– Film Indonesia di bawah ini enggak perlu jumlah penonton membludak untuk munculkan tren baru.
– Ada yang trennya masih ada sampai sekarang.
Makin tahun, dunia film Indonesia makin diterima sama penontonnya sendiri. Setelah sempat memasuki masa-masa ditinggal penonton, film Indonesia kini juga diperhitungkan penonton Tanah Air maupun luar negeri. Angka jutaan penonton sudah jadi hal lumrah.
Selain itu, film-film Indonesia juga tampaknya bisa punya dampak langsung pada kebiasaan masyarakat secara luas. Ada beberapa film yang akhirnya berbuah tren baru yang berkembang di masyarakat Indonesia, khususnya anak muda pada zamannya. Film apa saja yang dimaksud? Inilah rangkumannya.
1. Olga dan Sepatu Roda (1991) – Sepatu Roda
Di Indonesia sepatu roda sudah masuk sejak zaman penjajahan Belanda. Lalu, kembali booming pada tahun 1960-an. Saat itu mulai dibuka klub-klub sepatu roda. Namun, trennya makin meredup.
Kemudian, pada tahun 1990-an sepatu roda eksis kembali, dan jadi salah satu tren budaya pop tahun itu. Salah satu faktor merebaknya tren sepatu roda saat itu adalah film Olga dan Sepatu Roda yang dinilai cukup berhasil menyedot perhatian publik.
Film yang dibintangi Desy Ratnasari sebagai Olga tersebut bercerita soal perempuan yang terobsesi dengan sepatu roda, tapi pusat cerita sebetulnya pada kehidupan si Olganya. Meski begitu, adegan-adegan dalam film ini yang akhirnya bikin banyak orang makin tertarik untuk belajar dan memulai hobi bersepatu roda.
2. Ada Apa Dengan Cinta? (2002) – Busana Anak SMA
Ada Apa Dengan Cinta? bukan sekadar film terbaik genre drama di zamannya. Ia merupakan film yang menciptakan tren baru pada pelajar SMA di kota besar, khususnya Jakarta. Ditambah, garapan Riri Riza dan Mira Lesmana ini sukses dengan dua juta orang yang menonton film ini.
Memang, AADC hanya film remaja biasa yang menampilkan kisah persahabatan dan cinta di masa SMA. Namun, gaya para tokoh di dalam film memunculkan tren tersendiri bagi remaja Indonesia. Tak heran, AADC jadi film Indonesia terlaris pada zamannya.
Pertama, tren berkelompok alias geng. Geng tersebut selalu bersama dalam suka maupun duka. Kedua, cewek rambut panjang lurus terurai tanpa poni khas Cinta sempat menjadi tren remaja cewek era 2000-an. Ketiga, rok pendek dengan kaus kaki panjang dan sneakers warna-warni yang saat itu jadi simbol gaulnya anak sekolahan di Jakarta.
Terakhir, merayu dengan puisi, karena pada era 2000-an teknologi belum semaju sekarang. Makanya, kemahiran menulis puisi dapat dijadikan ‘senjata’ seorang cowok untuk menyentuh hati cewek yang dicintainya, begitu pun sebaliknya.
3. Jomblo (2006) – Istilah Jomlo
Istilah “jomlo” sebetulnya sudah ada dari tahun 1993 di Bandung, ketika seorang pelajar mempopulerkan lewat majalah Hai. Namun, belum banyak yang menggunakan istilah itu untuk menyebut seorang yang belum memiliki pasangan. Kata itu sebenarnya berasal dari bahasa Sunda yang berarti: dagang teu payu-payu (dagang tapi enggak laku-laku).
Istilah ini pun makin viral, setelah film Jomblo (2006) tayang di bioskop, bahkan ada remake-nya pada 2017. Sebenarnya, sebelum film yang dibintangi Ringgo Agus ini, istilah tersebut sudah dipopulerkan Gigi lewat lagunya berjudul “Jomblo” pada 2001.
Hingga saat ini istilah Jomlo jadi kata yang tepat untuk menyebut seseorang yang belum memiliki pasangan. Sebagai informasi, film ini menceritakan empat mahasiswa Bandung dengan keresahannya, dan memiliki masalah yang sama. Mereka mencari makna tentang cinta.
4. 5 cm (2012) – Mendaki Gunung
Gunung Semeru tak pernah seramai setelah film 5 cm merebut perhatian banyak orang. Film yang dibintangi Herjunot Ali dan Pevita Pearce ini memang punya dampak yang luar biasa terutama soal dunia pencinta alam.
Tren mendaki gunung pun muncul. Apalagi, berkat 5 cm, wisata mendaki Gunung Semeru banyak peminatnya. Bagaimana enggak, film ini punya angkat kisah persahabatan dan cinta, serta pengambilan gambar yang luar biasa.
Imbasnya terasa sampai sekarang. Bahkan pernah diberitakan bahwa setelah film 5 cm, tanah lapang depan danau Ranu Kumbolo begitu disesaki pendaki. Hal itu belum pernah terjadi sebelumnya.
5. Filosofi Kopi (2014) – Kedai Kopi
Akhir-akhir ini, tren kedai kopi lagi mencuat. Pada banyak kota, ratusan kedai kopi berdiri. Peminatnya pun makin banyak. Salah satu penyebab begitu maraknya kedai kopi adalah keberhasilan film Filosofi Kopi (2014) meski jumlah penontonnya enggak sampai satu juta. Namun, imbas dari film ini memang luar biasa. Salah satunya, pada perilisan film tersebut, pertumbuhan kedai kopi mencapai 100 persen.
Banyak orang jadi mendadak suka atau bahkan tiba-tiba jadi kritikus kopi. Sisi lain, kedai kopi makin banyak di buka, kebun-kebun kopi juga kebanjiran orderan. Sementara, film Filosofi Kopi bercerita tentang Ben dan Jody, dua sahabat yang terus bangkit mengelola kedai kopi yang nyaris bangkrut. Film yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko ini punya sekuel dan serialnya.
***
Film Indonesia di atas punya pengaruh langsung merubah kebiasaan masyarakat. Selain film di atas, menurutmu film Indonesia apa lagi yang berhasil mengubah kebiasaan dan menciptakan tren baru di masyarakat?