Semenjak Hari Perfilman Nasional yang diperingati kembali pada 30 Maret 2023 lalu, Netflix semakin banyak merilis berbagai film Indonesia dari berbagai genre. Bukan hanya film tahun 2010-an ke bawah, ada banyak film klasik lawas yang bisa kamu tonton di sana.
Film-film dengan berbagai genre ini tidak hanya menyimpan banyak jejak sejarah, tetapi punya kisah variatif yang membuat kita yakin bahwa film Indonesia enggak kalah dengan film-film luar. Tonton film-film klasik berkelas Indonesia ini di Netflix, yuk!
Film Indonesia lawas berkelas
Catatan Si Boy (1987)
Kesempurnaan, pada dekade 80an, hampir dimiliki oleh Boy, seorang laki-laki gaul ibukota yang tidak hanya tampan. Ia juga kaya-raya, rajin berolahraga, punya banyak teman, circle keren, jago menulis dan tentu saja rajin salat. Dengan 99% kesempurnaan yang hadir di dalam dirinya, maka wajar jika Boy kerap dikejar banyak cewek cantik.
Catatan Si Boy (1987) dan sekuel-sekuelnya (1988-1991) berfokus pada kisah asmara Boy yang dibumbui dengan cerita pergaulan, persahabatan, dan kampus. Meski cinta Boy awalnya adalah pada Nuke, ketidaksetujuan orang tua Nuke membuat Boy pada akhirnya mengukir cerita dengan beberapa perempuan yang mengejarnya, seperti Vera dan Ocha.
Film-film Catatan Si Boy dipenuhi dengan bumbu-bumbu eksklusivitas anak kelas atas Jakarta, pencarian jati diri, dan juga pemahaman akan makna cinta. Mungkin, sekilas cerita Boy terasa dangkal. Namun, sebetulnya Catatan Si Boy adalah gambaran yang bagus mengenai anak muda high class Indonesia di ibukota pada zamannya.
Tjoet Nja’ Dhien (1988)
Memang bukan hal yang sulit untuk menemukan nuansa pergerakan wanita di dalam film-film Indonesia, bahkan pada tahun 80an! Soal ini, Indonesia memang cenderung lebih baik daripada Hollywood yang kebanyakan menampilkan damsel-in-distress pada masanya.
Film ini didasarkan pada kisah nyata kehidupan seorang pahlawan nasional Indonesia bernama Cut Nyak Dien, seorang pemimpin perang Aceh pada masa Perang Aceh.
Ia mengisahkan perjuangan Cut Nyak Dien,dalam melawan penjajah Belanda yang datang untuk menguasai daerah Aceh. Sebagai seorang pemimpin perang, ia memimpin pasukannya dalam berbagai pertempuran, yang membuatnya mendapatkan penghargaan dari pihak Belanda karena keberaniannya. Namun, penghargaan tersebut tidak mengubah sikapnya dalam melawan penjajah.
Selain itu, film ini juga menggambarkan kehidupan pribadi Tjut Nja Dien, termasuk kisah cintanya.
Secara keseluruhan, “Tjut Nja Dhien” adalah sebuah film yang mengisahkan tentang perjuangan seorang perempuan pemberani dalam melawan penjajah Belanda dan menjadi salah satu pahlawan nasional Indonesia. Film ini juga menampilkan kisah cinta yang inspiratif dan penuh makna.
Pasir Berbisik (2001)
Walaupun lebih dikenal lewat Ada Apa dengan Cinta, tetapi Dian Sastrowardoyo terlebih dahulu bermain dalam Pasir Berbisik. Pasir berbisik adalah arthouse movie yang mengombinasikan antara isu politik dan pencarian jati diri.
Fokus ceritanya adalah Daya, seorang perempuan, anak dalang, yang ayahnya “menghilang”. Ia dirawat Berlian, ibunya yang keras dan bekerja sebagai penjual jamu. Suatu hari, kebakaran “disengaja” dan konspirasi pembunuhan menghantui kampung mereka, sehingga terpaksa mereka pindah ke Pasir Putih.
