Menjadi atlet esports memang tidak mudah, ada banyak peraturan yang harus kalian taati agar menjadi panutan yang baik. Tidak hanya ketika berjumpa dengan fans, namun juga saat berlaga di sebuah turnamen. Tentu, sebagai seorang profesional mau tidak mau kalian harus mengikuti peraturan yang telah dibuat penyelenggara.
Namun, beberapa peraturan tersebut terkadang seperti tidak masuk akal, seperti dilarang memberikan informasi kepada lawan yang telah dijabarkan pada bagian satu. Ternyata, di lain turnamen juga masih ada peraturan yang tidak kalah absurd. Kalau kalian penasaran, yuk simak bagian duanya di bawah ini!
1. Bawa Surat Dokter
Kesehatan memanglah sangat penting ketika mengikuti sebuah turnamen esports. Sebab, kondisi prima juga bisa menjadi penentu kemenangan tim. Bayangkan jika ketika bertanding ternyata salah satu rekan tim kalian ada yang sakit? Pastinya hal tersebut akan mengganggu performa tim.
Di banyak turnamen esports yang diselenggarakan ragam event organizer kelas kakap seperti Valve, Riot, dan ESL membuat peraturan surat dokter bagi tim yang akan berlaga.
Namun, jika dipikir-pikir, apakah benar butuh surat dokter? Pasalnya, pihak manajemen pun pastinya akan mengerti kondisi pemain yang sedang sakit. Bisa dengan menggantinya dengan pemain cadangan. Namun, sang penyelenggara tetap bersikeras bahwa setiap pemain harus menyertakan surat dokter mengenai kondisi kesehatannya.
Selain itu, obat yang digunakan juga harus sesuai dengan resep anjuran dokter. Hal ini pun tidak lain untuk menghindari penggunaan doping oleh pemain. Sebab, kasus ini pun telah menyebar dan menjadi lumrah di kalangan pemain profesional.
Oleh sebab itu, di setiap turnamen besar si pemain harus mempersiapkan surat dokter agar dapat berlaga. Kalau tidak membawa, maaf saja jika pemain tersebut dilarang bermain.
2. Dilarang “Menyelundupkan” Makanan
Tentu kalian tahu bahwa bioskop melarang pengunjungnya membawa makanan dari luar. Hal tersebut ditujukan agar para pengunjung enggak nyampah di dalam bioskop. Menariknya, ternyata peraturan seperti ini juga diimplementasikan di beberapa turnamen esports.
Kok bisa? Padahal ada tim keamanan di sana yang mengecek segala perlengkapan pemain dari tas, seragam hingga barang bawaan. Namun, kejahatan memang selalu punya jalan seperti yang dikatakan oleh mantan pemain Cloud9, yaitu Kory ”Semphis” Friesen kepada tim media dari ESWC 2015.
Secara gambling dia mengatakan penggunaan doping sudah biasa di kalangan atlet profesional. Bahkan Kory juga mengaku pernah menggunakannya bersama dengan rekan timnya di Cloud9. Pada saat gelara ESL Katowive 2015, hampir seluruh anggota Cloud9 menggunakan Adderall yang ditabur ke dalam makanan dan minuman energi.
Untuk mencegah hal ini terulang kembali, pihak penyelenggara kini telah membuat peraturan pelarangan membawa makanan ke area venue. Jika pemain tersebut merasa haus atau lapar ketika bertanding, pihak penyelenggara dengan sigap memberikannya pada saat itu juga. Jadi, tidak ada alasan lagi buat atlet profesional untuk menggunakan obat-obatan terlarang lagi
3. Kenapa Tengok Kanan Kiri? Mau Nyebrang?
Nih, buat kalian yang matanya suka jelalatan. Kalian sudah bisa dipastikan tidak bisa mengikuti turnamen bergengsi. Sebab saat ini peraturan yang dibuat oleh Riot Games telah jelas bahwa pemain tidak boleh menoleh ke arah lain selain rekan tim dan layar komputer.
Mungkin kalian berpikir bahwa peraturan ini benar-benar absurd karena wajar jika pemain menengok ke sebelahnya. Lagipula, yang ditengok adalah layar milik rekan setim, bukan musuh.
