Info 
*Spoiler Alert: Review film Till We Meet Again ini mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Setelah sukses menggarap You Are the Apple of My Eye (2011) yang menjadi salah satu film Taiwan yang mendunia, Giddens Ko kembali dengan karya baru lagi pada 2021 lalu. Film barunya tersebut berjudul Till We Meet Again yang juga merupakan hasil adaptasi dari buku ciptaannya. Film yang bergenre romantis-fantasi tersebut pun baru rilis pada sejumlah bioskop Indonesia mulai 12 Januari 2022.
Sinopsis film Till We Meet Again mengisahkan Ah-Lun (Kai Ko), seorang cowok yang meninggal dunia kemudian menjadi seorang dewa cinta. Ah-Lun pun memiliki seorag rekan perempuan bernama Pinky (Gingle Wang) yang membantunya dalam menjalani misi di Bumi. Namun, Ah-Lun mengalami kesulitan ketika harus mencarikan jodoh buat kekasihnya sewaktu dia masih hidup.
Penasaran bagaimana keseruan film Till We Meet Again? Simak terlebih dahulu ulasan KINCIR berikut ini!
Review film Taiwan Till We Meet Again
Film romantis dengan konsep yang unik
Till We Meet Again memang terbilang memiliki konsep yang sangat unik untuk sebuah film romantis. Soalnya, film ini enggak cuma menghadirkan kisah cinta antara dua dunia yang berbeda, tetapi juga membahas tentang takdir atau jodoh manusia semasa hidupnya. Soalnya, dalam film ini Ah-Lun ternyata enggak terikat benang merah dengan Xiao Mi (Vivian Sung) selaku kekasihnya sewaktu masih hidup.
Hal tersebut kemudian menyadarkan Ah-Lun bahwa Xiao Mi bukanlah jodohnya meski dia sangat cinta mati terhadap sang cewek. Setelah menjadi seorang dewa cinta, Ah Lun akhirnya berusaha untuk mencarikan jodoh buat Xiao Mi agar mantan kekasihnya tersebut bisa hidup bahagia. Namun, benang merah yang dikaitkan kepada Xiao Mi selalu putus sehingga sang cewek tak kunjung mendapat jodoh.
Hal ini kemudian membuat Ah-Lun meminta bantuan dari dewa cinta lain buat mencarikan jodoh untuk Xiao Mi. Namun, usaha keras Ah-Lun tersebut justru membuat Pinky selaku rekannya merasa cemburu, karena Ah-Lun dan Pinky ternyata adalah jodoh satu sama lain.
Konsep cerita tersebut tentunya sangat unik untuk sebuah film romantis, karena Ah-Lun enggak mencoba buat memiliki Xiao Mi kembali, melainkan mencarikan jodoh sesungguhnya. Selain itu, pembawaan kisah romantis tersebut juga diselingi oleh beberapa genre lainnya, mulai dari fantasi, komedi, hingga horor sekalipun karena berhubungan dengan dunia arwah.
Kehadiran antagonis yang sebenarnya enggak perlu
Dalam film ini, ada sosok antagonis atau villain bernama Gui Tou Cheng (Umin Boya) yang berwujud roh jahat dan telah terkurung pada dunia lain selama ratusan tahun. Namun, pada suatu hari, Gui Tou Cheng berhasil kabur ke Bumi dan mencoba balas dendam terhadap orang yang berbuat jahat kepadanya. Sosok Gui Tou Cheng pun terbilang menjadi elemen utama dalam menghadirkan genre horor pada film ini.
Meski begitu, kehadiran Gui Tou Cheng sebagai antagonis dalam film ini sebenarnya enggak diperlukan. Sebab, kehadirannya justru sedikit merusak fokus utama ceritanya karena tak terlalu relevan dengan konflik filmnya. Apalagi, keterkaitan Gui Tou Cheng dengan Ah-Lun serta konflik utamanya benar-benar baru terungkap menjelang filmnya berakhir.
Padahal, menurut KINCIR film ini akan jauh lebih menarik jika cuma berfokus pada konflik hubungan cinta segitiga antara Ah-Lun dengan Xiao Mi dan Pinky saja yang cukup rumit, tapi unik. Jadi, film ini sebenarnya tak perlu menghadirkan sosok antagonis buat memiliki konflik, cukup dengan hubungan para karakternya saja.
Sukses memainkan emosi penonton sepanjang film
Sebagai sebuah film romantis, Till We Meet Again terbilang sukses memainkan emosi penontonnya sepanjang film. Kamu bakal bisa terharu hingga menangis sekalipun ketika melihat sejumlah adegannya, khususnya momen flashback Ah-Lun dan Xiao Mi sebelum sang cowok meninggal. Namun, ada kalanya kamu justru tertawa terbahak-bahak karena tingkah laku karakternya yang sangat konyol.
Sepanjang filmnya, perasaan kamu bakal campur aduk, mulai dari sedih, senang, hingga takut sekalipun karena adanya sedikit elemen horor dalam film ini. Hebatnya, film ini berhasil menyeimbangkan emosi dari setiap adegan tersebut sehingga tak timpang tindih. Jadi, jika adegannya menyedihkan, tak akan ada lelucon konyol yang bisa merusak emosi penonton dalam momen tersebut.
Akting memukau, tapi tak dibarengi pembagian porsi yang pas
Seluruh pemain dalam film ini berhasil tampil memukau dan menjadi salah satu faktor utama dalam memainkan emosi penoton pada setiap adegannya. Namun, sosok yang menurut KINCIR paling mencuri perhatian dalam film ini adalah Gingle Wang yang tampil nyeleneh dan menggemaskan sebagai Pinky. Sayangnya, porsi peran Wang sebagai Pinky dalam film ini terbilang sangat sedikit ketimbang aktor lain.
Wang yang berstatus sebagai pemeran utama perempuan dalam film ini bahkan punya porsi peran yang lebih sedikit ketimbang Vivian Sung yang sebenarnya adalah pemeran pendukung. Hal ini tentunya cukup disayangkan, terlebih karakter Pinky punya kepribadian yang unik serta latar belakang yang sangat menarik buat dieksplor.
Kalau menurut KINCIR, eksplorasi lebih dalam terkait kehidupan Pinky sebelum meninggal akan lebih menarik ketimbang menghadirkan sosok roh jahat sebagai antagonis. Dengan begitu, akan jauh lebih banyak adegan yang relevan dengan konflik utamanya.
***
Secara garis besar, Till We Meet Again menjadi film fantasy-romance dengan konsep unik yang cukup menghibur dan juga sukses memainkan emosi. Saran KINCIR, kamu sebaiknya menyiapkan tisu saat menonton film ini karena cukup banyak adegan yang mampu bikin terharu. Film ini bisa kamu saksikan pada sejumlah jaringan bioskop CGV dan Cinepolis mulai 12 Januari 2022.
Bagaimana tanggapan kamu dengan review film Till We Meet Again tersebut? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk ulasan seputar film lainnya, ya!
