Indonesia boleh bangga karena memiliki atlet esports yang bisa membawa nama harum Tanah Air hingga ke kancah internasional. Dari ranah Mobile Legends, kita punya para punggawa EVOS Esports yang berhasil menjadi juara dunia di M1 World Championship. Di Dota 2, ada nama Xepher dan Whitemon yang berhasil tembus ke ajang Major putaran DPC 2019—2020.
Tidak kalah dengan yang lain, dari game CS:GO, Hansel Ferdinand atau yang dikenal dengan nickname BnTeT, jadi satu-satunya atlet esports dari Indonesia yang berhasil mengibarkan sayap hingga ke Amerika Serikat. Tentunya, perjalanannya menuju titik ini tidaklah mudah karena dia harus melewati banyak rintangan hingga berhasil mencapai apa yang dia raih saat ini.
Kali ini, KINCIR akan membahas profil singkat dari Hansel “BnTeT” Ferdinand dari masa kecilnya hingga menjadi seorang atlet esports internasional. Mau tahu bagaimana perjalanannya? Simak artikel berikut.
Hanya CS:GO bagi BnTeT
Bisa dibilang,cinta pertama BnTeT terhadap dunia game adalah saat bermain Counter-Strike 1.6. Pada saat itu, BnTet masih mengenyam pendidikan sekolah dasar. Lucunya, karena terlalu malas berangkat sendiri ke warnet, maka dari itu dia mengajak sang kakak untuk bermain bersama.
Berawal dari sini, BnTeT mulai menyukai game besutan Valve tersebut. Apalagi, pada saat itu dirinya tidak hanya berdua dengan sang kakak. Mereka berdua mulai menemukan teman in-game dan rajin mabar sepulang sekolah.
Dari sini, dirinya mulai giat menggeluti game CS:GO hampir setiap hari. Bukan tanpa halangan, dari pihak orang tua pun beberapa kali memberikan teguran agar tidak terlalu terlena ke dalam dunia game. Akan tetapi, dirinya mampu membuktikan bahwa meskipun rajin main game, tapi dunia pendidikan juga tidak ditinggalkan.
Dari penturannya, dia merupakan orang yang sangat bisa mengatur waktu. Terlebih, didikan disiplin dari orang tua membentuknya menjadi personal yang sangat bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Jadi, akhirnya BnTeT diperbolehkan untuk tetap bermain game. Dengan catatan, prestasi di sekolah tidak boleh menurun.
“Dulu jaman sekolah, saya suka main CS:GO sama koko (panggilan untuk kakak) saya. Waktu itu, pertama kali main game ini ternyata seru, habis dari situ saya sering main berdua sama koko saya pas pulang sekolah. Tapi orang tua akhirnya tahu dan wanti-wanti jangan sampai kebablasan. Tapi saya buktiin bisa dapat ranking di sekolah. Akhirnya tetap boleh main”
Sejak kecil, BnTeT sudah memiliki rasa tanggung jawab serta disiplin yang tinggi. Tidak heran jika dirinya sekarang mampu menjadi atlet CS:GO internasional.
Jiwa Kompetitif Jadi Jalan Hidup
Ketika bermain CS:GO, BnTeT mengaku rasa jiwa kompetitifnya bisa disalurkan di game ini. Soalnya, sejak kecil dirinya sangat tidak suka kalah apalagi di dalam pertandingan. Jika ada pemain lain yang bisa mengalahkannya, dirinya akan terus berlatih agar besok hari bisa mengalahkan orang tersebut.
“Sampai sekarang, sifat yang enggak berubah dari saya selain disiplin dan tanggung jawab adalah enggak suka kalah. Soalnya, kalau kalah saya pasti kepikiran semalam suntuk. Jadi, kalau hari itu saya kalah, saya selalu belajar untuk improve kemampuan saya. Kalau nanti bertemu orang itu lagi, saya kalahkan lagi”
Jiwa saing yang tinggi akhirnya membawa dirinya ke tingkat yang lebih jauh dari sekedar penyuka game CS:GO. Sekarang Hansel “BnTeT” Ferdinand telah dikenal sebagai atlet internasional yang membela tim asal Amerika Utara, yaitu Gen.G,
Pada saat diwawancara BnTeT juga menambahkan bahwa ketika sudah menjadi atlet profesional. Dirinya tetap belajar untuk memperbaiki kesalahan dengan menonton replay hasil pertandingannya. Bahkan tidak hanya dari turnamen. Selepas main di publik pun hal ini tetap dia lakukan. Tujuannya adalah agar terus berkembang dan bisa menjadi pemain terbaik di dunia.
