Bagaimana Cara Sebuah Film Menang “Best Picture” Oscar?

Academy Awards, lebih dikenal dengan Oscar, merupakan ajang paling bergengsi dalam dunia perfilman. Penghargaan tertua untuk perfilman ini setara dengan Emmy Awards untuk dunia televisi, Tony Awards untuk dunia teater, dan Grammy Awards untuk dunia musik.

Penghargaan ini pertama kali diselenggarakan pada 1929 di Hotel Hollywood Roosevelt, Los Angeles, Amerika Serikat. Diadakan secara berkala setiap tahun, penghargaan ini menjadi salah satu pencapaian yang didamba-dambakan oleh para pekerja seni.

Menjadi nomine dalam ajang penghargaan bergengsi ini tentu bukan hal yang mudah. Begitu panjang perjalanan yang harus dilakukan untuk terpilih menjadi pemenang. Banyak kategori yang diperebutkan dalam ajang ini, namun yang paling tinggi dalah kategori “Best Picture”.

Lantas, bagaimana cara sebuah film untuk meraih penghargaan “Best Picture” dalam Academy Awards? Simak rangkuman di bawah ini!

Film Seperti Apa yang Layak Dikompetisikan?

Enggak semua film bisa masuk penilaian untuk dikompetisikan dalam Oscar. Pertama, film harus diputar di teater komersial di Los Angeles, Amerika Serikat, antara 1 Januari hingga 31 Desember sesuai tahun yang dilombakan. Film tersebut mesti diputar selama tujuh hari berturut-turut, setidaknya tiga pemutaran film setiap hari (salah satunya harus antara pukul 18:00 dan 22:00).

Film juga harus menggunakan roll film ukuran 35 mm, 70 mm, atau dalam format digital yang memenuhi syarat. Film panjang yang diikutsertakan harus memiliki durasi minimal 40 menit. Sedangkan, untuk kategori film pendek, ada persyaratan yang sedikit berbeda.

Aturan-aturan ini diberlakukan demi memastikan bahwa film-film tersebut dipamerkan dengan benar di bioskop. Film yang ditayangkan perdana di platform lain (misalnya penyedia video on demand seperti Netflix) atau dipamerkan di bioskop kosong saat tengah malam dianggap tidak memenuhi syarat.

Supaya membuktikan bahwa film yang dikompetisikan memenuhi semua persyaratan, pembuat film harus menyerahkan formulir pada awal Desember. Ketentuan pendaftaran akan dijelaskan di poin selanjutnya.

Supaya Dinilai, Tentu Harus Mendaftar

Apa kalian adalah sineas yang mau mencoba adu peruntungan dalam Oscar? Pertama, daftarkan diri untuk mendapatkan akses lewat situs resmi Oscar. Nah, kalau sudah dapat akses, kalian tinggal membuat formulir yang biasa disebut Oscar Submission Form (OSF).

Formulir hanya dapat dibuat secara daring (online). Setelah isi lengkap, kalian harus mencetak, beri tanda tangan, dan pindai (scan). Lalu, kirim kembali formulir ke situs Oscar. Jangan lupa, isi semua data tentang film kalian secara mendetail, seperti daftar pemain, produser, sutradara, hingga semua yang berpartisipasi dalam film kalian.

Setelah selesai, kalian harus melakukan finalisasi pada batas waktu yang ditentukan. Apabila menghadapi hambatan saat akan mengirim karya, kalian dapat menghubungi pihak Oscar.

Dalam fase ini, kalian enggak perlu repot-repot mengirimkan file film yang kalian ingin lombakan. Film akan diminta oleh pihak Oscar bila kalian lolos ke fase selanjutnya.

The Academy of Motion Picture Arts and Sciences

Apabila ingin mendaftarkan karya film untuk dikompetisikan, kalian harus mengetahui peran penting AMPAS dalam ajang ini. Merekalah yang memilih karya siapa yang bisa masuk nomine dalam setiap kategori Oscar.

Nah, apa itu The Academy of Motion Picture Arts and Sciences alias AMPAS? Mereka adalah organisasi global yang berisi perwakilan terbaik dari segala bentuk seni berskala internasional. Para anggota AMPAS bertugas memberi suara untuk setiap kategori yang ada dalam ajang Oscar, termasuk “Best Picture”.

Menjadi anggota AMPAS pun bukan hal mudah. Seorang sineas harus merupakan salah satu pekerja seni yang aktif dalam bidangnya. Untuk para penulis, produser, dan sutradara harus memiliki setidaknya dua proyek yang sudah berlangsung. Sedangkan, para aktor atau aktris harus memiliki minimal tiga film yang telah dimainkan. Semuanya terhitung dalam rentang maksimal 10 tahun.

Kalau enggak memenuhi persyaratan di atas, ada opsi lain untuk bergabung dengan organisasi ini. Misalnya saja mendapat sponsor dari minimal dua anggota aktif.

Peran AMPAS sebagai Nominator

AMPAS memiliki anggota sekitar 6.000 orang yang terbagi dalam 17 cabang perfilman. Di antaranya sutradara dan aktor. Setiap anggota hanya bisa memiliki satu pilihan cabang. Kalau seorang sineas berada di cabang aktor, dia hanya bisa memberikan suara untuk nominasi aktor. Misalnya saja, George Clooney, hanya bisa memilih satu cabang antara aktor dan sutradara walaupun dia berprofesi sebagai keduanya.

