5 Persamaan Pola Pikir Iron Man dan Thanos (Bagian 2)

Harus diakui, Iron Man telah jadi pertunjukan utama dalam kisah MCU. Mengingat, Iron Man telah menjadi pionir kesuksesan Marvel dan pahlawan yang dikagumi saat ini. Namun, setelah pertunjukan Thanos di Avengers: Infinity War (2018), sosok villain juga menarik perhatian. Kalau ditelaah, ternyata Iron Man dan Thanos punya kesamaan yang bikin mereka jadi sasaran favorit penggemar.

Keduanya sama-sama punya karakter yang bikin penggemar rumit untuk mengatakan bahwa mereka bisa jadi pahlawan sekaligus villain. Mereka juga punya kesamaan cara untuk meraih tujuannya. Keduanya jadi ikon jagoan populer di langit dan di Bumi.

Lalu, apa kesamaan Iron Man dan Thanos soal memaknai hidupnya? Berikut, hal yang jadi bukti persamaan tersebut. Yuk, simak! Pastiin kalian udah baca bagian pertamanya, ya.

 

1. Terbuka Terhadap Teknologi, Meski Berbahaya

Tony Stark enggak pernah takut terhadap bahaya pada tiap penemuannya. Dia bersedia menempatkan “sumber energi baru” di dadanya untuk menyelamatkan hidupnya di film Iron Man (2008). Setiap kali Iron Man mengenakan armor barunya, dia percaya pada apa yang dibuatnya, meski teknologinya belum teruji sepenuhnya yang bisa dengan mudah menjadi bumerang dan mengambil nyawanya.

Sedangkan Thanos, bersedia melakukan apa saja untuk memiliki Infinity Stones. Meskipun, enggak ada orang lain sebelum dirinya yang pernah berhasil melakukannya. Enggak ada yang tahu juga tentang apa yang akan dilakukan batu-batu tersebut kepada seseorang yang berhasil menyatukannya. Ketika orang lain takut menyatukannya, Thanos malah berusaha mengumpulkan enam batu karena dia percaya bahwa dia butuh untuk misinya.

 

2. Sama-sama Seorang Savior Complex

Via Istimewa

Wajar bagi Tony Stark memiliki kecenderungan savior complex alias jiwa penyelamat. Kalau Captain America dan superhero lainnya berpikir bahwa bersama-sama bisa melawan ancaman, enggak dengan Tony Stark. Dia yakin bahwa di antara para pahlawan lainnya, dia adalah yang paling pandai dan paling bijaksana. Maka dari itu, dia merasakan tanggung jawab untuk menyelamatkan bukan hanya dunia tetapi juga para pahlawan lainnya.

Itulah alasan utama mengapa Tony menciptakan Ultron di Avengers: Age of Ultron (2015). Dia ingin menciptakan sesuatu yang membuat dunia aman dan bahkan enggak repot-repot berkonsultasi dengan para pahlawan lain. Dia yakin bahwa hanya dirinya yang tahu apa yang terbaik untuk keselamatan dunia. Egois, sih, tapi inovatif.

Demikian pula, Thanos juga sama-sama memiliki kecenderungan savior complex. Dia yakin soal bahaya kelebihan populasi di seluruh alam semesta. Makanya, dia keukeuh nyari Infinity Stones dan tega menghilangkan setengah populasi alam semesta.

Sama seperti Tony dan Ultron, ketika orang lain mencoba meyakinkan Thanos bahwa metodenya salah, dia mengabaikan peringatan tersebut. Dia yakin bahwa hanya caranya yang benar dan satu-satunya misi untuk menyelamatkan semua orang.

3. Rela Mati Demi Tujuannya

Tony Stark adalah seseorang yang pragmatis. Dia telah melakukan beberapa hal mengerikan di masa lalu. Contohnya, menciptakan senjata pemusnah massal, menciptakan Ultron, atau berbalik melawan Captain America dan setengah dari mantan sekutunya. Namun, Tony mampu merasionalisasi setiap keputusan buruknya sebagai sesuatu yang harus dilakukan.

Thanos juga memiliki penjelasan rasional untuk setiap tindakannya, bahkan jika rasionalitas tindakannya dipertanyakan. Thanos punya cara sendiri dalam memandang dunia dan cara tersebut digunakan untuk membantah segala kritik. Thanos enggak menganggap dirinya jahat, karena dalam pikirannya, cara yang dilakukan semua baik.

 

4. Sekejam-kejamnya Masih Punya Hati

Mempertimbangkan betapa keras kepalanya Tony, kalian mungkin berpikir bahwa enggak ada orang yang akan dia dengarkan. Kecuali Pepper Potts, karena Tony Stark mencintainya. Semua kesombongan dan kepercayaan diri Tony luntur ketika berhadapan dengannya.

Sedangkan Thanos, cintanya untuk Gamora enggak perlu dipertanyakan. Jika akhirnya dia membunuhnya, kita harus melihat seberapa effort Thanos untuk mengakhiri hidup Gamora. Bahkan kemenangan akhirnya ternodai fakta bahwa Thanos harus melepaskan apa yang paling dia cintai demi kemenangan. Gamora adalah satu-satunya hal di seluruh alam semesta yang bisa membuat mata Mad Titan gila.

***

Itulah persamaan pola pikir Iron Man dan Thanos. Mereka seakan mewakili karakter terkuat di langit dan Bumi. Mereka bisa mengubah dunia dengan caranya sendiri. Sekali pun bukan cara yang dianggap baik, tapi tujuannya baik. Mirip seperti segelintir manusia yang menghalalkan segala cara demi kehidupan yang menurutnya baik.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.