Walaupun sama-sama diambil dari kisah nyata, ada perbedaan besar antara karya dokumenter dan biopik. Karya dokumenter adalah karya yang bersifat dokumentasi, mendokumentasikan berbagai kejadian atau fenomena. Sementara itu, karya biopik seperti Oppenheimer menggambarkan kisah hidup seseorang yang nyata ada di dunia.
Kendati didasarkan pada kisah nyata layaknya dokumenter, enggak semua cerita yang ada di dalam karya biopik benar-benar mirip dengan aslinya. Beberapa malah ditambah bumbu yang membuat cerita menjadi berbeda atau melenceng jauh dari aslinya. Oppenheimer, terlepas dari cerita yang dianggap sempurna tentang J. Robert Oppenheimer, dikritik oleh seorang warganet karena menampilkan bendera Amerika dengan 50 bintang, bukan 48 bintang sesuai dengan negara bagian Amerika Serikat pada masa itu.
Mana saja film biopik yang dianggap enggak akurat dan enggak sesuai kenyataan? Ini dia.
Deretan karya biopik yang dianggap enggak Akurat
The Greatest Showman
Sebagai film musikal, sudah jelas The Greatest Showman sangat melenceng jauh, bahkan merupakan versi hiperbola dari kisah nyatanya. The Greatest Showman menceritakan tentang pebisnis Phineas Taylor Barnum yang mampu menghidupkan sirkus menjadi pertunjukkan hebat.
Ia adalah seniman sekaligus pebisnis dengan ide dan karya yang spektakuler. Ia mengajak orang-orang yang dianggap aneh dan berkebutuhan khusus untuk berkarya, membangun Barnum & Bailey Circus, menjadi orang terkaya abad ke-19, dan juga pernah menjadi walikota.
Dalam The Greatest Showman, Barnum dianggap sebagai sosok yang berempati dan memberikan harapan kepada orang-orang berkebutuhan khusus. Nyatanya, kehidupan Banum enggak se-bubbly dan semeriah filmnya. Barnum dianggap mengeksploitasi orang-orang berkebutuhan khusus dan melakukannya atas dasar bisnis. Tentu saja konsep yang digunakan The Greatest Showman memang dibuat overrated supaya film musikal ini terasa hangat dan lebih menarik.
The Laundromat
Disebut sebagai drama biografi, ternyata banyak hal di The Laundromat yang memang enggak sesuai kenyataan dan pembuatnya pun mengonfirmasi hal itu, setidaknya dalam penggunaan Ellen Martin sebagai tokoh fiktif yang enggak menggambarkan siapa pun secara spesifik.
The Laundromat dibuka dengan presentasi “pedas” dari tokoh Ramon Fonseca dan Jurgen Mossack, yang secara apik diperankan oleh Antonio Banderas, tentang konsep uang dan kekayaan. Kemudian, cerita bergulir pada tokoh fiktif Ellen Martin yang kesulitan mengurus asuransi setelah suaminya meninggal dan bagaimana firma hukum Ramon Fonseca yang dijalankan duo ini berperan dalam masalah itu, dan masalah-masalah keuangan besar lain yang terangkum dalam skandal Panama Papers.
Selain kisah Ellen Martin dan beberapa kisah lain, diyakini semua hal di dalam film ini nyata terjadi. Namun, Ramon dan Fonseca menuntut Netflix karena membuat mereka seolah menjadi dalang di balik kecelakaan perahu, menggunakan logo tanpa izin, dan menggambarkan mereka berdua sebagai orang gila uang serta culas.
Terlepas dari tuntutan keduanya yang pada akhirnya enggak diterima, The Laundromat memang bukan film biografi yang mirip dengan kenyataan. Ada banyak hal yang sengaja didramatisir mengingat genrenya adalah drama komedi penipuan.
The Social Network
Drama The Social Network pada masanya sangat laris dan mendapatkan pujian. Apalagi, tahun ketika ia dirilis, Facebook memang sedang banyak digandrungi orang-orang sebagai media sosial yang mampu mengoneksikan kita ke banyak orang, banyak kejadian, dan mengekspresikan diri lewat status.
Cerita mengenai orang di baliknya, Mark Zuckerberg, tentunya menarik perhatian banyak orang. Apalagi, dia memulai Facebook saat berkuliah di Harvard, tetapi enggak lulus dan mampu menjadi anak muda yang kaya raya. Maka dari itu, The Social Network pun seperti menjawab rasa penasaran banyak orang.