Lain halnya untuk “Best Picture”. Seluruh anggota bisa memberikan suara untuk nominasi ini. Pada kategori paling bergengsi ini, para anggota AMPAS akan diminta untuk membuat 10 daftar pilihan teratas mereka secara berurut. Tentu saja, sesuai dengan pilihan hati dan tanpa paksaan.

Nah, sistem pemberian suara yang berulang untuk satu nomine (film atau pembuat film) tidak berarti memberi kesempatan yang lebih besar untuk kemenangan nomine tersebut. Semua film mempunyai hak yang sama untuk menjadi calon “Best Picture”.

Setelah terpilih 10 film yang mendapat posisi teratas, pemungutan suara kembali dilakukan oleh para anggota hingga ditemukan satu pemenang untuk kategori “Best Picture”.

Ada Formula Ampuh Menang “Best Picture” Oscar?

Bagaimana cara meyakinkan ribuan anggota AMPAS bahwa karya kalian adalah terhebat dari yang paling hebat? Boleh percaya, boleh enggak. Ada “aturan” tak tertulis yang menjadi “jalan pintas” untuk meningkatkan potensi sebuah film untuk masuk bahkan menjuarai nominasi “Best Picture” Oscar!

Dirangkum dari Vanity Fair, film yang tayang perdana di festival film bergengsi internasional bakal mendapat sorotan lebih. Contohnya, There Will Be Blood (2008) yang tayang di Festival Film Cannes atau Boyhood dan Whiplash dalam Festival Film Sundance 2015 yang sama-sama menjadi nomine “Best Picture” Oscar.

Supaya lebih ampuh, coba terobos Festival Film Venice. Soalnya, ajang ini telah menghadirkan tiga pemenang “Best Picture” di Oscar. Sebut saja The Hurt Locker (2010), Birdman (2015), dan Spotlight (2016).

Selain masuk festival film, sepertinya para voter dalam Oscar sangat tertarik pada cerita yang berdasarkan kejadian nyata. Tren lebih diminatinya film dengan latar kejadian nyata dimulai saat Million Dollar Baby memenangkan “Best Picture” pada 2005. Setelah itu, film-film based on true story kerap jadi langganan nominasi tertinggi tersebut, mulai dari jadi nomine sampai juara.

Mari kita lihat ke belakang sejenak, tepatnya 2014. Saat itu, dari sembilan nomine yang ada, enam di antaranya merupakan film yang mengangkat kejadian nyata.

Sebut saja American Hustle yang mengisahkan kasus suap yang terjadi di sebuah kongres, Captain Phillips yang mengangkat cerita pembajakan Maersk Alabama pada 2009, Dallas Buyers Club, Philomena, hingga The Wolf of Wall Street, cerita Jordan Belfort yang menaklukkan Wall Street dengan Leonardo DiCaprio sebagai bintangnya.

And the Oscar goes to… 12 Years a Slave. Diproduseri salah satunya oleh Brad Pitt, film ini punya nilai historis kuat dengan mengusung kisah nyata tentang perbudakan yang ada di Amerika Serikat.

Selain itu, pemilihan aktor dalam sebuah film juga sangat penting ternyata mengundang penilaian tersendiri. Dilansir dari The Film Theorists, kebanyakan pemilih pada Oscar adalah orang yang sudah matang dan lebih memperhatikan aktor dibandingkan ide cerita atau visual.

Pada 2009, film Avatar sudah digadang-gadang menjadi pemenang “Best Picture” dengan ide cerita yang unik dan tampilan CGI yang sangat rapi. Sayangnya, mahakarya James Cameron ini harus mengaku kalah dari The Hurt Locker dengan tema perang di Irak dan dibintangi oleh Jeremy Renner.

Oh, ya. Durasi sebuah film juga jadi formula rahasia menang Oscar. Tercatat, lebih dari 40% pemenang “Best Picture” di Oscar memiliki durasi tayang sekitar dua jam atau lebih. Contohnya, juara 1939, Gone with the Wind, memiliki durasi tiga jam 58 menit. Bahkan, pemenang “Best Picture” Oscar 2019, Green Book, memiliki durasi dua jam 10 menit.

Belum berhenti sampai di situ. Hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah jadwal tayang film. Berdasarkan rekam jejak, waktu yang tepat untuk menayangkan sebuah film supaya bisa menang Oscar adalah sekitar akhir Oktober hingga Desember.

Nyatanya, sebanyak 56% pemenang “Best Picture” merupakan film yang tayang pada November dan sisanya adalah Desember. Kenapa bisa begitu?

Prediksi yang bisa menjelaskan hal ini adalah film-film tersebut tayang dekat dengan perhelatan Oscar sehingga begitu lekat di ingatan para voter. Hal inilah yang kerap disebut sebagai recency effect. Film-film yang tayang sekitar bulan itu juga masih banyak diberitakan oleh media dan dibicarakan banyak orang. Apalagi kalau film tersebut jadi topik panas berkat unsur-unsur yang sudah disebutkan di atas.

***

Begitu panjang dan rumit perjalanan sebuah film untuk masuk dan menjuarai nominasi “Best Picture” dalam ajang Oscar. Tentu, menjadi nomine dalam kategori paling bergengsi ini sudah dianggap sebagai prestasi tersendiri. Tak perlu sederet promosi berlebih, film tersebut bakal menjadi pembicaraan dan diakui banyak orang, mulai dari penikmat hingga kritikus film di seluruh dunia.

Nah, menurut kalian, adakah film Indonesia yang berpotensi tembus, berkompetisi, hingga menjadi juara dalam ajang Academy Awards? Kasih tahu pendapat kalian di kolom komentar dan ikuti terus fakta menarik soal film hanya di KINCIR!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.