*Spoiler Alert: Review film 65 mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Kamu yang mengikuti seri film Star Wars pastinya enggak asing dengan Adam Driver, aktor yang berperan sebagai Kylo Ren atau Ben Solo. Setelah menyelesaikan perannya di Star Wars, Driver kembali beraksi di film fiksi ilmiah terbaru yang diberi judul 65. Bedanya dengan Star Wars yang memperlihatkan kehidupan antargalaksi, hampir sebagian besar latar tempat 65 berlangsung di Bumi.
65 disutradarai oleh Scott Beck dan Bryan Woods, duo yang juga bertanggung jawab sebagai penulis naskah film ini. Fakta menariknya, Beck dan Woods sebelumnya adalah orang yang bertanggung jawab dalam penulisan naskah A Quiet Place (2018). Selain Adam Driver, 65 juga dibintangi oleh Ariana Greenblatt, Chloe Coleman, dan Nika King.
Berlatar waktu 65 juta tahun lalu sebelum ada kehidupan manusia di Bumi, 65 berkisah tentang seorang pilot luar angkasa bernama Mills yang berasal dari planet Somaris, yang peradabannya sudah canggih pada masa itu. Di tengah tugasnya dalam perjalanan luar angkasa untuk mengantarkan penumpang, pesawat Mills menabrak asteroid hingga membuat dia jatuh ke Bumi yang saat itu masih didominasi oleh hewan purba, termasuk dinosaurus.
Review film 65
Konsepnya bagus tetapi dieksekusi dengan naskah yang lazy writing
Kamu yang sudah menonton trailernya pastinya setuju bahwa 65 menghadirkan konsep yang menjanjikan dan terlihat menegangkan. Setelah menonton filmnya, saya setuju jika konsep film ini memang sangat menarik dengan memperlihatkan ternyata sudah ada peradaban sangat maju di planet lain pada 65 juta tahun lalu, ketika Bumi masih belum ada peradaban manusia sama sekali pada saat itu.
Kita juga bisa melihat bagaimana manusia dari planet maju harus bertahan hidup di Bumi yang masih primitif. Sayangnya, konsep yang sangat bagus ini malah dieksekusi dengan cara yang mengecewakan. Scott Beck dan Bryan Woods, yang bertugas sebagai sutradara sekaligus penulis naskah, terasa sekali kurang memberikan usaha yang maksimal untuk film mereka dengan menghadirkan naskah yang lazy writing.
Dengan durasi 1 jam 33 menit, Beck dan Woods terlihat kewalahan dalam menyampaikan jalan cerita 65, sampai banyak detail penting yang harusnya disampaikan malah dilupakan begitu saja di filmnya. Satu hal yang paling mengganggu buat saya adalah film ini sama sekali enggak menjelaskan apa detail pekerjaannya Mills selain hanya sebagai pilot. Kita enggak diberi tahu sebenarnya ekspedisi apa yang dia jalankan sampai membawa banyak penumpang dalam keadaan tidur di pesawatnya.
65 juga sama sekali tidak menjelaskan sudah berapa lama Mills menjalankan ekspedisi dua tahunnya ini. Namun di tengah-tengah usaha Mills dan Koa bertahan hidup, kita malah disajikan informasi lain bahwa anaknya Mills telah meninggal selama dia menjalani ekspedisi. Niatnya mau bikin penonton sedih dan berempati dengan keadaannya Mills, tetapi yang ada penonton malah harus dibuat mencerna berbagai informasi baru yang tiba-tiba diperlihatkan begitu saja di sela-sela film.
Chemistry yang hambar antara Adam Driver dan Ariana Greenblatt
65 memang menampilkan ketegangan tentang bagaimana seseorang bisa bertahan hidup di planet primitif. Namun secara keseluruhan, film ini sebenarnya ingin menunjukkan bagaimana Mills adalah sosok ayah yang baik. Dari awal film saja, kita sudah bisa melihat bagaimana Mills terlihat begitu menyayangi anaknya bahkan sampai enggak tega meninggalkan anaknya demi pekerjaannya.
Interaksi Mills dan anak kandungnya memang enggak banyak ditampilkan di film. Namun di sepanjang film, Mills bertindak sebagai ayah untuk Koa, penumpang anak kecil yang satu-satunya bertahan hidup di pesawatnya Mills. Interaksi Mills dan Koa jadi fokus utama film ini, sayangnya kedua aktor yang memerankan kedua karakter tersebut, yaitu Adam Driver dan Ariana Greenblatt, malah tidak menciptakan chemistry yang baik.
Film ini memang memperlihatkan pembangunan hubungan antara Mills dan Koa. Berawal dari Mills yang mau enggak mau melindungi Koa karena anak tersebut merupakan salah satu penumpangnya, hingga terbentuknya hubungan ayah dan anak di antara keduanya. Namun, hubungan ayah dan anak di antara Mills dan Koa terlihat tidak meyakinkan. Driver terlihat cukup kaku untuk terlihat menjadi sosok ayah.
Visual oke tetapi penggunaan scoring menegangkannya terlalu berlebihan
Sebagai informasi, 65 dibuat dengan bujet 45 juta dolar (sekitar Rp668 miliar), yang bisa dibilang cukup kecil untuk film Hollywood bertema fiksi ilmiah. Untuk bujet segitu, kualitas visual yang ditampilkan 65 bisa dibilang cukup oke. Kualitas CGI dalam menampilkan luar angkasa dan dinosaurus terlihat cukup meyakinkan dan tidak kalah dengan film berbujet besar lainnya.
Visualnya memang cukup oke, sayangnya ada sedikit kekurangan pada audio yang ditampilkan film ini. Sutradara Scott Beck dan Bryan Woods terlalu memaksakan nuansa menegangkan pada filmnya dengan menggunakan scoring bernuansa menegangkan yang cukup berlebihan. Bahkan, ada beberapa adegan yang sebenarnya tidak menegangkan tetapi malah ditampilkan dengan menggunakan scoring menegangkan yang terasa dipaksakan.
***
65 adalah contoh nyata bagaimana lazy writing dapat mengacaukan konsep cerita film yang sebenarnya punya potensi besar untuk sukses. Para sutradara film ini, yang juga merupakan penulis naskah, seakan enggak mau repot menjelaskan banyak hal terjadi di filmnya. Fatalnya lagi, film ini tidak menjelaskan banyak hal tentang latar belakang karakternya, yang bisa dibilang sebagai kesalahan fatal.
Setelah baca review film 65, apakah kamu jadi tertarik menonton film fiksi ilmiah ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!