*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat kalian yang belum nonton.
Film yang mengangkat kisah nyata bisa dibilang enggak banyak. Begitu pun dilihat dari deretan film kisah nyata yang tayang, enggak mengherankan jika hanya diminati segelintir orang, seperti film Dark Waters yang tayang sejak 27 November ini.
Dark Waters mengisahkan seorang pengacara yang akhirnya harus melawan perusahaan raksasa di Amerika beserta konspirasinya dalam kasus pencemaran lingkungan. Sang pengacara harus mengorbankan semua yang berharga dalam hidupnya, termasuk keluarga.
Film yang dibintangi Mark Ruffalo ini diangkat dari sebuah artikel di majalah New York Times yang ditulis ulang Mario Correa dan Matthew Michael Carnahan. Lalu, apa yang membuat film Dark Waters jadi film terpenting tahun ini? Simak review filmnya di bawah ini.
Isu Konspirasi yang Bikin Naik Turun Emosi
Apa yang bikin film kisah nyata itu menarik ditonton? Bukan soal beberan faktanya, tapi soal emosi yang kita dapatkan pada saat dan setelah nonton filmnya. Dark Water memenuhi dua hal itu: saat nonton ditampilkan alur yang bikin geregetan, setelah nonton bikin sadar soal kerasnya dunia atas kekuasaan yang ada.
Dok. Focus Features
Bumbu politiknya berhasil menjadi sajian utama yang menarik penonton ke dalam kasus yang ditampilkan. Sementara bumbu komedi berhasil jadi topping yang mendukung kualitas naskah yang dihadirkan meski hanya sedikit. Dua bumbu ini membuat penonton larut dalam pengungkapan DuPont selama 2 jam 6 menit.
Todd Hayes sebagai sutradara bisa meramu semua elemen dan membuat Dark Waters menjadi drama sejarah yang efeknya relate ke zaman sekarang meski kasusnya udah ada sejak belasan tahun yang lalu. Meski sebenarnya punya formula yang sama dengan film-film sejenisnya.
Di awal, sang tokoh utama yang nantinya jadi ‘pahlawan’ menemukan sebuah kasus yang menyadarkannya soal keberlangsungan hidup di dunia ini. Ketika pengungkapan terjadi yang diiringi dengan frustasi, tinggal pilih akhirnya sad ending atau happy ending.
Dok. Focus Features
Film yang diproduseri Mark Ruffalo ini menjadi sebuah drama yang padat dan bikin sakit hati soal dampak kesehatan yang mengerikan dari kelalaian perusahaan DuPont. Bisa dibilang, efeknya membuat penonton geleng-geleng kepala atas fakta yang enggak bisa disangkal selama ini.
Formula pengungkapan kasusnya mirip seperti nonton serial Chernobyl (2019) yang berhasil bikin naik turun emosi. Bedanya, pada penyajian ending yang bikin kita makin kepo soal kasus tersebut. Sayangnya, drama yang dibuat terlalu lama dan cenderung bikin bosan di beberapa bagian. Namun, hal itu rasanya wajar karena film 126 menit ini merangkum kasus belasan tahun.
One Man Show yang Suram dan Simpatik
Sepasang tangan Todd Hayes bisa mengarahkan sosok Mark Ruffalo sebagai Rob Billot yang suram dan bikin simpati. Rob bekerja di sebuah firma hukum terkenal yang bertindak atas nama klien perusahaan besar, DuPont, tapi akhirnya malah mengungkap kejahatan DuPont pada dunia.
Menyaksikan Billot melakukan pekerjaannya dengan baik membuat kita merasa lega bahwa sang tokoh utama film ini diperlakukan apik di awal. Perilaku Billot yang fokus pada hal-hal kecil dari kasus DuPont membuatnya konyol dan mengkhawatirkan. Ruffalo solid dalam memimpin dirinya dan kasus dan menjaga penampilannya tetap dapat dipercaya.
Dok. Focus Features
Sementara karakter pendukung lainnya membuat pengungkapan fakta terasa lebih dramatis. Billot menampilkan kebimbangan untuk mendahulukan kepentingan atau kebenaran. Sang istri, Anne Hathaway memang enggak terlalu berpengaruh pada karier Billot, tapi kesabarannya mengasuh tiga anak sendirian, membuatnya jadi perempuan yang mencoba tegar, meski kedongkolan terlihat dari wajahnya.
Bukan Hanya ‘Air yang Gelap’
Dok. Focus Features
Soal visual, bisa dibilang, film ini versi heavy-nya Wonderstruk yang digarap Todd Hayes pada 2017. Dark Waters ternyata bukan hanya gelap kasusnya, tapi juga mood-nya. Beberapa adegan mengganggu juga tersaji dan beberapa pemakaian kata “f**k” membuat film ini mendapat rating PG-13.
Lewat naskah yang disajikan, menempatkan sebuah perspektif bahwa dunia tempat kita hidup ini enggak jauh dari ilusi yang bahkan sebagian besar enggak menyadarinya. Semua dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkuasa. Satu hal yang dipastikan film ini adalah kegelapan. Buktinya, setiap adegan enggak ada warna terang dan langit yang selalu digambarkan abu-abu.
***
Dark Waters bukan hanya menyadarkan kita untuk hati-hati atas apa yang kita konsumsi, tapi juga tampil sebagai kisah luar biasa tentang kekuatan ketekunan yang dilakukan Rob Billot. Bahkan, dengan banyaknya kritik positif yang menghampiri, bisa jadi kandidat “Film Terbaik” Oscar mendatang.
Buat yang udah nonton, bagaimana pendapat kalian? Film Dark Waters udah tayang sejak 27 November 2019. Bagikan review kalian di kolom ulasan yang ada di awal artikel ini, ya.