“Setelah terjun jadi pemain profesional, saya terus mengembangkan kemampuan saya. Caranya juga masih sama kayak dulu. Sering-sering nonton replay trus juga banyak belajar dari nonton video pemain pro yang lain di Youtube”
Dirinya juga menambahkan bahwa ketika menjadi seorang atlet profesional. Harus tetap belajar agar tidak tergeser dengan pemain baru yang lebih muda. Soalnya, skena kompetitif CS:GO di Amerika Utara cukup keras. Karena di sana game bergenre FPS ini begitu berkembang pesat dan banyak memiliki penggemar.
Berhasil Keluar dari “Zona Nyaman”
Berawal dari hobi, akhirnya timbul hasrat untuk menjadi atlet profesional. Semuanya telah direncakan olehnya dari awal. Dirinya merasa bahwa game CS:GO telah menjadi passion dan akan terus fokus untuk menggeluti game ini.
Pada tahun 2016, dirinya akhirnya mencicipi skena kompetitif profesional di bawah bendera NXL. Pada saat itu, BnTeT membela NXL bersama dengan Agung “Sys” Frianto, Bagas “Banteng” Gunadi, Agil “Roseau” Baskoro, dan Albert “FrostMisty” Giovanni.
Setelah lima bulan berselang, Recca Esports pun menjadi pelabuhan selanjutnya untuk BnTeT. Perpindahan ini pun diikuti oleh Sys, Roseau, dan FrostMisty yang kemudian ditambah dengan hadirnya Xccurate.
Di masa itu, skena esports CS:GO di Indonesia bisa dibilang berkembang. Karena bersama dengan Recca Esports, dirinya sering mengikuti turnamen lokal dan beberapa kali menjadi juara. Bahkan mereka juga berkesempatan untuk mencicipi ajang ESEA Season 24 regional Asia-Pasifik.
Akan tetapi, lama-kelamaan industri esports untuk game CS:GO di Tanah Air semakin menurun dan tertutup oleh sinar game mobile seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, dan Free Fire. Melihat indurstri yang kian lama kian tidak jelas ini, akhirnya cowok yang baru menginjak umur 24 tahun ini direkrut oleh tim asal Tiongkok, yaitu Tyloo.
Ternyata, bermain di luar negeri membuat dirinya semakin terbuka terhadap perubahan. Dari gameplay hingga penguasaan permainan pun harus dia perbaiki agar dapat bersaing. Soalnya di sana tingkat kesulitannya lebih tinggi dari pada Indonesia yang menurutnya sudah berkurang peminatnya.
“Ketika pindah ke Tyloo banyak banget hal yang berubah. Paling sulit itu adalah saya harus menyesuaikan kembali gaya permainan yang saya pahami di Indonesia kemudian diubah mengikuti skena di Tiongkok. Akan tetapi, balik lagi karena saya orangnya enggak mau kalah, ya saya terus kembangin skill”
Terus Belajar dari Idola Jadi Kunci Sukses
Dalam proes perkembangannya, BnTeT tidak sendiri. Dirinya dibantu oleh sang Idola yaitu GeT_RiGhT. Meskipun hanya lewat video di YouTube, dirinya merasa sangat terbantu oleh idolanya tersebut agar menjadi seorang rifler yang baik.
Untuk masalah gameplay, BnTeT tahu betul di mana letak kekurangan terbesarnya. Kendala ini pun akhirnya dapat diatasi dengan belajar dari sang Idola. Menurutnya, GeT_RiGhT memiliki cara bermain yang teratur serta sangat efektif.