Peraturan ini tentu dibuat bukan tanpa alasan. Pasalnya, peraturan ini dibuat agar pemain tidak bisa mencuri kesempatan untuk melihat layar besar yang ditujukan untuk penonton saat sedang menengok.
Pada 2012, kasus yang dikenal dengan Screen Hack pernah dilakukan oleh salah satu pemain Azubu Frost, yaitu WE WeiXiao ketika menjalani laga playoffs Worlds Championship melawan Team SoloMid. Pada saat itu, salah Wexiao menengok layar besar yang sedang menampilkan mini map.
Tentu saja dari situ dia mendapatkan informasi mengenai posisi lawan dan secara cepat langsung memperingati rekan timnya. Sialnya, Azubu Frost menang pada pertandingan tersebut. Namun, kejadian tersebut pun tidak luput dari pandangan pihak penyelenggara. Riot Games langsung memberikan denda kepada Azubu Frost sebesar 30 ribu dolar.
4. “Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga”
Kekompakkan dan kebersamaan memang hal yang penting untuk mendapatkan kemenangan. Tapi, apa jadinya jika kebersamaan tersebut dirusak oleh satu orang? Pahit kan? Apalagi hanya karena salah satu rekan tim kalian menggunakan cheat dan kalian juga ikut kena imbasnya.
Seperti yang dialami oleh Nikhil “Forsaken” Kumawat ketika bertanding pada laga Extremelands Zowie 2018. Dia kepergok mengaktifkan cheat di tengah jalannya permainan. Konyolnya, ketika disambangi oleh pihak panitia, pemain asal India ini berusaha untuk menghapus jejak cheat yang digunakannya. Tapi usaha tersebut berhasil digagalkan oleh panitia.
Alhasil, Forsaken dan rekan timnya harus pulang kampung saat itu juga. Pertanyaannya, kenapa seluruh pemainnya ikut pulang? Kenapa tidak Forsaken saja yang diganti? Ibarat ungkapan “nila setitik, rusak susu sebelanga” di atas, jika satu kena, semua pun jadi kena.
5. Fatwa Haram Hero OP
Terakhir, ada peraturan yang cukup absurd di dalam sebuah turnamen, yaitu pelarangan penggunaan karakter dan item game. Meskipun pelarangan itu hanya terhadap item tertentu yang bersifat overpower, namun agak aneh jika kita pikirkan kembali.
Pertama, item tersebut dibuat memang untuk dinikmati oleh para penggunanya. Beberapa alasan pun terasasar kepada uji coba. Item atau pun Hero tersebut masih dalam tahap percobaan, jadi belum dapat disesuaikan dengan meta. Akan tetapi, bukankah hal tersebut aneh? Sudah dirilis, tapi malah dilarang.
Kita ambil contoh Hero Valir di game Mobile Legends. Pada saat fase babak regular MPL Season 4, Valir tidak boleh digunakan setidaknya dua minggu setelah tanggal perilisan. Alasannya satu, yaitu overpower. Padahal jika kita telaah sedikit, Moonton memang selalu menaikkan status Hero tersebut sebagai strategi penjualan Namun, apa urusannya terhadap skena kompetitif?
Kita bisa berdalih ke fase draft pick di mana ada beberapa Hero bisa di-ban. Jika memang dirasa terlalu kuat, sepertinya fase ini bisa digunakan agar Hero tersebut tidak dapat digunakan oleh lawan. Lagipula, semua tergantung pada pemain yang menggunakan Hero tersebut.
Apalagi sekelas tim profesional pastinya memiliki strategi khusus untuk mengantisipasi Valir. Tapi, penyelenggara tetap melarang Hero tersebut agar tidak ada pihak yang dirugikan. Kalau pun beralasan masih masa percobaan, mengapa di rilis? Hanya Moonton dan tuhan yang tahu jawabannya.
***
Bagaimana pendapat kalian tentang lima peraturan turnamen esports paling absurd ini? Apakah kalian pernah menemukan peraturan yang lebih absurd? Jangan sungkan untuk share pengalaman kalian di kolom komentar, ya. Ikuti terus KINCIR untuk mendapatkan kabar terbaru dan informasi menarik seputar esports!
[T1]Ini di turnamen apa? Harus ada contoh turnamennya