– Nonton film dokumenter ini jadi sarana edukasi kepada pelajar Indonesia.
– Pemerintah diharapkan memperbanyak tontonan dokumenter karya anak bangsa di televisi.
Ada banyak dokumenter luar negeri yang berkualitas banget, bahkan memberikan kita ilmu-ilmu baru layaknya belajar di sekolah. Beberapa waktu yang lalu, TVRI bahkan menayangkan dokumenter-dokumenter luar tersebut sebagai bentuk dukungan dalam proses pembelajaran di rumah, seperti Our Planet dan Street Food: Asia.
Namun, tahukah kalian bahwa Indonesia juga punya berbagai dokumenter yang enggak kalah berkualitas sama dokumenter produksi negara-negara Barat? Harus diakui jumlah produksi dokumenter Indonesia enggak sebanyak dokumenter luar negeri. Distribusinya pun enggak semasif itu. Hanya saja, enggak ada salahnya, nih, menonton film-film dokumentasi buatan negeri sendiri.
Film dokumenter asal Indonesia ini enggak kalah keren sama dokumenter buatan Netflix atau BBC. Tonton sekarang juga, yuk!
1. The Jak
Mengulas soal sepak bola memang enggak ada habisnya. Ia bukan sekadar olahraga: sepak bola adalah masalah bisnis, karier, masa depan, passion, bahkan cinta tanpa balasan. Cinta yang begitu besar itu bisa kalian temukan dalam fenomena suporter fanatik.
The Jak atau Jakmania adalah sebutan bagi para suporter setia Persija. Ia merupakan salah satu komunitas suporter terbesar dan paling solid di Indonesia. Saking setianya, sampai-sampai mereka rela buat berantem sama suporter lain, seperti Viking, atau nekat buat nonton pertandingan Persija di kandang musuh bebuyutan.
Dari luar, fanatisme mereka terlihat konyol. Namun, ketika kalian menyelami kehidupan para The Jak dalam film tersebut, kalian bakal menyadari kalau rasa cinta dan solidaritas mereka itu dilandasi alasan tertentu. Mereka juga sebenernya punya peran penting bagi Persija sendiri, karena apalah artinya klub bola tanpa suporter setia?
Ada banyak dokumenter luar yang mengulas soal suporter fanatik klub Inggris, Spanyol, dan Italia, dan The Jak memberikan kalian insight baru tentang fenomena serupa yang ada di Indonesia. Kalian bisa menonton The Jak dengan harga terjangkau di sini.
2. Banda the Dark Forgotten Trail (2017)
Pelajaran sejarah, terutama pada masa penjajahan memang menjemukan buat dipelajari. Nah, Banda the Dark Forgotten Trail mengemas masa penjajahan Nusantara pada era perburuan rempah dengan sangat menarik dan padat.
Kepulauan Banda di Nusantara adalah tempat di mana pala tumbuh subur, sehingga enggak mengherankan kalau bangsa Eropa berebut kekuasaan di sana. Perebutan kekuasaan itu bikin rakyat Banda diperbudak secara enggak manusiawi.
Film yang disutradarai sama Jay Subiakto dan dinarasikan sama Ario Bayu serta Reza Rahadian ini menampilkan betapa culasnya manusia saat dihadapkan pada sesuatu yang berharga, dan membuat kita lebih menghargai sejarah bangsa kita sendiri. Kalian bisa nonton film ini di Netflix.
3. Negeri Dongeng (2017)
Keindahan alam Indonesia memang bak negeri dongeng dan hal itu ditunjukkan dalam film dokumenter berjudul Negeri Dongeng. Ia menggambarkan keindahan Indonesia lewat petualangan beberapa pendaki gunung.
Klise? Enggak sama sekali. Negeri Dongeng bukan sekadar film tentang para pendaki gunung dan keindahan puncak gunung. Ia juga membahas tentang kondisi sosio-masyarakat di sekitar pegunungan dan bagaimana mereka bekerja sama dengan alam.
Mendaki gunung enggak cuma tentang mampu mencapai puncak. Seperti yang digambarin sama film besutan Anggi Frisca ini, mendaki gunung harusnya mengajarkan kalian cara bersahabat dengan alam dan memahami manusia lain.
4. Baduy (2015)
Selain Sexy Killers, masih ada banyak film dokumenter menarik produksi Watchdoc, salah satunya adalah Baduy. Watchdoc merekam kehidupan rakyat Baduy dengan cara yang sangat manusiawi.
