*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Fear Street 1978 yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Film Fear Street 1994 diakhiri dengan ending menggantung yang bikin bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi di Shadyside. Mayat yang bangkit, pembunuhan brutal, dan serangkai aksi sadis terus terjadi di kota terkutuk tersebut. Sedikit demi sedikit, asal muasal dari terkutuknya Shadyside terungkap di sekuel Fear Street 1978.
Mundur 16 tahun dari latar sebelumnya, Fear Street 1978 menyuguhkan serangkaian kepingan teka-teki dari kejadian di Shadyside dan tetap menonjolkan adegan bunuh-bunuhan yang mengerikan. Kalau kamu adalah orang yang berani, langsung tonton filmnya di Netflix karena sudah tayang sejak 9 Juli 2021.
Apakah bakal lebih seru dari film Fear Street 1994? Mari simak review film Fear Street Part 2: 1978 versi KINCIR di bawah ini.
Perkemahan Berdarah di Shadyside
Film horor ini dibuka dengan Deena dan Josh yang mengunjungi kediaman C. Berman. Mereka ingin mencari tahu dengan cara apa menghentikan kutukan itu. Sosok C. Berman adalah salah satu orang yang selamat dari tragedi perkemahan berdarah pada 1978. Dia pun menceritakan kejadian yang menimpanya dan kakaknya yang juga warga Shadyside di perkemahan tersebut.
Cerita bermula ketika Tommy, pacar Cindy Berman nyaris dibunuh oleh seorang perawat yang percaya akan sihir. Tommy dianggap akan menjadi budak penyihir Sarah Feir dan akan membunuh banyak orang. Namun, usaha membunuh Tommy gagal. Pada malam harinya, Tommy benar-benar kerasukan hingga membabi buta.
Dengan kapak yang digenggamnya, Tommy terus membunuh banyak orang Shadyside di perkemahan tersebut. Satu demi satu, anak-anak Shadyside mati mengenaskan. Cindy Berman dan adiknya bernama Ziggy berusaha untuk menyelesaikan kengerian itu dengan mengungkap legenda lama.
Mereka menemukan fakta jika yang harus dilakukan adalah mengembalikan potongan tangan Sarah Feir ke jasad tubuh di mana si penyihir itu dikubur. Namun, semua enggak mudah, mereka harus berhadapan dengan banyak pembunuh keji yang siap merenggut nyawa keduanya. Jadi, apakah mereka akan berhasil? Temukan jawaban atas kengeriannya dalam film Fear Street 1978 di Netflix.
Lebih Brutal dari Fear Street 1994
Jika di film pertama banyak adegan kejam, di sekuel ini nampaknya adegan-adegan sadis itu makin ditonjolkan. Tak terhitung berapa banyak korban yang tewas dengan cara sadis di tangan Tommy Slatter.
Dengan kapak yang berada di genggamannya, dia tak segan buat mengayunkannya ke bagian tubuh para calon korban yang berasal dari Shadyside. Lebih sadis dari sosok Michael Myers seri Halloween, Tommy benar-benar layaknya monster pembunuh. Harus diakui, film horor thriller ini lebih berani dengan adegan-adegan ngeri yang tak tanggung ditonjolkan, seperti darah berceceran dengan anggota tubuh yang terlepas.
Nuansa Berbeda dengan Film Pertama
Kalau di film Fear Street 1994 kita seperti melihat film Scream lewat nuansa era 1990-an dengan visual dan sinematografi yang mirip. Sementara di Fear Street 1978 ini, Leigh Janiak, sang sutradara sepertinya tak menerapkan hal itu. Kita tidak diajak untuk melihat film dengan tipikal pengambilan gambar tahun 1970-an.
Di film kedua ini kita seperti melihat film baru dengan latar yang lama. Meski begitu, semuanya cukup detail. Mulai dari gaya rambut, cara berpakaian, dan properti lain yang digunakan dalam film ini cukup menggambarkan nuansa tahun 1970-an. Leigh Janiak juga membedakan visual antara adegan di latar 1994 dan 1978. Hal itu berhasil bikin penonton paham soal perbedaan waktu.
Hanya Menggunakan Satu Latar Tempat
Satu hal lagi yang menarik dari film ini adalah bercerita tentang kejadian 1978 dengan satu latar, yakni tempat perkemahan. Sekitar 85 persen dari film ini dilakukan di satu tempat tersebut. Namun begitu, sang sutradara berhasil mengeksplorasi tempat tersebut jadi panggung para pembunuh untuk melancarkan aksinya.
Hal ini juga yang bikin film Fear Street 1978 makin mencekam, karena latarnya di sebuah perkemahan di tengah hutan. Para tokoh tak bisa kabur terlalu jauh dari kejaran para pembunuh. Bahkan, film horor ini mengingatkan KINCIR pada episode “Camp Redwood” di serial American Horror Story yang sama-sama berlatar di lokasi perkemahan dengan sejarah yang bikin anak-anak penasaran hingga berakhir petaka.
Inti Cerita yang Telat Panas
Nyaris setengah film, ceritanya masih berkutat soal perkemahan, yakni soal Ziggy dan Cindy Berman dengan konfliknya masing-masing. Cindy kesal karena harus membersihkan perkemahan, sementara Ziggy yang terus-terusan dirisak. Keseruan makin panas pada pertengahan film.
Agak disayangkan, karena di awal film ceritanya sedikit membosankan. Padahal mungkin jika pengenalan karakternya lebih dipadatkan, jauh lebih banyak adegan-adegan menyeramkan yang dimunculkan. Lagipula, beberapa adegan perkenalan itu juga tak terlalu punya imbas tentang misteri kutukan Sarah Fier. Jadi, agak terbuang beberapa waktu untuk menjawab pertanyaan penonton atas film pertama.
Misi yang Belum Selesai
Dikarenakan masih ada satu film lagi, film ini tentu belum selesai. Nantinya, penonton akan diajak mundur 312 tahun ke belakang untuk menengok siapa Sarah Feir sebenarnya dan apa yang membuat kutukan itu terjadi di Shadyside, serta bagaimana mengakhirinya.
Maka dari itu, akhir dari Fear Street 1978 juga dibuat nanggung, sehingga mungkin penonton masih dibuat penasaran mengenai kisah ini akan berakhir. Apakah Deena akan berhasil menyelesaikan misinya ini atau justru dia yang jadi target pembunuhan selanjutnya. Patut kita nantikan film Fear Street 1666 pada 16 Juli 2021 di Netflix.
***
Buat kamu yang penasaran dengan film kedua dari trilogi Fear Street ini langsung tonton filmnya. Siap-siap sering tutup mata lihat banyak adegan tragis yang ditampilkan.