Aktor yang Kariernya Justru Redup karena Film yang Dibintangi

Seorang aktor akan berakting di berbagai macam film untuk menambah portfolionya dan meningkatkan nilai jualnya sebagai seniman peran. Namun, dalam perjalanannya, enggak semua peran mampu mengangkat nama mereka.

Alih-alih membuat nama mereka semakin harum, film-film ini justru malah membuat para aktor ini mandeg kariernya. Ada beberapa faktor mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Nah, siapa saja mereka dan mengapa film ini justru menjatuhkan nama para aktor yang kariernya berpotensi? Cari tahu lebih lanjut!

Aktor yang kariernya redup karena film yang ia bintangi

George Lazenby – On Her Majesty Secret Service

Memainkan film James Bond –sosok agen rahasia yang diadaptasi dari novel Ian Flemming–, kemunculan George Lazenby, adalah sebuah flop. George Lazenby memainkan peran sebagai James Bond, menggantikan Sean Connery dalam seri film On Her Majesty’s Secret Service.

Ada tiga kesalahan pemilihan Lazenby dalam film ini. Pertama, Lazenby bukan orang Inggris (melainkan Australia) dan pada beberapa bagian, ia harus di-dubbing. Kedua, Lazenby adalah seorang, bukan aktor, sehingga aktingnya masih agak kaku. Ketiga, pesona dan ketenaran Sean Connery terlalu kuat sehingga George Lazenby memegang tanggung jawab yang berat.

Setelah peran sebagai Bond, karier perfilman Lazenby memang tidak terlalu moncer

Pada dekade 70an, ia malah membintangi serial erotika ‘Emmanuelle’, hingga tahun 90-an. Ia juga memanjangkan rambutnya, mencoba menghilangkan stereotip Bond yang “traumatis” karena justru peran itu membuatnya menuai banyak kritik.

Belasan tahun kemudian, On Her Majesty’s Secret Service justru malah menjadi salah satu film terbaik Bond. Mungkin bukan sepenuhnya karena akting Lazenby, tetapi karena plot kuat, akhir tragis, dan Bond girl yang unik.

Rupert Grint – Harry Potter

Ketiga bintang Harry Potter –Daniel Radcliffe, Emma Watson, dan Rupert Grint– sebagai Harry, Hermione, dan Ron diprediksi akan menjadi bintang yang besar. Ya, Emma Watson menjadi aktivis sekaligus bermain dalam Beauty and the Beast, misalnya. Daniel Radcliffe, keluar dari kesan anak baik dan membintangi berbagai macam peran, termasuk Walter Mabry, tech-guy kaya nan licik.

Namun, ada hal berbeda yang terjadi pada Rupert Grint. Alih-alih membintangi film yang besar, ia justru lebih banyak bermain di film independen dan menghabiskan waktu dengan keluarga kecilnya. Dilansir London News, Rupert Grint sempat merasa tertekan dengan ketenaran yang berlangsung terlalu dini, saat ia menjadi Ron Weasley. Ia merasa kehilangan banyak masa remajanya dan ingin menikmati banyak hal sederhana saat ini.

Brendan Fraser – The Mummy

Pernah ada masa di mana Brendan Fraser menjadi begitu populer, terlebih saat ia memerankan Rick O’Connell dalam trilogi The Mummy. Fraser memiliki awal yang menjanjikan dan juga spesialisasi dalam film-film aksi fantasi, membuatnya memiliki kelas tersendiri.

Namun, setelah film-film aksi seperti The Mummy, kariernya meredup. Pertama, film-film Fraser cukup segmented, yakni aksi-fantasi, seolah membatasinya hanya dalam peran-peran itu. Padahal, ia semakin menua dan tentu saja enggak bisa terus-menerus cocok berperan sebagai tokoh utama yang kekar dan gagah.

Alasan kedua lebih tragis dan memancing amarah banyak orang. Pada tahun 2003, ia pernah bertemu dengan presiden HFPA pada saat itu Philip Berk. Kabarnya, Berk melakukan pelecehan seksual kepada dirinya. Penolakan pada pelecehan itu membuatnya diasingkan dari Hollywood, tentu saja enggak lain terjadi karena pengaruh Philip Berk.

