. Hedorah – Godzilla vs. Hedorah (1971)
Saat memulai debutnya di Godzilla vs. Hedorah (1971), kaiju ini tergolong maju di eranya karena punya empat form yang berbeda. Sementara Hedorah juga membunuh manusia dengan acid spit dan gas sehingga terlihat seram buat anak-anak.
“Dalam naskah, memang Hedorah itu mengonsumsi semua polusi. Namun mengingat tren budaya saat itu (flower generation, suka nyimeng), adegan ini cukup mengejutkan. Ditambah ekspresi Hedorah yang seolah-oleh “nge-fly” setelah menghisap asap pabrik dan kebetulan Hedorah jadi bisa nge-fly (terbang).
“Yang juga cukup kontroversi adalah filmnya sendiri, tergolong aneh karena memuat konten psychedelic. Bahkan Tomoyuki Tanaka (kreator Godzilla) diisukan marah ke sutradara Yoshimitsu Banno sehingga Banno enggak diizinkan lagi untuk memegang Godzilla. Meski begitu, film ini punya pesan yang sangat kuat soal bahaya polusi,” ungkap Yance.
3. Godzilla – Godzilla (1998)
Godzilla (1998) buatan TriStar Pictures yang disutradarai Roland Emmerich menghadirkan sosok Godzilla yang sama sekali berbeda dari Godzilla sebelumnya dari sisi bentuk, kemampuan dan sifat. Sekilas, bentuknya mirip T-Rex dan gerakannya sangat lincah padahal umumnya Godzilla berjalan lamban.
Godzilla versi ini enggak bisa mengeluarkan atomic breath dan jadi pemakan ikan, padahal sebelumnya dia diceritakan mengonsumsi radiasi nuklir seperti di The Return of Godzilla (1984). Lebih aneh lagi, Godzilla Amerika ini bisa memiliki keturunan dan bisa dikalahkan dengan rudal.
“Saking kontroversialnya, GFans (sebutan untuk penggemar Godzilla) ngasih julukan GINO (Godzilla In Name Only) atau Zilla (God-nya enggak ada, karena enggak berasa dewa). Walaupun enggak bisa kita sanggah bahwa penggemarnya banyak juga terutama generasi milenial jadi kenal Godzilla dari film itu,” beber Yance.
2. Godzilla – Godzilla: The Series (1998—2000)
Godzilla: The Series merupakan direct sequel dari Godzilla (1998) keluaran TriStar Pictures, serial kartun ini menampilkan Godzilla yang merupakan anak dari Godzilla di versi film. Berbeda dengan induknya, Godzilla yang satu ini punya sejumlah kemampuan Godzilla klasik. Sebut aja atomic breath, lebih kebal terhadap serangan dan sifatnya yang mirip dengan Classic Godzilla.
“Ironisnya, kartun ini sebenernya 100% Classic Godzilla kecuali bentuknya. Musuhnya pun ada yang mirip Rodan, Mothra dan Kong. Makanya versi kartun jauh lebih diterima sama GFans”, jelas Yance.
1. Kong – King Kong vs. Godzilla (1962)
Monster berwujud kera raksasa memulai debutnya di film King Kong (1933), sehingga jadi pelopor genre film monster. Kong hanya setinggi 25 kaki (7,62 meter) dan enggak punya kemampuan spesial saat itu. Willis O’Brien selaku kepala SFX King Kong punya ide untuk menggarap sekuel berupa Kong vs. Frankenstein, tapi enggak ada studio yang mau menerima.
“Suatu saat naskah bikinan O’Brien sampai ke pihak Toho dan mereka tertarik sekali karena Godzilla itu terinspirasi Kong. Godzilla (Gojira) itu gabungan dari gorila dan kujira (paus). Akhirnya dibuat King Kong vs. Godzilla (1962), bukan lawan Frankenstein,” terang Yance.
Kontroversinya adalah Toho Company menciptakan Kong sebagai primata raksasa setinggi 40 meter, dia juga menyerap dan menyalurkan listrik buat mengimbangi kekuatan Godzilla yang tingginya 50 meter pada saat itu. King Kong vs. Godzilla bukan sekuel dari King Kong (1933) dan si kera besar berasal dari Faro Island bukan Skull Island.
“Setelah Kong bergulat sama Goji dan jatuh ke laut, Kong akhirnya jadi pemenang di film ini dan berenang pulang ke tempat asalnya. Banyak penggemar yang enggak terima Goji kalah. Sampai muncul mitos ada dua versi ending, yakni Kong menang di versi US dan Goji menang di versi Jepang padahal Kong memang menang di dua versi. Toho sempat konfirmasi bahwa pemenangnya adalah Kong. Alasannya Kong lebih populer saat itu dan dia, ‘kan, protagonis sedangkan Goji masih jadi antagonis (villain)”, terang Yance.
Masalah ini enggak hilang begitu saja, karena banyak penggemar yang ribut (terutama dari Amerika Serikat). Akhirnya Toho Company me-retcon hasil ending film tersebut dengan menyatakan bahwa pertempuran antara dua kaiju berakhir draw padahal sudah jelas bahwa King Kong adalah pemenangnya.
***
Itulah deretan kaiju penuh kontroversi yang ada di semesta Godzilla. Enggak cuman memuat konten sensitif, tapi ada juga yang bikin keributan di kalangan penggemar.
Nah, apa nih kaiju favorit kalian? Bagikan pendapat kalian di kolom komentar dan jangan lupa pantau berita seputar Godzilla vs. Kong lainnya di KINCIR, ya !