“Idola saya itu GeT_RiGhT. Kalau saya mau belajar, saya lihat-lihat videonya di Youtube. Karena dia itu punya gaya permainan yang mirip sama saya, jadi belajar dari GeT_RiGhT menurut saya metode yang sangat tepat untuk mengembangkan skill. Apalagi posisinya juga sama, yaitu rifler.”
BnTeT juga menambahkan bahwa kalau ingin menjadi atlet profesional yang baik, memang harus banyak belajar dari orang lain. Pastinya, kalian harus ketahui kekurangan diri sendiri dalam permainan dan mencari metode yang tepat untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
Mencari Ilmu Hingga ke Negeri Paman Sam
Perjalanan panjang BnTeT di skena kompetitif CS:GO dan segala proses perkembangan yang telah dilalui akhirnya membawa dirinya ke jagat esports yang lebih besar lagi. Setelah berkecimpung di regional Tiongkok, BnTeT mendapatkan kesempatan untuk bermain di tim Gen.G.
Dari penuturannya, kesempatan ini didapat berkat seringnya sparing antartim profesional yang sering mereka adakan. Dari situ, bakatnya dilirik oleh tim Gen.G dan direkrut untuk menggantikan posisi Hunter “SicK” Mims. Kesempatan ini pun diambil oleh BnTeT tanpa pikir panjang. Menurutnya, ini merupakan peluang besar baginya untuk berkembang lebih jauh lagi
“Waktu itu, kan tim pro sering mengadakan sparring. Dari situ mereka tertarik sama bakat saya dan akhirnya di ajak lewat DM Twitter. Enggak lama dari ajakan itu, langsung saya ambil tawarannya. Karena menurut saya ini kesempatan besar agar saya lebih hebat lagi di CS:GO”
Sekarang, BnTeT merupakan Riffler utama di tim Gen.G. Meskipun sudah jauh merantau hingga ke Amerika Utara, akan tetapi dirinya tetap merasa bahwa harus terus belajar. Oleh sebab itu, kesempatan ini diambil olehnya agar dapat merasakan skena kompetitif di regional yang berbeda.
Menurutnya, skena kompetitif CS:GO sangat berkembang di sana. Apalagi melihat banyaknya tim raksasa yang berasal dari sini, contohnya Liquid dan Cloud9. Menurutnya dari sini dirinya akan banyak mendapatkan pelajaran berharga.
“Di Amerika Utara ini punya tim-tim unggulan, pemainnya juga bukan kelas rendah. Tiap pemain di sini punya skill yang hebat. Jadi saya punya peluang besar untuk terus belajar di sini”
Terhitung, sejak januari 2020, dirinya telah merasakan bertanding di dua ajang Major yaitu Dreamhack Open Leipzig dan Intel Extreme Master Season XIV. Meski belum mendapatkan gelar juara, perjalanan seorang BnTeT masih panjang. Masih banyak gelar yang bisa dirinya raih di masa yang akan datang.
***
Tadi adalah profil singkat seorang BnTeT yang berawal dari murid sekolah dasar yang menggemari game CS:GO berkembang menjadi seorang atlet profesional. Perjalanan yang dilaluinya pun tidak mudah. Butuh waktu tahunan untuk bisa menjadi seperti sekarang. Segala prestasi yang telah diraih jadi bukti bahwa seorang BnTeT memiliki kapasitas besar di skena kompetitif CS:GO.
Berkat kualitasnya, BnTeT dipercaya menjadi rifler andalan tim Gen.G. Baginya, semua perjalanan ini merupakan kesempatan besar untuk terus belajar agar menjadi yang terbaik. Sebab, jika saja BnTeT tidak berani ambil keputusan untuk merantau ke luar negeri mungkin dirinya akan ikut tenggelam di ranah esports Indonesia.
Bagaimana pendapat kalian tentang kisah BnTeT merantau hingga ke Amerika Utara? Tuangkan pendapat kalian di kolom komentar, ya. Ikuti terus KINCIR untuk kabar terbaru dari dunia esports serta profil pro player lainnya!