Gijinka, Subkultur Absurd yang Sukses Mendunia

Masih ingat gambar perdana lubang hitam yang beritanya mengguncang jagat maya beberapa pekan silam? Konon, keberhasilan diabadikannya salah satu objek paling misterius di luar angkasa ini dipandang sebagai pencapaian yang bersejarah.

Ketika orang-orang sibuk membicarakan kesuksesan proyek Event Horizon Telescope tersebut, di salah satu sudut ruang internet muncul sebuah karakter seksi dan sensual bernama Blackhole-chan yang disebut-sebut adalah versi antropomorfisme dari lubang hitam. Tak berhenti di situ, kreator lain juga menuangkan imajinasi mereka dengan menciptakan Blackhole-chan versi masing-masing. Ada pula kreator yang mengunggah satu buah webcomic utuh mengenai objek mahamisterius tersebut.

I wrote a comic about Earth-Chan meeting a Black Hole! pic.twitter.com/6s8o8CxZeS

— 「Merry」???? (@Merryweatherey) 14 April 2019

Lantas, apakah yang dimaksud dengan antropomorfisme? Apakah ini merupakan sebuah tren yang baru-baru ini ditemukan oleh umat manusia? Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat diketahui jika kalian mau menyimak pembahasan berikut sampai tuntas.

 

Apa Itu Antropomorfisme?

Via Istimewa

Istilah antropomorfisme tersusun atas dua kata, yakni anthrop (manusia) dan morph (bentuk). Mengacu pada penjelasan yang dirangkum dalam Wikipedia, antropomorfisme adalah penyandangan atribusi karakteristik manusia terhadap benda atau makhluk nonmanusia. Contoh subjeknya bisa berupa hewan atau tumbuhan dengan bentuk fisik yang menyerupai dan punya emosi, pola pikir, serta polah tingkah laiknya manusia.

Dalam dimensi kultur pop, khususnya komik dan animasi, antropomorfisme sama sekali bukan hal yang baru. Tom dan Jerry, SpongeBob, Ninja Turtles, atau Bugs Bunny adalah segelintir contoh dari sekian masifnya karakter nonmanusia yang terdampak “antropomorfisasi.” Semua karakter tersebut punya perilaku dan respons yang identik dengan manusia pada umumnya seperti berbicara, marah, atau bersedih.

Via Istimewa

Terkadang, produser memutuskan untuk tidak membuang karakteristik hewan orisinalnya begitu saja. Misalnya Tom (kucing) yang secara naluriah selalu memburu Jerry (tikus) atau Bugs si kelinci yang hobi makan wortel.

Tulisan kali ini hendak membahas lebih jauh antropomorfisme yang berada pada tingkatan yang lebih mengenaskan spesifik yang bahkan mampu terbentuk menjadi subkultur tersendiri. Namanya adalah antropomorfisme moe atau yang di Jepang lazim disebut gijinka.

 

Antropomorfisme Moe, Digilai Para Otaku

Via Istimewa

Pada dasarnya gijinka juga berbagi makna yang sama dengan antropomorfisme pada umumnya. Akan tetapi, selain karakteristik manusia yang lebih mendasar, objek atau makhluk nonmanusia yang mendapat sentuhan gijinka punya fitur lebih “spesial” yang diklaim sanggup menyihir khalayak yang lebih luas, yakni moe-fikasi.

Kalian mungkin sudah pernah (atau sering) menyaksikan betapa menggodanya karakter manusia yang punya fitur moe. Karakter moe memang enggak pernah gagal bikin hati kita luluh hingga pengen meluk dan melindungi mereka dari segala macam marabahaya.

Via Istimewa

Inilah alasan mengapa pemirsa gampang menaruh simpati kepada Menma (Anohana). Ini pula salah satu penyebab mengapa penggemar banyak yang memberi dukungan kepada Rem alih-alih Emilia yang terlihat lebih dewasa dan tentunya lebih waifu-able dalam Re:Zero.

Di lingkungan otaku, antropomorfisme moe, atau kerap disebut anthropomoerphism, keterlaluan banget populernya. Ada begitu banyak manga atau anime dengan karakter gijinka yang mencecap kesuksesan besar di sana.

Anime Gijinka Populer

Via Istimewa

Contoh anime gijinka yang tergolong masih segar dalam ingatan kita adalah Hataraku Saibou atau Cells at Work!. Anime ini mengilustrasikan rutinitas harian sel-sel dalam tubuh manusia. Tentu saja sel-sel tersebut telah diantropomorfisasi menjadi karakter yang menyerupai manusia. Trombosit mewakili anime ini sebagai karakter antropomorfisme moe dengan tampang dan bentuk tubuh bak gadis kecil paling cute di kolong langit.

