– Film live action manga berikut ini malah menghancurkan ekspektasi penggemar manganya.
– Ada film yang tersandung masalah whitewashing!
Mencari ide orisinal untuk membuat film bukanlah perkara yang mudah. Sutradara atau penulis naskah enggak jarang mengadaptasi karya seni lain untuk dijadikan ide dalam pembuatan film. Banyak hal yang kini bisa dijadikan inspirasi dalam membuat film, salah satunya dalah manga. Dengan kecanggihan teknologi, karya yang awalnya hadir dalam bentuk gambar pun bisa dibuat menjadi film live action.
Teknologi perfilman saat ini memang telah mumpuni untuk membuat film live action, namun mengeksekusi film live action bukanlah perkara mudah. Buktinya, ada deretan judul film live action anime yang akhirnya gagal menyenangkan para penggemar animenya. Selain anime, live action manga berikut ini juga enggak berhasil memuaskan para penggemar manganya.
Nah, film live action adaptasi manga apa saja yang akhirnya gagal memenuhi ekspektasi penggemarnya?
1. Ghost in the Shell (2017)
Tampil sangat badass sebagai Black Widow di Marvel Cinematic Universe (MCU), Scarlett Johansson kembali mendapatkan peran badass-nya di film live action manga yang berjudul Ghost in the Shell. Walau penampilannya sebagai Black Widow begitu dicintai, terpilihnya Johansson sebagai pemeran utama Ghost in the Shell ternyata memancing amarah banyak orang. Soalnya, Paramount Pictures dianggap melakukan praktek whitewashing kepada karakter Major Motoko Kusanagi.
Enggak tanggung-tanggung, penggemar bahkan sampai membuat petisi agar Paramount Pictures mengganti Johansson dengan aktor keturunan Asia Timur. Di saat penggemar banyak yang enggak setuju dengan pemilihan Johansson, sutradara anime Ghost in the Shell, yaitu Mamoru Oshii, malah enggak keberatan. Menurutnya, sah-sah saja jika Major diperankan oleh aktris yang enggak memiliki darah Jepang.
Di luar masalah whitewashing, Ghost in the Shell nyatanya gagal menyajikan cerita yang berkesan untuk para penontonnya. Akting Johansson di film ini tentunya enggak perlu diragukan lagi, Sayangnya, akting Johansson enggak diimbangi dengan ceritanya. Film Ghost in the Shell enggak mampu menampilkan kerumitan serta alur yang enggak gampang ditebak dari manganya dengan baik. Alhasil, film ini seakan hanya menonjolkan visual dan aksi belaka.
2. Lupin the 3rd (2014)
Siapa yang pernah membaca manga lawas yang berjudul Lupin the Third? Buat kalian yang belum tahu, sineas Jepang telah mengadaptasi manga tersebut menjadi film live action yang diberi judul Lupin the 3rd. Menariknya lagi, film live action ini ternyata juga dibintangi oleh salah satu personel F4 yang sempat populer lewat serial Meteor Garden, yaitu Jerry Yan.
Lupin the 3rd dikemas sebagai film yang menceritakan asal-usul Lupin dengan sentuhan yang jauh lebih modern dari manganya. Film ini berkisah tentang Lupin yang membentuk geng pencuri untuk mencuri kalung Cleopatra. Premis tersebut terdengar cukup menarik, sayangnya jalan cerita Lupin the 3rd malah mendapatkan banyak kritikan.
Yap, Lupin the 3rd dikritik habis-habisan karena banyaknya plot hole, sinematografi yang berantakan, dan editingnya yang kacau. Padahal, penampilan Shun Oguri sebagai Lupin terbilang maksimal di film tersebut. Enggak hanya masalah visual dan cerita, penggunaan lebih banyak bahasa Inggris dalam dialog di film ini mendapatkan kritikan keras dari para penonton Jepang.
3. Fist of the North Star (1995)
Hollywood ternyata pernah mengadaptasi manga Fist of the North Star, loh. Fist of the North Star versi Hollywood ini mengadaptasi arc cerita pertama pada manganya. Film ini berkisah tentang Ken, satu-satunya master dari sekolah bela diri North Star, yang mengembara di Bumi pascaapokalips untuk mencari musuh bebuyutannya, yaitu Lord Shin.
Dibandingkan Ghost in the Shell yang digarap oleh studio besar, Fist of the North Star digarap oleh studio kecil. Enggak heran jika kalian mungkin baru mendengar eksistensi film live action ini. Apalagi, Fist of the North Star juga sama sekali enggak ditayangkan ke bioskop dan langsung dirilis dalam bentuk format VCD. Bujet seadanya dari studio kecil pun akhirnya juga memengaruhi kualitas film ini.
Kualitas Fist of the North Star pun diperburuk dengan dialog yang membosankan, akting yang buruk, serta koreografi bertarung yang sama sekali enggak mengesankan. Ditambah lagi, jurus andalan Ken juga dibuat lebih “jinak” dibandingkan dengan penggambaran di manganya.
4. City Hunter (1993)
Enggak hanya Hollywood dan Jepang, Hong Kong ternyata juga pernah menggarap film live action adaptasi manga, yaitu City Hunter. Spesialnya lagi, film ini dibintangi oleh aktor laga ternama Jackie Chan, loh. Bersama dengan sidekick-nya yang diperankan oleh aktris Joey Wong, Chan pun beraksi menjadi Ryo Saeba di City Hunter.
Sebagian besar petualangan Ryo di film live action ini terjadi di kapal pesiar, sehingga memperlihatkan kesan yang begitu berbeda dengan manganya. Selain latar tempatnya yang monoton, sutradara Wong Jing menyisipkan adegan yang cukup absurd di City Hunter, yaitu adegan yang memperlihatkan Ryo yang sedang berimajinasi melakukan pertarungan dengan Ken dari game Street Fighter.
Akting dan aksi Chan di City Hunter sebenarnya cukup menghibur. Sayangnya, jalan cerita dan komedi slapstick-nya dianggap kurang berhasil. Saat menonton film ini, sebaiknya kalian fokus saja pada aksi lucunya Chan.
5. Oldboy (2013)
Manga Old Boy sebenarnya pertama kali diadaptasi menjadi film live action oleh sutradara Korea Selatan, yaitu Park Chan-wook. Film yang dirilis pada 2003 tersebut dianggap berhasil mengadaptasi manganya, bahkan mendapatkan berbagai pujian dari kritikus. 10 tahun setelah film Oldboy versi Korea Selatan dirilis, Hollywood pun ikut merilis film live action Oldboy.
Enggak tanggung-tanggung, Oldboy versi Hollywood bahkan digarap oleh salah satu sutradara ternama, yaitu Spike Lee. Berbagai aktor ternama juga terlibat dalam film ini, di antaranya Josh Brolin, Elizabeth Olsen, dan Samuel L. Jackson. Namun, kombinasi sutradara dan aktor populer enggak mampu membuat Oldboy versi Hollywood menyaingi kualitas Oldboy versi Korea Selatan.
Akting Brolin dan aktor lainnya memang mengesankan. Namun, eksekusi akhir filmnya sama sekali enggak mengesankan jika dibandingkan dengan Oldboy versi Korea Selatan. Lee dianggap sama sekali enggak memberikan sesuatu yang baru atau berbeda dari versi Korea Selatan.
***
Itulah deretan film live action adaptasi manga yang gagal menyenangkan para penggemarnya. Di antara kelima film di atas, manakah yang membuat kalian paling kecewa dan kesal?