*(SPOILER ALERT) Review film Firestarter ini sedikit mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.
Buat kamu yang suka dengan tontonan bergenre horor, pastinya sudah enggak asing lagi dengan sosok Stephen King, ‘kan? Yap, Stephen King adalah penulis novel horor yang sejumlah karyanya telah diadaptasi menjadi film layar lebar, seperti Firestarter (1984). Terlepas dari ulasan buruknya, pada 2022 ini kita justru akan kedatangan versi reboot Firestarter yang dibintangi Zac Erfon dan Ryan Kiera Armstrong.
Sinopsis film Firestarter berkisah tentang sepasang suami-istri bernama Andy dan Vicky McGee yang menjadi eksperimen organisasi The Shop saat masih kuliah. Andy dan Vicky yang kini beranjak dewasa pun memiliki anak bernama Charlie yang memiliki kemampuan spesial untuk menciptakan panas dan api. Namun, kemampuan Charlie justru membuatnya jadi incaran dari organisasi The Shop.
Nah, sebelum kamu menonton Firestarter, simak terlebih dahulu ulasan KINCIR berikut ini!
Review film Firestarter (2022)
Penceritaan yang terlalu buru-buru
Film Firestarter dibuka dengan kisah menceritakan latar belakang dari ketiga karakter utamanya. Andy dan Vicky McGee adalah pasangan yang sempat terlibat dalam sebuah eksperimen yang kemudian membuat mereka jadi memiliki kekuatan super. Keduanya lalu punya anak perempuan bernama Charlie dengan kemampuan super untuk menciptakan panas dan api yang jauh lebih berbahaya dari milik mereka.
Setelah itu, ceritanya akan berfokus pada Charlie yang mulai belajar mengendalikan kemampuannya serta organisasi The Shop yang mulai memburu Charlie. Namun, penceritaan dalam film ini terbilang sangat terburu-buru. Hal ini terjadi karena durasinya yang terbilang sangat pendek, yaitu hanya 94 menit yang tentunya jauh lebih sedikit dari film orisinalnya yang berdurasi 114 menit.
Proses penceritaan jadinya seolah dikejar-kejar oleh durasinya yang sangat pendek. Hasilnya, penyelesaian konfliknya jadi sangat terburu-buru dan perkembangan karakternya sangat enggak terasa spesial. Selain itu, penceritaan yang buru-buru ini juga bikin kisahnya jadi tidak detail sehingga menimbulkan banyak plot hole dan membuat kita jadi kebingungan pada akhir filmnya.
Karakter yang enggak berkesan sama sekali
Sosok Charlie yang diperankan oleh Ryan Kiera Armstrong menjadi tokoh utama dari film Firestarter. Dari segi akting, performa Armstrong sebagai Charlie sebenarnya bagus-bagus saja, meski memang enggak spesial juga. Namun, keberedaan Charlie sebagai tokoh utama film ini terbilang ditulis dengan sangat buruk, terutama dari segi perkembangan karakternya.
Proses Charlie beradaptasi dengan kekuatannya sama sekali enggak terasa, begitu pula chemistry-nya dengan kedua orang tuanya. Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi tentunya berkaitan dengan durasinya yang pendek sehingga perkembangan karakternya jadi buru-buru. Akibatnya, Charlie jadi enggak meninggalkan kesan sama sekali terhadap penonton sebagai karakter utama filmnya.
Well, sebenarnya hal ini tak cuma terjadi terhadap Charlie saja, melainkan juga seluruh karakter dalam film Firestarter. Latar belakang dari setiap karakternya kurang detail dan chemistry antartokohnya juga enggak terbangun apik sehingga tak meninggalkan hubungan emosional dengan penonton. Jadinya penonton tidak akan merasakan apapun ketika salah satu karakternya ada yang tewas.
Horor yang terasa sangat nanggung
Meski terkesan seperti film fiksi-ilmiah, Firestarter sebenarnya memiliki genre horor seperti versi orisinalnya. Nuansa horor sebenarnya cukup terasa dalam beberapa momen awal filmnya dengan menghadirkan berbagai momen jump scare. Sayangnya, teknik jump scare itu terjadi berulang kali sehingga penonton jadi sudah tak kaget lagi ketika muncul momen serupa.
Selain jump scare, Firestarter juga menghadirkan elemen horor lewat beberapa momen gore-nya. Akan tetapi, kehadiran momen gore ini terbilang sangat nanggung sehingga tak terlalu membuat penonton merasa ngeri. Kemungkinan hal ini terjadi karena rating usianya yang hanya menyentuh PG-13 sehingga tak bisa menampilkan kebrutalan yang jauh lebih mengerikan.
***
Meski menjadi sebuah reboot, Firestarter seolah tak belajar dari kesalahan film orisinalnya. Malahan, versi reboot-nya terasa lebih buruk ketimbang film orisinalnya yang tayang pada 1984 silam. Namun, jika kamu masih penasaran, Firestarter sudah bisa disaksikan pada sejumlah bioskop Indonesia mulai 18 Mei 2022.
Bagaimana tanggapan kamu dengan review film Firestarter ini? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk ulasan seputar film lainnya, ya!