– Film Hollywood di bawah ini tak lepas dari kontroversi.
– Film-film ini laris dan populer pada zamannya.
Ada dua kemungkinan yang bakal didapatkan oleh para sineas dan rumah produksi jika film mereka sukses besar. Pertama, keuntungan yang sangat besar dan nama baik. Kedua, tuntutan berjumlah besar.
Bisnis film adalah bisnis yang menyangkut banyak aspek, sehingga berisiko tinggi. Tuntutan bisa datang dari mana aja, mulai dari kru dan pemain hingga dari pihak luar seperti sineas lain. Bahkan, bisa saja menimpa film-film laris nan populer.
Berikut beberapa film Hollywood laris yang terpaksa harus mengeluarkan banyak uang untuk membayar tuntutan.
1. Borat: Cultural Learnings of America for Make Benefit Glorious Nation of Kazakhstan (2006)
Borat adalah film yang sangat kontroversial. Dia disukai sekaligus dibenci. Sekelompok orang memang menganggap film komedi ini brilian. Namun, lainnya menganggap bahwa Borat sangat rasis dan membohongi banyak orang. Film ini mendapatkan pemasukan 262 juta dolar (sekitar Rp3,7 triliun) dari bujet 18 juta dolar (Rp259 miliar).
Borat mengambil konsep mockumentary, di mana Borat Sagdiyev, seorang jurnalis Kazakhstan (fiktif), datang ke Amerika bersama produsernya, Azamat Bagatov, untuk mempelajari Amerika dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Kazakhstan sebagai negara dunia ketiga.
Borat banyak bertemu orang-orang, mulai dari warga biasa, coach, presenter berita, sampai dengan politikus, untuk bertanya tentang Amerika Serikat. Masalahnya, tingkah Borat sangat bodoh hingga membuat banyak orang marah. Mereka marah karena Borat dianggap melecehkan (seperti waktu menyanyikan lagu kebangsaan fiktif Kazakhstan di rodeo), ditipu mengenai konsep film, sampai merasa “dipancing” sama Borat buat berkomentar rasis.
Borat mendapatkan banyak tuntutan dari berbagai pihak, seperti dari penduduk Rumania yang kesal karena ternyata mereka ditampilkan sebagai penduduk Kazakhstan buruk dalam opening Borat. Mereka menuntut sebesar 38 juta dolar (sekitar Rp540 miliar), yang kemudian enggak dipenuhi. Namun, Cohen menyumbang banyak untuk desa tersebut pada akhirnya.
Esma Redzepova, seorang penyanyi Rumania, menuntut 800.000 euro (sekitar Rp13 miliar) buat lagunya, Chaje Sukarije, yang menjadi salah satu soundtrack tanpa izin darinya. Pada akhirnya, dia mendapatkan 26.000 euro (Rp446 juta) karena ternyata, Sacha Baron-Cohen selaku pemeran Borat sekaligus produser film sudah izin sama pihak produser musik.
2. The Cabin in the Woods (2011)
The Cabin in the Woods merupakan film horor yang berkisah tentang sekelompok siswa yang berlibur di sebuah kabin di hutan, hanya untuk diancam oleh sesuatu yang jahat. Klise? Ya, sudah ada ratusan film horor yang memakai formula itu.
Namun, The Cabin in the Woods meningkatkannya menjadi sebuah karya yang cukup mengintimidasi dan enggak ‘nyampah’. Buktinya, film ini mendapat pemasukan 69 juta dolar (sekitar Rp1 triliun) dari seluruh dunia.
Sayangnya, kemunculan film ini bikin penulis Peter Gallagher marah. Menurutnya, novel yang dia tulis, berjudul The Little White Trip: A Night in the Pines (2006) memiliki kesamaan sama film itu. Contohnya, dua karakter wanita bernama Jules dan Dura, hampir sama dengan nama tokoh di Cabin in The Woods, yakni Julie dan Dana. Anak muda yang liburan di hutan juga jumlahnya lima dan mereka mabuk-mabukan sebelum pada akhirnya kena teror.
Gallagher akhirnya menggugat film ini sebesar 10 juta dolar (sekitar Rp114 miliar) Menurutnya, kerugian itu sepadan dengan ide yang telah “dicuri” dari dirinya. Hanya saja, pihak The Cabin in the Woods tentu keberatan karena seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, formula itu jamak terjadi di dalam film horor.
