– Bukannya jadi fan service, film live action anime berikut ini malah bikin emosi penggemar.
– Enggak hanya Hollywood, Jepang juga ikut membuat film live action anime yang gagal!
Banyak hal yang bisa menjadi sumber inspirasi dalam pembuatan film. Enggak hanya ide cerita orisinal dari sutradara atau penulis naskah, sineas juga bisa mengadaptasi karya seni lain untuk dijadikan ide cerita film, termasuk anime. Berkat kecanggihan teknologi perfilman, karya yang awalnya hadir dalam bentuk animasi pun bisa dibuat menjadi film live action.
Film live action bisa dibilang masih menjadi momok di industri perfilman. Seperti yang kita tahu, anime biasanya sudah memiliki basis penggemar yang cukup kuat. Studio film pun harus mampu membuat film live action yang sesuai dengan harapan penggemar. Sayangnya, masih ada studio film yang nekat “menyimpang” dari anime yang diadaptasi, sehingga membuat penggemarnya kecewa.
Nah, film live action adaptasi anime apa saja yang berhasil bikin kecewa penggemar?
1. Death Note (2017)
Walau baru dirilis di Netflix pada 2017, Hollywood sebenarnya telah memiliki ketertarikan untuk membuat film live action Death Note sejak 2009. Awalnya, Warner Bros. dan sutradara Shane Black yang terlebih dulu berencana menggarapnya. Namun karena terjadi ketidaksepakatan naskah selama bertahun-tahun, hak cipta pembuatan filmnya akhirnya beralih ke Netflix.
Setelah hak cipta pembuatan film live action Death Note dipegang oleh Netflix, masalah pun enggak langsung berhenti. Pemilihan aktor film ini juga sempat menuai kecaman dari penggemar. Selain dituduh whitewashing, ada pemilihan aktor yang bisa dibilang jauh berbeda dari penggambaran karakter di animenya. Saat diprotes, sutradara Death Note, yaitu Adam Wingard, membela diri dan mengatakan bahwa filmnya adalah Death Note versi Amerika Serikat.
Ketika dirilis di Netflix pada Agustus 2017, kekecewaan penggemar semakin menjadi-jadi. Selain pemilihan aktor yang enggak sesuai, film ini juga benar-benar merombak cerita orisinalnya. Banyak hal di film Death Note yang enggak sesuai dari animenya, mulai dari cerita yang fokus pada drama remaja, Light yang kikuk dan enggak cerdas, hingga perbedaan motif Light dalam menggunakan Death Note.
2. Attack on Titan: Part I dan II (2015)
Sebagai negara yang memproduksi anime, Jepang juga pernah membuat film live action adaptasi dari anime, salah satunya adalah Attack on Titan. Pada 2015, Toho Pictures merilis film live action Attack on Titan yang dibagi menjadi dua bagian. Walau dirilis pada 2015, rencana penggarapan film live action Attack on Titan sebenarnya telah ada sejak 2011.
Attack on Titan awalnya hendak digarap oleh sutradara Tetsuya Nakashima. Namun, Nakashima keluar karena ada perbedaan kreativitas, kemudian posisinya digantikan oleh Shinji Higuchi. Sutradara Higuchi awalnya ingin membuat film yang setia dengan anime atau manganya. Uniknya, mangaka Attack on Titan, yaitu Hajime Isayama, malah mengusulkan agar filmnya menampilkan beberapa elemen yang berbeda dari manga atau animenya.
Walau pencipta Attack on Titan enggak masalah dengan perubahan, para penggemar nyatanya enggak terima dengan berbagai hal baru yang ditampilkan di film live action-nya. Ditambah lagi, jalan ceritanya yang buruk, pengembangan karakter yang enggak maksimal, hingga akting para aktornya yang terkesan biasa. Selain itu, karakter sepenting Levi Ackerman malah sama sekali enggak muncul di filmnya.
3. Kite (2014)
Enggak hanya Hollywood dan Jepang saja, industri perfilman Afrika Selatan ternyata juga pernah menggarap film live action adaptasi anime, loh. Siapa yang pernah menonton anime Kite yang dirilis pada 1998? Nah, anime tersebut ternyata sudah pernah dibuatkan versi live action yang dirilis pada 2014.
Walau diproduksi oleh studio film Afrika Selatan, Kite menampilkan dua aktor Hollywood sebagai pemeran utamanya, yaitu India Eisley dan Samuel L. Jackson. Kalian yang pernah menonton animenya pasti tahu bahwa Kite menampilkan isu eksploitasi anak dan adegan seks yang cukup eksplisit. Namun, sutradara Ralph Ziman memutuskan untuk menghilangkan unsur yang dianggap kontroversial tersebut.
Dengan menghilangkan unsur kontroversial, film live action Kite tentu saja menampilkan cerita yang enggak sesuai dengan cerita orisinalnya. Sayangnya, jalan cerita baru yang ditampilkan di filmnya sama sekali enggak semenarik cerita yang ada di animenya. Saking jeleknya, Kite sampai mendapatkan skor 0% di Rotten Tomatoes!
4. Blood: The Last Vampire (2009)
Buat kalian yang pernah menonton anime Ghost in the Shell, kalian mungkin enggak asing dengan studio yang menggarapnya, yaitu Production I.G. Selain Ghost in the Shell, Production I.G juga memproduksi banyak anime, salah satunya adalah Blood: The Last Vampire. Nah, apakah kalian tahu bahwa Blood: The Last Vampire juga dibuatkan film live action yang dirilis pada 2009?
Fakta menariknya, Blood: The Last Vampire ternyata dibintangi oleh aktris Korea ternama Jun Ji-hyun. Yap, dialah aktris yang juga membintangi drama Korea Legend of the Blue Sea dan My Love from the Star. Selain Ji-hyun, Blood: The Last Vampire juga dibintangi oleh berbagai aktor bule dan juga aktor Jepang.
Ji-hyun bisa dibilang tampil dengan cukup baik di Blood: The Last Vampire. Sayangnya, elemen lain di film ini benar-benar membuat filmnya menjadi buruk. Film ini menampilkan efek visual yang terkesan murahan, akting yang lebay dari para pemeran pendukung, dan sisi negatif lainnya yang sama sekali enggak mencerminkan animenya.
5. Dragonball Evolution (2009)
Kalian pastinya setuju bahwa Dragon Ball merupakan anime legendaris yang masih banyak disukai hingga saat ini. Kepopuleran Dragon Ball juga menembus berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. Enggak heran bahwa Hollywood akhirnya tertarik menggarap film live action yang diadaptasi dari anime Dragon Ball.
Pada 2009, 20th Century Fox akhirnya merilis film live action Dragon Ball, yang diberi judul Dragonball Evolution. Apa daya, film ini malah menjadi kekecewaan besar bagi para penggemar animenya. Bagaimana, enggak? 20th Century Fox merekrut aktor kulit putih untuk memerankan Goku. Parahnya lagi, jalan cerita film ini benar-benar melenceng dari animenya.
Enggak hanya penggemar, pencipta Dragon Ball, yaitu Akira Toriyama, juga mengaku kecewa dengan Dragonball Evolution. Toriyama merasa bahwa Hollywood sama sekali enggak mendengarkan ide dan sarannya. Akibat kegagalan film ini, penulis naskah Dragonball Evolution, yaitu Ben Ramsey, sampai meminta maaf kepada penggemar.
***
Itulah deretan film live action terburuk yang diadaptasi dari anime. Di antara kelima film di atas, manakah yang membuat kalian paling kecewa dan kesal?