*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran dari film Generasi 90an: Melankolia, yang bisa saja mengganggu kalian yang belum nonton.
Setelah sempat diundur tayang karena pandemi, film Generasi 90an: Melankolia siap mengguncang bioskop pada 24 Desember. Film yang terinspirasi dari buku Generasi 90an karya Marchella FP ini melibatkan Angga Dwimas Sasongko sebagai produser dan M. Irfan Ramli sebagai sutradara.
Film Generasi 90an: Melankolia berkisah tentang dinamika sebuah keluarga yang harus menghadapi takdir menyedihkan pasca kehilangan salah satu anggota keluarga yang begitu dicintai. Keluarga ini terdiri Ayah (Gunawan), Ibu (Marcella Zalianty), Indah (Aghniny Haque), Abby (Ari Irham) dan Sephia (Taskya Namya) yang merupakan sahabat Indah dan telah dianggap sebagai bagian keluarga.
Di tengah kebahagian mereka sebagai satu keluarga, petaka datang tiba-tiba dan mengacaukan segalanya. Akankah mereka bisa menghadapinya?
Yuk, simak review film Generasi 90an: Melankolia dari KINCIR berikut ini, ya.
Ketika Petaka Menimpa Keluarga Bahagia
Di awal film, Abby berkenalan ke penonton sambil menceritakan silsilah keluarganya. Adegan awal cukup lekat dengan tema tahun 1990-an yang diusung. Selain keluarga ini dikisahkan memulai kehidupannya pada 1994, ada banyak peristiwa nasional yang dirangkum dalam bentuk kliping dan footage asli. Sebut saja kematian Nike Ardilla dan peristiwa reformasi 1998 yang mewarnai perjalanan keluarga ini.
Adegan perkenalan cukup unik dengan menampilkan benda-benda jadul yang dikoleksi oleh keluarga Abby. Irfan Ramli seakan meyakinkan penonton bahwa keluarga ini belum bisa move on dari masa lalu. Kita bisa melihat radio tua, View Master, konsol Sega, dan barang jadul lainnya yang sering muncul dalam adegan rumah Abby.
Dari cerita Abby, penonton bisa tahu bahwa keluarganya tergolong bahagia dan menjalani kehidupan yang adem-ayem. Sementara, Indah adalah pusat perhatian dan keceriaan keluarga. Indah dan Abby sering cekcok kecil ala kakak-adik, apalagi Indah diceritakan sebagai gadis hiperaktif yang jahil dan periang.
Kita juga bisa melihat keberadaan Sephia sebagai sahabat Indah dan Kirana (Jennifer Coppen) diterima dengan hangat oleh keluarga Abby. Dalam babak awal ini, sang sutradara berusaha membangun narasi kepada penonton bahwa keluarga ini menjalani hidup yang lempeng dan bahagia.
Tahapan pengenalan keluarga tak ada yang istimewa karena enggak melibatkan emosi berarti yang bisa dinikmati oleh penonton. Barulah ketika Indah memutuskan suatu pilihan, terjadilah konflik yang menjadi kisah duka bagi keluarga Abby. Pesawat yang ditumpangi Indah mengalami kecelakaan dan jasadnya enggak pernah ditemukan.
Kematian Indah jadi awal petaka bagi keluarganya yang selama ini hidupnya selalu berbahagia dan konstan. Peristiwa nahas ini jadi goncangan terbesar bagi pihak keluarga, terutama Abby. Suasana scene keluarga yang sebelumnya terlihat hangat dan periang akhirnya berubah menjadi murung, kelabu, dan sedih.
Perkembangan Karakter yang Bikin Merenung
Sebagai karakter utama, konflik batin yang dialami Abby banyak disorot. Ari Irham berhasil membawakan sosok Abby dengan ciamik, akting Ari yang belum pernah kita saksikan dalam peran-peran sebelumnya. Kita bisa menikmati karakternya yang depresi dan terpuruk setelah ditinggal orang terkasihnya.
Hubungan antara Abby dan Sephia lebih pantas dibilang sebagai hubungan gelap ketimbang hubungan asmara, kedua karakter jadi lebih intim karena terbawa arus kesedihan yang sama setelah kepergian Indah. Taskya Namya berhasil membawakan peran Sephia yang pendiam, dewasa, dan berusaha menggantikan posisi Indah dengan caranya sendiri.
