(Dota 2) SumaiL: Bocah Ajaib dengan Ambisi Besar

Sayed Hassan atau yang lebih akrab dipanggil Sumail bisa dibilang jadi salah satu terbaik pemain profesional Dota 2 yang telah melalui banyak hal. Di usianya yang begitu muda, dia telah meraih banyak prestasi di berbagai kancah internasional. Bahkan saat ini namanya bisa disejajarkan dengan para pemain profesional kawakan yang lebih senior.

Akan tetapi, perjalanan yang harus dia tempuh tidaklah mudah. Banyaknya rintangan jadi “tembok besar” yang menghalanginya untuk meraih cita-citanya sebagai pemain profesional.

Berikut rangkuman KINCIR mengenai perjalanan Sumail dari awal hingga menjadi seorang megabintang di skena kompetitif Dota 2.

 

1. Kondisi Ekonomi Jadi Kendala

Saat masih kecil, Sumail berada di dalam kondisi keluarga yang bisa dibilang pas-pasan. Bahkan, dia tidak sempat mengenyam bangku pendidikan formal layaknya anak lain seusianya. Dalam keterbatasan tersebut, jiwa mudanya hanya fokus pada satu hal, yaitu Dota.

Sumail diperkenalkan dengan game besutan Valve tersebut di usia delapan tahun oleh sang sepupu, yaitu Daniyal Zaidi. Sejak saat itu, ia merasa tertaik dan terus ingin bermain Dota. Hampir setiap hari, dia dan sepupunya bermain hingga berjam-jam lamanya.

Rintangan lain yang harus dia hadapi adalah kurangnya fasilitas gaming zone di Pakistan pada saat itu. Terpaksa dia pun harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke satu-satunya warnet yang tersedia di daerahnya. Suatu waktu, dia kehabisan uang dan terpaksa harus menjual sepedahnya agar dapat melunaskan hasratnya bermain Dota.

2. From Zero to Hero

Via Istimewa

Berkat kerja keras sang ayah, yaitu Sayed Tatbeer Mumtaz, Sumail dan keluarga pindah ke Rosemont, Ilinois, Chicago. Dari sini, Sumail mulai memiliki ambisi untuk menjadi seorang pemain profesional. Mengikuti jejak Yawar yang lebih dulu masuk ke skena kompetitif Dota sejak 2011.

2012 menjadi awal Sumail menjajal dunia persilatan Dota, ia pun mulai mengikuti berbagai turnamen hingga namanya mulai melonjak naik di komunitas Amerika Utara. Hingga akhirnya pada 2015 Evil Geniuses mulai tertarik dengan kepiawaian Sumail bermain Dota.

Bulan Januari, Sumail menjalani debut awalnya menjadi seorang roster tim profesional di MDL Dota 2 League Season 5. Dengan penampilannya yang kurang gemilang, Sumail mendapat kritik pedas. Apakah ia pantas bersanding di bawah nama besar EG? apalagi melihat banyaknya talenta lokal yang dianggap lebih mumpuni.

Sebulan kemudian, Sumail menutup kritik tersebut dengan membawa pulang piala Dota Asia Championship 2015. Namanya pun mulai diagung-agungkan sebagai “anak ajaib” sejak saat itu.

 

3. Jadi Salah Satu Remaja Terkaya di Dunia

Via Istimewa

Beranjak dari anak polos penuh kekurangan, menempa Sumail memiliki ambisi kuat untuk menjadi pemain profesional. Mimpi ini pun akhirnya terwujud dan mampu memperbaiki keadaan pribadi mau pun keluarga.

Kejuaraan kelas atas pun mampu ia raih bersama dengan timnya, yaitu EG. Hal itu pun terus berlanjut hingga akhirnya Sumail sampai pada turnamen terbesar dari game Dota 2, yaitu The International. Pada saat itu, dia masih berusia 15 tahun. Keikutsertaannya, pun membuat Sumail menjadi pemain termuda yang pernah masuk ke ajang TI.

Setelah perjalanan yang melelahkan, sampailah EG pada laga final melawan tim underdog, CDEC. Sempat tersungkur di game awal, Sumail mampu bangkit di game-game selanjutnya. Dengan Hero Storm Spirit, SumaiL tampil gemilang dan mampu memenangkan laga final terebut.

EG pun berhak membawa pulang hadiah sebesar 6 juta dolar Amerika. Selain meraih gelar juara, Sumail pun menjadi pemain termuda paling kaya di 2015. Jika ditotal, pendapatannya selama 2015 menyentuh angka lebih dari 1 juta dolar Amerika.

4. Loyalitas Tanpa Batas Bersama EG

Via Istimewa

Bagi Sumail dan EG, tahun 2015 merupakan masa kejayaan. Tapi tidak untuk tahun-tahun selanjutnya. Pasca TI5, performa EG semakin menurun. Hal ini pun diikuti dengan kalah beruntun pada kejuaraan Major di tahun 2016. Bahkan di tahun yang sama, pencapaian tertinggi EG hanya mampu sampai pada juara tiga di The Frankfurt Major.

Menurunnya kualitas tim membuat manajemen membuat keputusan untuk menggonta-ganti roster. Dari masuknya Fly dan S4 ke dalam tim, perekrutan Zai, hingga didepaknya Misery dan Fear dari lini pemain. Tapi tidak dengan SumaiL.

Dia tetap berada di dalam daftar jajaran roster hingga saat ini. Kesetiaan dari Sumail yang dibalut dengan kepercayaan manajemen EG membuatnya tak tergantikan. Terhitung sejak 2015, dia menjadi pemain veteran di EG di usianya yang baru menginjak kepala dua.

 

5. Cetak Rekor Pemain Paling "Sadis"

Via Istimewa

Selain terkenal arogan, SumaiL juga lekat dengan sebutan temperamen jika di dalam pertandingan. Hal ini pun yang membuatnya menjadi pemain yang ikonik di EG. Di dalam tubuhnya yang kecil, tersimpan ambisi yang begitu besar.

Sebagai midlaner, SumaiL menjadi ujung tombak tim ketika bertanding. Tidak khayal jika ia sering kali menjadi MVP dengan raihan kill yang tidak sedikit. Bahkan, di The International 2019, ia menjadi pemain pertama yang menyentuh angka 1000 kill sepanjang gelaran The International.

A milestone that deserves a fancy banner. Congrats again to @SumaaaaiL who is the first person to 1000 kills at The International! pic.twitter.com/2OHbmdW5ja

— Evil Geniuses (@EvilGeniuses) August 17, 2019

Julukan “King” Sumail memang pantas disematkan pada dirinya. Jika sudah berada di jalur tengah, tidak ada yang bisa menghentikan kuasanya. Apalagi jika sudah menggunakan Hero andalannya, yaitu Storm Spirit.

***

 

Bagaimana pendapat kalian tentang sejarah singkat seorang Sumail? Apa kalian punya saran pemain lain untuk dibahas? Silakan komentar di bawah, ya! Jangan lupa juga untuk terus kunjungi website KINCIR untuk berita terbaru seputar esports dan game lain. 

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.