Bagi seorang pemain esports seperti Azam atau yang lebih dikenal sebagai Nafari, jam terbang dan pengalaman jadi kunci utama sebuah perjuangan. Dia merasa beruntung pernah sempat main bersama RitteR, legenda Dota Indonesia dari tim XCN yang pernah menyabet gelar tertinggi kompetisi Internasional DotA di tahun 2000-an. Meski beberapa rekan satu timnya di era tersebut sudah banyak yang "menggantung mouse" Azam masih terus bermain dan memperkuat banyak tim besar dalam negeri hingga sekarang.
Nafari bukan nama asing kalau lo sudah mengikuti skena kompetitif Dota 2 sejak lama. Dia pernah jadi skuat emas tim RRQ yang saat itu benar-benar serasa "raja dari segala raja" di skena kompetitif Dota 2 tanah air. Pemain yang kini berjuang bersama tim The Prime ini sudah merasakan skena kompetitif Dota sebelum Dota 2 lahir. Dia sudah merasakan ratusan kali patch dan merasakan banyaknya perubahan meta. Meski begitu, mantan midlaner terbaik Indonesia yang kini berganti menjadi seorang offlaner ini mengaku kalau Dota selalu jadi game favoritnya.
Meski beberapa teman satu timnya banyak yang sudah pensiun, seperti Koala yang kini memutuskan untuk menjadi coach untuk tim RRQ, Nafari tetap main dan berusaha jadi yang terbaik di medan pertempuran. Ia selalu berusaha menyesuaikan diri dan membentuk permainan terbaiknya. Bermain dengan banyak individu membuat dia percaya kalau skena kompetitif Dota 2 Tanah Air dipenuhi oleh banyak pemain kuat. Dunia esports Indonesia sudah berkembang dan dia bersyukur kalau kini banyak tim dan pemain yang sudah mapan di dunia esports.
Saat ditanya pemain favoritnya, Nafari menuturkan kalau dia ingin membentuk tim All-Star Indonesia, dia ingin bisa bermain dengan Azura, Dreamocel, SaintDeLucaz, dan Vlaicu. Setidaknya, jika dia harus memilih orang lain selain anggota timnya. Dia percaya kalau skuat The Prime kini jadi tim terbaik Dota 2 dalam negeri. Di ajang Indonesia Esports Premiere League (IESPL) bertajuk Tokopedia Battle of Friday, dia yakin kalau skuat The Prime mampu meraih hasil maksimal dan tampil juara di akhir musim nanti.
Hasil imbang kemarin masih penyesuaian aja, lah. Kita baru terbentuk dan wajar buat formasi yang memang belum lama main bareng di kompetitif.
Di beberapa hasil pertandingan, The Prime masih banyak mendapatkan hasil imbang, seperti di pertemuan terakhir dengan RRQ di Matchday 11 Tokopedia Battle of Friday kemarin. Nafari sendiri menyayangkan karena dia percaya kalau The Prime sebenarnya bisa menang dan meraih tiga poin. Meski begitu, skuat The Prime masih tampil meyakinkan dengan meraih urutan ketiga dan belum pernah kalah dari tim lain. Azam membuktikan kecintaannya pada Dota 2 dengan terus bermain meski berganti tim dan menyesuaikan diri terus menerus.