Rakyat Baduy, terutama Baduy Dalam, memang sangat membatasi diri dari dunia luar. Mereka enggak bergantung pada teknologi dan hal-hal duniawi lain yang dikejar manusia pada umumnya. Menyelami kehidupan masyarakat Baduy membuat kita menyadari kalau manusia bisa hidup dalam keadaan seperti apapun dan enggak selamanya hal yang diyakini masyarakat modern cocok buat semua orang.
Dokumenter ini merupakan salah satu rangkaian dari Ekspedisi Indonesia Biru yang digarap oleh Dandhy Laksono dan kawan-kawan, dan kalian bisa menontonnya secara gratis di Youtube atau Vidio.
5. Cerita dari Tapal Batas (2012)
Indonesia memiliki perbatasan darat dengan beberapa negara dan ada banyak cerita penduduk yang tinggal di perbatasan tersebut. Orang-orang menganggap bahwa tinggal di dekat perbatasan negara lain itu enak, karena mereka bisa dengan mudahnya “jalan-jalan ke luar negeri”.
Padahal, perbatasan erat kaitannya dengan keterbatasan. Indonesia itu negara yang luas banget sehingga fasilitas di perbatasan pun enggak sebanyak kota-kota besar di Jawa Tengah. Berbagai hal enggak selalu bisa ditangani dengan baik karena masalah komunikasi, medan, dan juga distribusi tenaga kerja, dan hal itu ditunjukkan dalam film dokumenter ini.
Cerita dari Tapal Batas berkisah tentang para penduduk di Entikong, Kalimantan, yang berbatasan dengan Malaysia. Tenaga pengajar dan sarana prasarana terbatas banget di sana. Pasokan obat dan hal lain pun enggak semudah itu didapatkan dari Indonesia. Pada akhirnya, mereka mendapatkan itu dari Malaysia karena jarak yang lebih dekat. Film ini bahkan bercerita tentang penduduk setempat yang menikah dengan orang Malaysia dan tinggal di Kuching. Dia merasa lebih sejahtera waktu pindah ke Malaysia.
Menjadi penduduk perbatasan memang bikin nasionalisme menjadi diuji, karena, segala pasokan dan akses bisa jadi lebih mudah didapatkan dari negara tetangga. Dilema inilah yang ditampilkan dari dokumenter karya Wisnu Adi ini.
6. Heaven for Insanity (2008)
Menderita penyakit mental memang sebuah hal yang bikin seseorang terpinggirkan dari masyarakat. Stigma masyarakat tentang Rumah Sakit Jiwa pun jelek banget, seolah-olah mereka yang ada di sana merupakan manusia-manusia rusak yang udah enggak bisa dibetulkan lagi.
Dokumenter Heaven for Insanity bercerita tentang kehidupan di sebuah rumah penampungan para penderita gangguan jiwa, dengan Watmo sang penderita skizofrenia yang menjadi fokusnya. Film ini mengikuti gimana Watmo hidup dengan aturan dia sendiri, lepas dari dunia nyata.
Menonton karya Dria Soetomo ini bikin kita paham bahwa gangguan jiwa selalu ada sebabnya dan penderitanya memang harus mendapatkan dukungan dari pihak-pihak yang memahami hal tersebut. Selain itu, dari sisi Watmo, kita bisa melihat bahwa ada “surga” yang dia buat di kepalanya sendiri, dan dia merasa “nyaman” akan hal itu. Kalau udah begini, apakah kalian jadi mempertanyakan kembali, tolok ukur normal dan gila itu kayak gimana, sih, harusnya?
7. Diary of Cattle (2019)
Kita memang sering menyelami pikiran manusia lain, tetapi pernahkah kalian berkeinginan buat menyelami apa yang ada di dalam otak seekor sapi? Kalau mau merasakan pengalaman unik itu, Diary of Cattle adalah film dokumenter yang tepat buat ditonton.
Film dari Padang ini bercerita tentang keseharian sapi-sapi dari pagi sampai malam. Mereka mengais makan di TPA dan beberapa bermalam di sana karena rumah pemiliknya jauh.
Tanpa musik dan tanpa narasi, kita bener-bener bisa menyelami cerita dari sudut pandang sapi. Oleh sang sutradara, Lita Afrilita dan David Darmadi, diajak buat berempati sama mereka dan memahami bagaimana rasanya jadi seekor sapi.
***
Film dokumenter Indonesia memang banyak yang berkualitas dan layak buat ditayangkan sebagai bahan edukasi di televisi. Semoga pemerintah serius dalam mendistribusikan dokumenter-dokumenter anak bangsa yang bermanfaat dan mendidik ya!
Dari deretan film rekomendasi di atas, mana yang menurut kalian wajib ada di televisi?