*Spoiler Alert: Review film Ant-Man and the Wasp: Quantumania mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Marvel Cinematic Universe (MCU) fase 4 telah ditutup dengan perilisan Black Panther: Wakanda Forever (2022). Kini, kita diajak untuk menelusuri MCU fase 5, yang dimulai dengan perilisan Ant-Man and the Wasp: Quantumania. Selain menjadi pembuka fase 5, Quantumania juga menjadi film solo ketiganya Ant-Man di MCU.
Quantumania kembali disutradarai oleh Peyton Reed, sosok yang juga menyutradarai dua film pertama Ant-Man. Para aktor utama seri film Ant-Man, yaitu Paul Rudd, Evangeline Lilly, Michael Douglas, dan Michelle Pfeiffer tentu saja kembali memeriahkan Quantumania. Selain mereka, film ini juga dibintangi Jonathan Majors, Kathryn Newton, David Dastmalchian, dan aktor lainnya.
Ant-Man and the Wasp: Quantumania berkisah tentang kehidupan Scott Lang setelah kejadian di Avengers: Endgame (2019). Pada suatu hari, anaknya Scott, yaitu Cassie Lang, menunjukkan sebuah alat ciptaannya yang dapat memberikan sinyal ke Quantum Realm. Namun gara-gara alat tersebut, Scott, Cassie, Hope, Janet, dan Hank jadi tersedot ke dalam Quantum Realm.
Review film Ant-Man and the Wasp: Quantumania
Pembuka MCU fase 5 yang tidak spesial
Jika kita kilas balik, Marvel Studios membuka fase 4 lewat film Black Widow (2021) yang cukup mengecewakan dan tidak spesial. Seakan tidak belajar, Marvel Studios kembali melakukan kesalahan yang sama dengan membuka MCU fase 5 dengan cara yang tidak spesial. Padahal, Quantumania dipersiapkan sebagai film penting untuk kelangsungan masa depan Multiverse Saga di MCU karena mengenalkan Kang the Conqueror.
Buat kamu yang belum tahu, Kang dipersiapkan menjadi villain besar MCU setelah Thanos. Penampilan Kang di Quantumania sama sekali tidak mengecewakan. Sayangnya, naskah film yang digarap Jeff Loveness ini kurang berhasil memberikan pengenalan yang megah untuk villain sebesar dan sepenting Kang. Sudah terlihat begitu mengancam dan overpower (OP) di awal, tiba-tiba villain ini mendapatkan nasib yang sama sekali tidak mengesankan di akhir filmnya.
Selain menjadi pengenalan Kang, Quantumania menjadi rekonsiliasi Scott dan Cassie setelah bertahun-tahun tidak berkomunikasi karena Scott terjebak di Quantum Realm pada kejadian di Ant-Man and the Wasp (2018). Sayangnya, naskah yang digarap Loveness juga gagal menciptakan elemen sentimental di antara hubungan Scott dan Cassie. Adegan singkat pertemuan Scott dan Cassie di Endgame bahkan jauh lebih emosional dibandingkan seluruh momen kebersamaan Scott dan Cassie di Quantumania.
Di luar permasalahan naskah yang kurang matang, sutradara Peyton Reed berhasil menampilkan Quantum Realm yang begitu megah. Setidaknya, Quantumania menyajikan pengalaman berkelana menjelajahi Quantum Realm yang indah dan dipenuhi dengan makhluk unik dan beragam. Selain itu, kita juga bisa tahu apa saja yang dilakukan Janet ketika dia terdampar di Quantum Realm selama 30 tahun.
Banyak momen maksa hasil dari naskah lazy writing
Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, naskah menjadi permasalahan utama dari Quantumania. Naskah yang tidak matang akhirnya membuat pengenalan Kang jadi tidak spesial dan tidak ada momen sentimental di antara hubungan Scott dan Cassie. Selain itu, banyak momen maksa yang tercipta di sepanjang film ini.
