Review Film Why Do You Love Me (2023)

Why Do You Love Me
Genre
  • komedi
Actors
  • Adipati Dolken
  • Jefri Nichol
  • Onadio Leonardo
Director
  • Herwin Novianto
Release Date
  • 28 June 2023
Rating
3 / 5

*(SPOILER ALERT) Review film Why Do You Love Me ini sedikit mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.


Pada akhir Juni 2023 ini, kita kedatang film Indonesia baru yang tayang lewat sejumlah bioskop, yaitu Why Do You Love Me Film ini merupakan adaptasi dari film asal Belgia berjudul Hasta La Vista (2011) yang lumayan populer dan telah beberapa kali mendapat remake pada negara lain. Film ini pun disutradarai oleh Herwin Novianto yang pada 2023 ini juga sukses menggarap film Kembang Api.

Sinopsis film Why Do You Love Me berkisah tentang tiga pemuda penyandang disabilitas, yaitu Baskara (Adipati Dolken), Danton (Jefri Nichol), serta Miko (Onadio Leonardo). Ketiga sahabat ini pun berniat melakukan perjalanan dari Jakarta ke wilayah prostitusi terbesar pada Surabaya, yaitu Gang Dolly, untuk merasakan pengalaman seksual buat pertama kalinya.

Nah, sebelum kamu nonton film Why Do You Love Me pada bioskop, simak terlebih dahulu ulasan KINCIR berikut ini!

Review film Why Do You Love Me

Premis unik yang dikemas dengan buru-buru

Review film Why Do You Love Me
Review film Why Do You Love Me Via Istimewa.

Dari sinopsisnya tersebut, sebenarnya sudah bisa kita lihat bahwa Why Do You Love Me memiliki premis yang sangat unik buat film Indonesia, meski memang sebuah adaptasi. Sayangnya, premis yang menarik tersebut enggak tereksekusi dengan sempurna. Pasalnya, alur cerita dalam film ini seolah ingin buru-buru berakhir karena mengejar durasinya yang cuma 84 menit atau 1 jam 24 menit.

Akibat hal ini, latar belakang dari setiap karakternya jadi enggak terungkap terlalu dalam sehingga penonton kurang kenal dengan masalah tiga tokoh utama masing-masing. Konsep ‘road trip’ yang sebenarnya jadi esensi film ini juga kurang terasa karena buru-buru berakhir. Bahkan, beberapa poin cerita ada juga yang terkesan terlewatka begitu saja pada akhir filmnya saking padatnya durasi.

Premis ceritanya juga sebenarnya bisa menjadi ‘ladang’ bagi banyaknya dark jokes, terlebih karena genre filmnya memang komedi dan punya rating usia 17+. Namun, lagi-lagi hal tersebut enggak terlalu banyak tereksplor karena durasinya yang pendek.

Terlepas dari kekurangan tersebut, jalan cerita dalam film ini masih terasa fresh dan lumayan bisa kita nikmati sewaktu menonton. Namun, pengalaman setelah menontonnya akan terasa biasa saja, karena enggak ada hal yang begitu membekas akibat penceritannya yang agak dangkal tersebut.

Akting yang solid dari Adipati Dolken dan Jefri Nichol

Via Istimewa

Durasi yang singkat sebenarnya juga membuat film ini jadi kurang memperdalam chemistry dari tiga karakter utamanya. Beruntungnya, hal ini cukup tertutupi dengan akting yang solid dari Adipati Dolken dan juga Jefri Nichol. Performa mereka terbilang berhasil menggugah emosi penonton, terutama menjelang akhir filmnya.

Selain Adipati dan Jefri, TJ Ruth juga berhasil menjadi scene stealer sepanjang film ini sebagai pengasuh yang menemani ketiga pemuda tersebut ke Surabaya, yaitu Endang. Para aktor pendukung lainnya dalam film ini juga berhasil tampil baik, walau porsi tampilnya jauh lebih sedikit ketimbang para pemain utama.

Namun, menurut KINCIR ada beberapa pemain yang aktingnya terasa terlalu datar dan ada juga aktor yang aktingnya agak terlalu dilebih-lebihkan. Selain itu, ada juga pemilihan pemain yang terbilang kurang tepat dengan karakternya. Meski begitu, porsi tampil dari para pemeran yang cukup mengganjal ini tidak terlalu banyak sehingga tak terlalu mengganggu pengalaman nonton.

Visual yang cukup menarik dengan scoring yang kurang bikin nyaman

Via Istimewa

Film ini mungkin menjadi salah satu film Indonesia yang memiliki visualisasi kreatif. Pasalnya, film ini beberapa kali cukup berhasil menggambarkan momen sensual dengan visual yang ‘aman’, tapi tetap terasa nuansa vulgarnya. Selain itu, transisi antaradegan serta beberapa teknik pengambilan gambarnya juga cukup unik, khususnya saat para karakternya sedang dalam perjalanan.

Sayangnya, scoring dalam film ini terbilang cukup mengganggu karena hampir selalu ada pada setiap momen dan kadang tak sesuai dengan suasana dari momennya. Scoring dalam film ini cukup gagal menggambarkan emosi dari adegannya. Terlepas dari hal tersebut, sebagian besar soundtrack-nya terbilang pas dengan tema cerita filmnya, khususnya lagu “Why Do You Love Me” yang dinyanyikan Ghaniyya Ghazi.

***

Secara garis besar, premis cerita yang sangat menarik dari Why Do You Love Me terasa tersia-siakan karena durasi filmnya yang terlalu pendek. Jika kamu tertarik, film ini sudah bisa kamu saksikan pada sejumlah bioskop Indonesia mulai 28 Juli 2023.

Nah, bagaimana tanggapan kamu dengan review film tersebut? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk ulasan film lainnya, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.