Kantai Collection bisa dijadikan contoh gijinka yang berikutnya. Anime yang diadaptasi dari sebuah video game ini berisikan karakter yang merupakan personifikasi kapal perang Jepang pada era Perang Dunia II. Setiap kapal perang punya desain karakter dengan latar belakang berbeda sesuai dengan negara atau wilayah yang diwakilinya.

Via Istimewa

Tentu saja karakter yang semuanya wanita ini telah mendapat sentuhan moe-fikasi dengan desain yang bikin kalian tertarik secara seksual. Azur Lane yang iklan promosinya sempat viral di YouTube pun dirancang dengan konsep yang mirip dengan KanColle. Jadi, jangan heran kalau suatu saat Oxford menciptakan lema baru terkait fetish absurd terhadap kapal perang.

Lalu, ada Hetalia: Axis Powers yang mengetengahkan karakter cowok moe yang merepresentasikan berbagai negara Blok Poros dan Blok Sekutu yang terlibat selama Perang Dunia II. Mungkin bukan favorit penonton cowok, tapi anime yang diadaptasi dari webcomic ini cukup populer dan dibuatkan format animasinya hingga enam musim dan tembus lebih dari seratus episode.

Via Istimewa

Mau contoh moe-fikasi yang lebih ekstrem? Coba tonton Uma Musume: Pretty Derby. Hanya dalam anime yang dialihmediakan dari game mobile ini, kalian dapat menyaksikan kehidupan sehari-hari para cewek moe yang sebetulnya merupakan antropomorfisasi dari kuda balap. Masih mau contoh lain? Tengok Kemono Friends.

 

Ilustrasi ala Gijinka

Via Istimewa

Gijinka tidak terbatas dalam ranah anime dan video game. Dunia ilustrasi juga tak kalah gemerlap lantaran ikut mengadopsi tren seperti ini. Misalnya saja sosok-sosok di atas yang mewakili peramban (web browser) populer. Saat itu karakter-karakter ini pernah jadi bagian sakral dari argumen ngalor-ngidul orang-orang saat hendak memperdebatkan browser pujaan mereka.

Bumi yang saat ini kita tempati juga sudah sering direka ulang sebagai karakter bergaya anime dengan nama baru, Earth-chan. Selanjutnya adalah Black Hole-chan yang seperti diduga adalah antropomorfisasi dari gambar lubang hitam yang berhasil diabadikan secara perdana beberapa pekan silam.

Via DaRedWulf

Sejatinya, sederet ilustrasi di atas masuk kategori fan art. Dalam artian, setiap kreator, termasuk kalian, bebas bikin objek atau suatu hal versi gijinka versi masing-masing untuk diunggah ke internet. Nantinya, kreasi-kreasi ini “dikurasi massal” oleh warganet sebelum ditetapkan secara konsensus sebagai fan art yang paling dapat diterima. Semakin sering karya kalian muncul, semakin banyak orang yang suka dengan ilustrasi buatan kalian.

Gijinka sebagai Medium Penggugah Kesadaran

Via DatWeirdoWhoLuvsMilk

Apakah kalian sadar jika fenomena gijinka secara tidak langsung dapat menggugah kesadaran terhadap suatu hal atau objek yang direpresentasikan? Misalnya saja gijinka Earth-chan yang digambarkan memakai masker sembari batuk dan memiliki dada yang tidak rata. Maksud sang ilustrator adalah mengingatkan kepada kita bahwa saat ini Bumi sedang sakit akibat polusi udara yang berkepanjangan dan mengganggu kesinambungan hidup manusia.

Lalu, bagaimana dengan dada rata? Well, enggak perlu bingung dan mikir yang enggak-enggak. Desain tersebut bisa diartikan sebagai sebuah satire bahwa bentuk Bumi bukanlah rata, melainkan bulat.

Via Istimewa

Awal 2018, dunia juga sempat dikejutkan oleh sebuah tren sinting yang menempatkan si penantang mengonsumsi tablet deterjen Tide Pod dan larutan pemutih Clorox. Fenomena yang pernah memakan korban jiwa ini tak luput dari sentuhan gijinka. Para ilustrator di jagat maya berlomba-lomba mencipta animasi moe dari kedua benda tersebut lengkap dengan kampanye anjuran bahwa Tide Pod dan Clorox adalah sesuatu yang tak boleh dikonsumsi.

***

Antropomorfisme moe hingga kini masih melekat kuat sebagai elemen pendukung dari sebuah manga atau anime dan sepertinya belum akan pudar dalam waktu dekat. Begitu pula dengan budaya “gijinka-fikasi” para ilustrator saat merayakan suatu fenomena yang terjadi di berbagai belahan Bumi.

Hal itu bukanlah hal yang buruk bagi kita. Siapa tahu, suatu saat nanti giliran kalian yang tampil di panggung dunia sebagai ilustrator dengan karya gijinka yang dipuja warga maya.

Apa pendapat kalian dengan fenomena gijinka? Kasih tahu pendapat kalian di kolom komentar, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.