Pelecehan di Hollywood memang merupakan sebuah kejahatan besar yang ternyata terjadi pada banyak aktor, termasuk aktor kelas A sekali pun. Beberapa waktu yang lalu, publik bahkan digemparkan oleh terbukanya kasus pelecehan oleh produser besar Harvey Weinstein, yang telah terjadi bertahun-tahun dan ditutupi sedemikian rupa.

Guy Pearce – Memento

Dengan penampilannya yang luar biasa di Memento, sepertinya Guy Pearce bakalan menjadi superstar Hollywood. Namun, setelah dia membintangi Lockout, sebuah film yang gagal dalam meraih box office, kariernya sedikit menurun.

Namun, ia masih belum menyerah dengan karier di Hollywood, terbukti dengan peran pendukungnya di Prometheus serta peran antagonis di Iron Man 3. 

Meski begitu, enggak benar-benar ada lagi kesempatan untuknya bersinar kayaknya dalam Memento. Waktunya sudah habis dan setelah Alien: Covenant, Guy Pearce mulai mundur dari spotlight di Hollywood.

Memang enggak ada yang benar-benar tahu mengapa Guy Pearce meredup, tetapi diduga hal itu terjadi karena Hollywood adalah perjudian. Enggak semua yang jago akting akan selalu moncer kariernya, karena selera penonton berubah. Selain itu, banyak juga kasus ketika seorang aktor sangat sukses menghidupi sebuah peran. Akhirnya penonton terlalu kuat mengasosiasikannya dengan peran tersebut dan merasa aneh saat ia memerankan karakter lain.

Sean Connery – The League of the Extraordinary Gentlemen

Sangat sulit memasukkan James Bond paling legendaris, sekaligus penyabet gelar The Sexiest Man Alive 1989 dari People Magazine di dalam daftar ini, tetapi itulah kenyataannya. Sean Connery akan selalu dikenal sebagai aktor aksi yang tangkas, berkharisma, dan pintar berakting sekaligus di kelas A. Harus diakui bahwa ia adalah salah satu aktor yang meredup setelah membintangi sebuah film gagal.

The League of Extraordinary Gentlemen dimaksudkan menjadi jagat superhero bagi “monster-monster klasik” seperti invisible man, Dr. Henry Jekyll, dan masih banyak lagi. Namun, film ini enggak mendapatkan sambutan baik dari kritikus. Bahkan, ratingnya hanya 17%.

Setelah film ini, karier Sean Connery pun meredup dan ia mengumumkan pensiun pada tahun 2005. Kemudian, ia meninggal dunia dan dimakamkan pada Oktober 2020. Agak ironis, sosok Sean Connery, the perfect Bond, pernah membuat penonton kecewa dengan Lazenby hingga kariernya tersendat; namun bertahun-tahun kemudian Connery menghilang.

Maria Schneider – Last Tango in Paris

Maria Schneider adalah aktris yang menjanjikan pada masa mudanya. Pada usia 19 tahun (1972), ia bermain bersama Marlo Brando dalam Last Tango in Paris. Film semi-erotis ini mengharuskannya melakoni beberapa adegan telanjang, tetapi masalah terbesarnya bukan itu.

Ada satu adegan di mana karakter yang diperankan Schneider (Jeanne) diperkosa oleh karakter Marlo Brando (Paul). Meskipun adegan pemerkosaan ini enggak telanjang seperti yang ia lakukan di adegan lain, tetapi dia enggak diberi tahu soal ini oleh sutradara Bernardo Bertolucci. Bahkan, hal ini sengaja dirahasiakan agar nuansa ketakutan terlihat di wajahnya.

Memang adegan pemerkosaan itu enggak betulan, tetapi ditambah dengan adegan telanjangnya, rating R, bahkan banned di berbagai tempat karena censorship, Schneider menjadi depresi dan merasa salah langkah. Ia enggak pengin dianggap simbol seks di usia muda.

Setelahnya, ia terjerat narkotika dan seks dengan banyak orang. Di samping itu, Schneider bermain di film yang terkenal The Passenger (1975), tetapi setelah itu terlibat lebih banyak proyek indie. Ia mengaku bahwa Last Tango in Paris mengubahnya, membuatnya trauma, dan memalukan sehingga menghambat kariernya.

***

Nah, itu dia, bukan hanya harus jago akting, seorang aktor juga harus jago memilih film. Soalnya, film adalah branding diri bagi para aktor, dan film juga menentukan persepsi khalayak terhadap aktor itu sendiri.