Hal lainnya yang menurut saya paling mengganggu dari Quantumania adalah pembangungan karakter MODOK. Ketika Scott dan keluarganya terjebak di Quantum Realm, terungkaplah bahwa villain pertama Ant-Man, yaitu Darren Cross atau Yellowjacket, ternyata terjebak di Quantum Realm dan Kang mengubahnya menjadi MODOK. Dendam Darren kepada Scott sebenarnya sudah menjadi dasar yang kuat atas kekejamannya MODOK.
Sutradara Peyton Reed juga berhasil menampilkan bagaimana aneh dan jeleknya MODOK seperti versi komiknya. Sayangnya, kehadiran MODOK hanya dibuat sebagai lelucon untuk film ini. Sudah terlihat begitu kejam di awal kemunculannya, MODOK tiba-tiba insaf begitu saja dengan cara yang konyol. Enggak ada yang salah dengan MODOK yang insaf, masalahnya kenapa penulis Jeff Loveness mengeluarkan jurus lazy writing yang akhirnya merusak pembangunan karakter MODOK.
Selain MODOK, jurus lazy writing yang dilakukan Loveness juga merusak momen epic pada pertarungan akhir film ini. Sebelum pertarungan akhir, Kang sudah terlihat begitu meyakinkan sebagai ancaman besar untuk masa depan MCU. Lagi dan lagi karena lazy writing, Loveness menggunakan banyak plot armor yang membuka jalan kemenangan bagi Ant-Man. Cara Kang kalah di film ini benar-benar meruntuhkan image ngeri yang dibangun sebelumnya.
Hanya Jonathan Majors dan Michelle Pfeiffer yang bersinar di film ini
Dari semua aktor yang tampil di Quantumania, hanya dua orang yang penampilannya berhasil mencuri perhatian, yaitu Jonathan Majors yang memerankan Kang dan Michelle Pfeiffer yang memerankan Janet. Kamu akan tahu betapa luasnya range aktingnya Majors sehingga bisa mengerti alasan Marvel Studios memilih dia untuk memerankan Kang.
Masa lalu Janet yang terjebak selama 30 tahun di Quantum Realm akhirnya terungkap lewat Quantumania, sehingga Janet memiliki porsi tampil yang lebih banyak dari film Ant-Man sebelumnya. Pfeiffer pun menggunakan kesempatan tersebut sebaik mungkin dengan membuat Janet terlihat lebih menonjol. Ditambah lagi, kolaborasi Majors dan Pfeiffer terlihat begitu serasi pada adegan tentang masa lalu kebersamaan mereka di Quantum Realm.
Sebagai dua aktor utama di waralaba Ant-Man, Paul Rudd dan Evangeline Lilly memberikan penampilan yang kurang memorable di Quantumania. Lalu, keputusan Marvel Studios mengganti pemeran Cassie dari Emma Fuhrmann ke Kathryn Newton tampaknya adalah sebuah kesalahan. Kualitas akting Newton benar-benar buruk di sepanjang film, serta chemistry Rudd dan Newton sebagai ayah dan anak juga kurang terbentuk.
Selain akting Newton sebagai Cassie yang buruk, Michael Douglas juga terlihat sekali terlalu tua untuk memerankan Hank Pym. Bukan masalah penampilannya, jelas terlihat bahwa Douglas sudah tidak punya stamina yang cukup untuk melakukan banyak aksi. Alhasil, Hank hanya ditampilkan pada momen-momen yang tidak terlalu membutuhkan banyak aksi di film ini.
***
Akting memukaunya Jonathan Majors sebagai Kang the Conqueror bahkan tidak mampu menolong kualitas naskah Quantumania yang kurang matang dan lazy writing. Untuk film yang digadang-gadang sebagai puncak MCU oleh Kevin Feige, kualitas Quantumania yang underwhelming masih jauh dari klaim tersebut. Apakah ini menjadi tanda bahwa Marvel Studios mulai kewalahan membawa MCU setelah kesuksesan besar Avengers: Endgame?
Setelah baca review film Ant-Man and the Wasp: Quantumania, apakah kamu jadi tertarik menonton kembali film MCU ini di bioskop? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!