Fakta Menarik Ride On, Film Comeback Jackie Chan Setelah Vakum

Baik untuk hiburan atau pun media untuk memperkenalkan budaya perfilman Tiongkok, Ride On memberikan sajian yang sangat menarik. Dari segi aksi, tentu udah enggak perlu diragukan lagi keahlian Jackie Chan –aktor aksi yang terkenal kerap melakukan adegan ekstrem tanpa stuntman atau pemeran pengganti. 

Uniknya, dalam film ini, Jackie Chan berperan sebagai Master Luo, seorang pemeran pengganti yang dulunya terkenal dan legendaris, tetapi seiring berjalannya waktu tenggelam, dan rumah produksi besar yang dulu menyewanya bangkrut. Akibatnya, properti berikut kuda Red Hare yang ia miliki terancam dilelang karena keduanya adalah milik rumah produksi tersebut.

Nasib mempertemukan Master Luo pada anak perempuannya yang sudah lama enggak berkabar dengannya. Hubungan antara Luo dan sang anak yang awalnya merenggang ini pun mulai diperbaiki lewat serangkaian cerita.

Ride On adalah film perdana yang menandakan comeback-nya Jackie Chan setelah vakum selama dua tahun. Ada banyak hal yang berbeda dibandingkan film aksi Jackie Chan pada umumnya. Simak fakta menariknya di sini, yuk!

Kombinasi antara aksi dan drama

Via Istimewa

Bukan hanya aksi dan komedi, Ride On justru berfokus pada drama, lho!

Mengombinasikan antara drama dengan aksi memang akan menjadi sesuatu yang tricky bahkan berpotensi membosankan. Karena, banyak film aksi drama yang terjebak pada dialog dan situasi mendayu-dayu hingga terasa enggak jelas mau dibawa ke mana arahnya.

Untungnya, Ride On punya cara yang bagus untuk meramu kisah, aksi, bahkan sinematografi. Penjelasan dinginnya hubungan Luo dengan sang anak enggak menyita waktu, tetapi on point. Semua digambarkan dari keengganan sang anak untuk membantu pada awalnya, adegab  seorang anak perempuan di pengadilan yang menangis setelah ayah dan ibunya bercerai, dan kilasan masa lalu sang anak yang terlihat begitu membenci tetapi juga sayang kepada Ayahnya. 

Adegan itu mengingatkan anak Luo akan masa lalunya dan membuat penonton menjadi paham.

FIlm yang mengandung bawang untuk anak broken home

Via Istimewa

Para anak broken home, terutama yang “jauh” dengan salah satu orang tuanya dan mengalami masalah finansial, mungkin akan kebawa baper dengan proses penerimaan anak Luo kepada ayahnya. 

Semua kilasan, mulai dari bagaimana Luo mendebat tentang pentingnya kehadiran seorang Ayah dalam pernikahan, sampai bagaimana ia melihat sang Ayah berjuang sendirian, seolah relate dengan bagaimana anak broken home mencoba untuk memaafkan orang tua mereka.

Ikatan darah dan cinta memang enggak bisa dihilangkan. Semua itu terjelaskan dalam scene yang memakan waktu enggak sampai 15 menit.

Film dengan isu pekerjaan dan relasi

Via Istimewa

Walaupun juga menyampaikan isu ayah dan anak, film ini juga sukses menyampaikan isu relasi antara seorang laki-laki dengan kuda peliharaannya. Enggak cukup bikin nangis soal relasi Luo dengan anaknya, relasi Luo dengan kudanya juga hadir dengan pas tanpa tumpang tindih dengan isu lain.

Selain masalah anak dan ayah serta relasi pertemanan antara seseorang dengan binatang peliharaan, masalah eksistensi stuntman juga dieksplorasi dengan cukup menarik dan enggak berbelit-belit. Film ini menunjukkan bahwa profesi stuntman sangat berisiko tinggi, tetapi itulah SOP dari profesi mereka.

Namun, bukan hanya profesi stuntman saja. Sebetulnya, pesan dari film ini bisa kena ke semua workaholic dari berbagai profesi. Usai menonton, kamu akan bertanya-tanya, “Aku kerja buat apa, sih? Apakah buat mencari uang? Buat keluarga? Kebahagiaan? Atau aku memang sudah ketagihan aja sampai mengorbankan banyak hal termasuk keselamatan diri?”.