Pasir Berbisik adalah film menarik yang penuh filosofi. Bahkan, ia mendapatkan beberapa pengharhaan bergengsi. Namun, mungkin ia bukan film untuk semua orang, tidak untuk merrka yang mencari film dengan plot seru.
Banyu Biru (2005)
Walaupun merupakan film lawas, Banyu Biru tetap cocok ditonton oleh kaum overwork masa kini.
Banyu Biru berkisah tentang seorang pria bernama Banyu yang bekerja sebagai customer service di supermarket. Hidupnya begitu monoton dan suatu saat ia memutuskan untuk melakukan perjalanan, menemukan dirinya sendiri, dan memahami masa lalunya yang selalu membayang-bayangi. Orang-orang yang ia temui, baik dari masa kini mau pun masa lalu memberikan value kehidupan baru dan pandangan yang lebih menarik terkait pilihan hidupnya.
Banyu Biru adalah feel good movie yang cocok untuk penonton yang ingin menemukan inspirasi-inspirasi dalam kehidupan sekaligus belajar menghargai hidup sebagai sesuatu yang layak disyukuri.
Ada Apa dengan Cinta? (2002)
Siapa yang enggak tahu AADC? AADC atau Ada Apa dengan Cinta? merupakan salah satu film remaja berkualitas yang menjadi tonggak kebangkitan film nasional setelah sekian lama “mati suri”. Ada Apa dengan Cinta? memiliki ramuan sederhana tetapi realistis dan mengena. Fokus kisahnya adalah pada Cinta, remaja SMA gaul, pintar, dan hobi membaca sastra yang mengurus majalah dinding sekolahan. Suatu hari, ia harus berurusan dengan Rangga, pemenang lomba puisi yang sombong dan enggan diwawancara untuk mading
Namun, interaksi keduanya yang “panas” dan menyebalkan lama-lama berkembang menjadi cinta. Latar belakang yang berbeda membuat hubungan mereka menjadi lebih berwarna.
Ada Apa dengan Cinta? membuat dua pemeran utamanya, Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra, menjadi ikon aktor kelas A selama berdekade-dekade bahkan hingga saat ini.
Kalau kamu kangen dengan kisah remaja SMA sederhana dengan konflik realistis, maka tonton film ini di Netflix.
Sangkuriang (1982)
Sangkuriang adalah film yang diangkat dari kisah legenda asal Jawa Barat dan merupakan asal-usul dari Gunung Tangkuban Perahu yang dipercaya masyarakat sekitar pada masa lalum
Film Sangkuriang (1982) adalah film yang mempertemukan Suzanna dengan Cliff Sangra, pria yang kelak menjadi suaminya. Suzanna tampak menawan menjadi Dayang Sumbi, sementara Cliff Sangra menjadi Sangkuriang, laki-laki yang meminang ibunya sendiri karena ketidaktahuannya.
Film Sangkuriang di Netflix mendapat sentuhan yang cukup apik sehingga dari segi sinematografis cukup nyaman untuk dilihat.
Jaka Sembung (1981)
Jaka Sembung adalah superhero di hati masyarakat Indonesia. Bernama asli Parmin, ia adalah pendekar jago silat yang juga cukup sakti dan gemar membantu rakyat yang dijajah oleh Belanda. Ia enggak pernah gentar untuk melawan Belanda dan membela mereka yang diintimidasi.
Di Netflix, kamu tidak hanya bisa menonton Jaka Sembung (1981), tetapi jugs sekuelnya yakni Si Buta Lawan Jaka Sembung (1983), dan Bajing Ireng dan Jaka Sembung (1985). Pada masanya, ini adalah film superhero sekaligus crossover yang menawan.
Banyaknya akses film Indonesia di Netflix menunjukkan bahwa sineas kita bisa menghasilkan karya-karya berkualitas. Apalagi, sekarang semakin banyak platform yang mendukung agar karya-karya sineas Indonesia bisa dinikmati oleh penonton di seluruh dunia. Yuk, tonton karya-karya klasik ini di Netflix!