3. Frozen (2013)
Frozen merupakan sebuah film animasi besutan Pixar yang beken banget di mana-mana. Berkisah tentang Anna dan Elsa, para putri kerajaan yang sempat berkonflik gara-gara kemampuan Elsa untuk membekukan yang enggak sengaja melukai Anna.
Animasi cantik, cerita padat, dan soundtrack yang asyik bikin anak-anak suka sama film yang satu ini. Hingga, Frozen menjadi salah satu animasi terlaris di dunia dengan pendapatan dunia 1,2 juta dolar (sekitar Rp18 triliun).
Namun, film Frozen digugat sama penulis New Jersey yang bernama Isabella Tanikumi. Dia mengaku bahwa Frozen memiliki kemiripan dengan memoar yang dia tulis, Yearnings of the Heart.
Yearnings of the Heart bercerita tentang hubungan Tanikumi dengan saudara perempuannya di Peru. Beberapa kesamaan yang diklaim adalah kisah nyata tentang saudara perempuan dan Tanikumi yang terluka dalam kecelakaan.
Dalam persidangan, Tanikumi menyertakan contoh-contoh kesamaan antara dua bukunya dengan film Frozen, seperti keadaan desa, kakak-beradik, adegan kakak tak sengaja menyakiti si adik, dan si adik kehilangan ingatan. Bahkan, ada dua karakter pria bernama Hans and Christoff, sedangkan di Frozen bernama Hans dan Kristoff.
Tanikumi menuntut atas pelanggaran hak cipta sebesar 250 juta dolar (sekitar Rp3 triliun). Ditambah pembayaran biaya pengadilan, serta pembayaran lain yang ditentukan pihak pengadilan.
4. The Conjuring (2013)
The Conjuring berkisah tentang kehidupan Ed dan Lorraine Warren, pasangan suami istri yang merupakan paranormal dan kerap mendatangi rumah-rumah dengan gangguan makhluk halus untuk menyelesaikan masalah. Hal ini diambil dari kisah nyata pasangan Warrens yang memang berprofesi sebagai paranormal.
Pada 1980, Gerald Brittle menerbitkan The Demonologist, sebuah buku tentang pasangan pengusir setan. Menurut Brittle, ada perjanjian dengan pasangan Warrens ketika dia sedang mengerjakan buku, yakni bahwa setiap cerita yang subjeknya sama dengan buku itu harus melalui persetujuan Brittle.
Namun, The Conjuring enggak melakukan proses itu. Brittle pun menggugat Warner Bros., New Line Production, dan sutradara James Wan dengan gugatan sebesar 900 juta dolar (Rp12 triliun). Meski begitu, film ini berhasil meraih 319 juta dolar (sekitar Rp46 triliun) dari seluruh dunia.
5. This is Spinal Tap (1984)
This Is Spın̈al Tap adalah mockumentary bintang rock yang padat dan brilian. Karakter di dalamnya luar biasa, dan beberapa lagu sangat menarik, seolah kalian menonton film dokumenter tentang penyanyi rock beneran. Namun, film ini justru dituntut sama para pemainnya dengan total tuntutan 125 juta dolar (sekitar Rp900 miliar di zaman itu).
Alasannya? StudioCanal selaku rumah produksi film ini dianggap menyelewengkan uang dan enggak mematuhi kontrak. StudioCanal sendiri mengaku kalau film ini enggak laku-laku amat dan penjualan merchandise-nya hanya mencapai kisaran ratusan dolar. Namun, para aktor yang beneran menyanyi dan bikin lagu malah enggak percaya sama hal tersebut.
Bonus: Missing (1982)
Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata reporter Charles Horman dan aktivis Frank Teruggi, dua orang Amerika yang diculik dan dibunuh selama kudeta sayap kanan di Chili. Film tersebut ingin menunjukkan bahwa pemerintah Amerika mendukung pemberontak yang menggulingkan presiden Marxis, Salvador Allende Gossens, dan berperan dalam penangkapan dan pembunuhan Horman dan Teruggi oleh pasukan keamanan Chili.
Premis ini bikin murka beberapa pejabat Amerika Serikat di Kementerian Luar Negeri. Tiga pejabat Amerika Serikat pun mengajukan gugatan sebesar 60 juta dolar (sekitar Rp433 miliar) terhadap film ini karena dianggap mencemarkan nama baik.
***
Film Hollywood di atas mampu menghasilkan pendapatan hingga ratusan juta dolar. Namun, risikonya pun besar, termasuk terjerat tuntutan yang jumlahnya enggak sedikit. Kalau menurut kalian, para penuntut ini pengin mengambil untung, atau memang film-film tersebut melakukan pelanggaran?