Tokoh sederhana yang relate dengan kehidupan manusia biasa

Karakter Master Luo dengan segala kompleksitasnya betul-betul meyakinkan sebagai manusia biasa. Berbeda dari banyak karakter Jackie Chan yang heroik dan selalu bisa diandalkan, Luo memang jago bela diri, tetapi lemah dari segi hati dan tentu saja finansial. 

Jackie Chan, baik dari segi akting, riasan, mau pun dialog, mampu menggambarkan mantan stuntman terkenal yang dulu dihormati. Ia ekaligus jadi laki-laki yang bermasalah dengan uang dan seorang Ayah yang mengalami dilema. Dari raut wajahnya saja, Jackie Chan bahkan bisa menyampaikan emosi yang penuh dilema dan penuh kesedihan itu.

Karakter anak Luo, Xiao Bao, juga diperankan dengan baik oleh Haocun Liu. Haocun mampu menunjukkan karakter perempuan yang rapuh sekaligus keras kepala soal masa depan dan soal komitmen.

Karakter-karakter lainnya, seperti Mickey, pacar Bao, sampai paman Bao, semuanya melengkapi gambaran “kelas sosial berbeda” di mana Master Luo dan Xiu Bao berada. Itulah yang menjadi jembatan alasan kenapa keduanya menjadi jauh terlepas dari usaha Luo untuk menyenangkan sang anak.

Sinematografi yang empromosikan 100 tahun perfilman Tiongkok

Via Istimewa

Bukan hanya media untuk Jackie Chan come back dengan aksinya, Ride On juga merupakan media yang tepat untuk mempromosikan industri perfilman Tiongkok.

Lokasi distrik perfilman Tiongkok dieksplorasi sedemikian rupa untuk menyajikan keberadaan set film tradisional, kontemporer, hingga modern. Penggunaan warna-warna yang beragam pun seolah menginformasikan geliat industri perfilman Tiongkok yang hidup, siap untuk bersaing, dan sekaligus menjadi latar yang menggambarkan dunia Master Luo sebagai stuntman profesional. 

Warna-warna dan pengambilan gambar di berbagai tempat yang menarik pun seolah on point menunjukkan modernitas Tiongkok masa kini. Tiongkok bukan sekadar tentang kungfu atau perdagangan saja. Dari gambar-gambar lokasi industri perfilman, lokasi pujasera, kafe-kafe, hingga pengadilan, semuanya memperkenalkan Tiongkok –negara yang kerap diidentikkan dengan ideologi komunismenya–, sebagai negara yang beragam, cukup terbuka, seru, dan punya banyak dimensi.

Sinematografi yang menawan ini juga dibarengi dengan scoring yang menarik. Scoringnya bahkan bukan scoring yang Tiongkok banget. Alunan musik dengan kecapi juga diselingi dengan musik-musik dengan melodi khas Barat. Campuran yang pas dan sesuai suasana ini bikin Ride On menjadi cantik.

Ode untuk Jackie Chan dan semua pihak di balik layar

Dalam beberapa adegan, kamu akan melihat adegan syuting betulan dari film-film lama Jackie Chan. Buat kamu yang memang doyan sama film-film aktor 68 tahun ini, kamu pasti tahu apa saja judulnya dan momen-momen aksi ekstrem yang bikin penonton senam jantung. 

Via Istimewa

Bukan hanya kilasan film, ada juga adegan-adegan di balik layar yang menggambarkan susahnya berlaga di film aksi serta bagaimana capeknya bekerja di dalam set film. Membuat film yang menghibur rupanya bukan sesuatu yang “menghibur” bagi para pekerja di baliknya.

Untuk menyuguhkan karya yang believable dan bisa menghilangkan stres penonton, banyak orang yang harus rela mengorbankan waktu, kesehatan fisik serta mental, bahkan bermain dadu dengan nyawa taruhannya

***

Walau ada beberapa adegan yang melompat dan beberapa humor yang enggak seharusnya ditaruh, Ride On adalah film comeback yang cukup worth it untuk ditonton di bioskop. 

Ride On lebih pas disebut sebagai drama-aksi dan punya vibe yang berbeda dibandingkan kebanyakan film Jackie Chan yang merupakan komedi-aksi. Jika ini adalah selebrasi bagi kiprah Jackie Chan dan perfilman aksi Tiongkok, maka ini adalah selebrasi yang manis dan pas.

Namun, buat kamu yang mencari “film aksi-komedi” ringan ala Jackie Chan, mungkin kamu akan tertipu dengan trailer dan posternya karena ternyata film ini lebih cenderung mengandung bawang ketimbang tawa.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.