Uniknya, kehadiran Sephia justru menimbulkan sub plot yang harusnya bisa dimainkan lebih dalam oleh sutradara karena Sephia pernah terlibat cinta segitiga. Kehadiran Sephia sebagai sahabat Indah ternyata menyimpan cerita kelam dan menjadi bom waktu bagi Abby. Hubungan keduanya, secara enggak langsung juga menampilkan sisi kelam dari persahabatan.
Sementara itu, hubungan Abby dan Kirana terlihat sebagai kisah cinta anak muda yang sedang mengalami masa transisi ke proses dewasa. Enggak ada yang istimewa dari hubungan ini. Kirana berusaha sekeras mungkin membuat Abby tersenyum lagi pasca kematian Indah. Bahkan, cewek ini enggak segan berbuat “nakal” demi membahagiakan pacarnya meskipun ujungnya gagal.
Tiap peran menunjukkan “5 Stages of Grief” alias tahapan manusia menghadapi kesedihan. Istilah tersebut merupakan suatu hal yang wajar dilakukan manusia ketika kehilangan orang tercinta. Tahapan tersebut meliputi penyangkalan (denial), amarah (anger), menawar (bargaining), depresi (depression), dan mengikhlaskan (acceptance).
Semua pemeran karakter utama di film ini berhasil membawakan perannya masing-masing dengan rapi. Meskipun terkesan monoton karena hanya menonjolkan dampak panjang dari kesedihan, kita bisa merasakan emosi yang mendalam dari tiap peran yang dibawakan.
Merekam Zaman 1990-an dengan Set Film
Meskipun menggunakan embel-embel “90an”, nyatanya film ini berlatar pada 2017—2018. Kesan visual era 1990-an hanya ditonjolkan melalui rumah keluarga Abby yang terlihat jadul dan segala properti vintage milik keluarganya. Oh ya, ada satu yang bikin kurang nyaman bagi sebagian penonton, yakni kamera yang beberapa kali menampilkan blur yang cukup mengganggu.
Beberapa tokoh juga terinspirasi dari lagu hit era 1990-an. Tokoh Indah terinspirasi dari lagu “Begitu Indah” milik grup band Padi. Kemudian, tokoh Sephia terinspirasi dari lagu “Sephia” andalan Sheila on 7. Satu lagi, tokoh Kirana terinspirasi dari lagu “Cinta Kan Membawamu” karya Dewa 19.
Dalam film ini ada lagu “Cinta Kan Membawamu Kembali” yang dinyanyikan penyanyi kondang Reza Artamevia dan pantas mendapat credit lebih. Sebagai lagu pengiring, ia berhasil menghanyutkan penonton dengan adegan Abby yang penuh haru.
Rumit dan Mengharukan
Selama 151 menit menyaksikan film Generasi 90an: Melankolia, kita akan disajikan premis tentang kehilangan orang tercinta secara tiba-tiba yang terkesan sederhana. Kematian Indah justru membawa dampak buruk kepada keluarganya sehingga mereka melewati kehidupan yang terpuruk dan rumit walaupun akhirnya secara tersirat keluarga ini berusaha move on dari kesedihan mereka.
Secara garis besar, film Generasi 90an: Melankolia adalah tontonan yang cocok buat pencinta drama. Kesedihan dan keterpurukan jadi bumbu utama di film ini, sehingga kita enggak bisa berharap banyak tentang transformasi karakter di penghujung cerita. Lebih dari itu, para pemeran berhasil membawakan karakternya masing-masing dengan emosi yang mendalam.
Produser dan sutradara menyampaikan dua pesan khusus lewat film Generasi 90an: Melankolia. Yang pertama, mengingatkan kita bahwa kesedihan dan kebahagian adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Manusia selalu punya cara untuk menyelesaikan masalah. Kedua, agar penonton bisa berempati terhadap keluarga korban kecelakaan pesawat terbang yang harus kehilangan orang-orang tercinta secara tiba-tiba.
***
Film Generasi 90an: Melankolia tayang di bioskop mulai 24 Desember. Catat tanggal mainnya dan kalau sudah nonton, ayo bagikan komentar kalian di kolom review yang ada di artikel ini, ya. Nantikan review film selanjutnya dari KINCIR.