Namun, banyak hal yang disinyalir berbeda dengan aslinya dalam The Social Network. Salah satu perbedaan yang signifikan dengan dunia nyata adalah cerita di dalam The Social Network bahwa dia membuat Facebook karena mencoba balikan sama mantan pacarnya. Namun, kenyataannya, pada tahun saat ia membuat Facebook, Zuckerberg sudah enggak jomlo.
Bahkan, disinyalir bahwa satu-satunya cerita yang benar dalam film itu adalah style yang dipakai karakter Mark Zuckerberg. Terlepas dari ketidakakuratan cerita dengan kenyataan, film ini mendapatkan begitu banyak pujian, termasuk lewat akting Jesse Eisenberg, pemeran Mark Zuckerberg.
American Sniper
American Sniper adalah salah satu film biopik yang banyak dianggap enggak akurat. Soalnya, ia kental akan aksi yang menegangkan –seolah memang sengaja dibuat untuk menyenangkan adrenalin penonton. Ia memang diangkat dari kisah nyata penembak ulung (sniper) Amerika serikat Chris Kyle. Christopher Scott “Chris” Kyle merupakan seorang veteran perang Amerika yang berdasarkan hitungan Pentagon, sudah membunuh sekitar 160 orang pihak lawan. Ia menuliskan kisahnya dalam sebuah buku bertajuk American Sniper: The Autobiography of the Most Lethal Sniper in U.S. Military History.
Pada saat ditulis, buku itu memang memuat banyak hal yang subjektif dan dilebih-lebihkan. Nah, film ini juga mengadaptasi secara bebas biografi itu. Dengan tambahan bumbu-bumbu lagi, film ini semakin jauh melenceng dari aslinya. Misalnya seperti bagaimana Kyle merasa “biasa aja” setelah membunuh banyak orang. Namun, di film, kita diperlihatkan keresahan dan rasa bersalah Kyle karena profesinya ini. Terdapat juga aksi-aksi yang dilebih-lebihkan agar lebih terasa asyik dan monumental.
Amadeus
Amadeus adalah film yang dianggap bagus dan disukai banyak orang. Bahkan, ia mendapatkan berbagai macam penghargaan termasuk Academy Awards. Film tersebut berkisah tentang bagaimana dua komposer ternama di abad ke-19, Wolfgang Amadeus Mozart dan Antonio Salieri berseteru. Bahkan ada adegan di mana Salieri mengaku membunuh Mozart.
Di dunia nyata, keduanya enggak benar-benar berseteru. Baik Salieri mau pun Mozart sebetulnya saling menghormati satu sama lain. Namun, hal ini enggak menjadi masalah dalam perilisannya lantaran film ini memang diakui sebagai fantasia on the theme of Mozart and Salieri alias kisah yang dilebih-lebihkan bahkan dibumbui fantasi dari keduanya.
El Presidente
El Presidente adalah drama biopik di Prime Video yang berkisah tentang korupsi besar di dunia sepakbola internasional. Bagian pertama berkisah tentang Sergio Jadue, mantan ketua Asosiasi Sepakbola Cili (ANFP) dan mantan wakil ketua Conmebol. Bagian kedua, berkisah tentang João Havelange, mantan Ketua FIFA yang mengubah FIFA menjadi sebuah organisasi berpengaruh.
Banyak cerita dan timeline yang sesuai, tetapi ada pula adegan-adegan yang dilebih-lebihkan dengan tambahan tokoh-tokoh fiktif yang enggak bisa ditelusuri. Misalnya, agen FBI yang mendekati Jardue dan menyuruhnya menjadi informan (keterangan bahwa tokoh ini fiktif sudah ditulis di film) dan adanya perselingkuhan Havelange, yang sama sekali enggak bisa dicari kebenarannya. Tokoh yang menjadi selingkuhan Havelange pun fiktif.
***
Walaupun film-film biopik ini banyak memuat unsur fiktif, tetapi mereka tetap asyik untuk diikuti. Tentu saja, kehidupan nyata enggak menarik sebagai sebuah karya jika enggak ditambahi bumbu. Namun, sebelum menonton, kita harus menyadari bahwa enggak semua yang kita saksikan itu nyata.