Menjadi atlet esports bukanlah perkara mudah. Selain diwajibkan memiliki kemampuan di atas rata-rata, mereka juga dituntut untuk memiliki mental yang matang. Sebab, jika kita bicara soal tensi di dalam pertandingan, pemain dengan mental kuat akan mampu bersikap.
Nah, sebaliknya, justru masih banyak juga pemain dengan kemampuan individu di atas rata-rata, tapi kurang memiliki sikap yang baik. Maka dari itu lah muncul istilah “bad manner” (BM) atau toxic. Istilah ini ditujukan kepada pemain yang tidak mampu menjaga sportivitas maupun kelakuan baik di dalam pertandingan.
Di tengah tensi pertandingan, segalanya bisa terjadi termasuk mengejek satu sama lain. Tentu saja, hal tidak terpuji ini bukan untuk dicontoh. Akan tetapi, beberapa pemain masih ada yang menggunakan taktik ini untuk menjatuhkan mental musuh.
Mau tau siapa saja atlet tersebut? KINCIR telah merangkum sejumlah atlet esports dengan kelakuan buruk di dalam turnamen. Yuk simak!
1. Danil “Dendi” Ishutin – Dota 2
Pemain paling ikonik di Dota 2 ini memang kerap kali menunjukkan aksi kocaknya ketika di atas panggung. Tapi, ada satu kejadian kelakuan buruk darinya. Meskipun terbilang konyol tapi aksi ini termasuk ke dalam kategori BM.
Pada saat gelaran The International 2013, Dendi dan Puppey terpilih untuk menjalani laga Fun Match bersama dengan beberapa pemain profeisonal lain. Kebetulan, mereka berdua yang merupakan pemain dari Na’Vi harus beda kubu.
Dendi yang menggunakan Hero Pudge, berhasil membunuh Puppey. Seketika, Dendi keluar ruangan dan menari ala Gangnam Style tepat di depan Puppey. Kejadian ini pun menjadi aksi yang paling diingat dari gelaran The International.
Meski niatnya hanya bercanda, ada sisi buruk yang bisa kalian pelajari. Meskipun Dendi dan Puppey sahabat karib, kalian jelas tidak boleh mencontoh sikap Dendi saat pertandingan esports resmi.
2. Yiliang ‘’Doublelift” Peng – League of Legends
Di skena kompetitif game League of Legends, ada satu nama yang cukup diingat berkat aksi-aksi buruknya. Meskipun memiliki kemampuan yang sangat apik, Doublelift justru dikenal sebagai raja “trash talk”.
Julukan tersebut pun bukan tanpa sebab, cowok berkebangsaan tiongkok ini memang kerap kali mengejek musuhnya. Sebut saja pada gelaran Shanghai All Star 2013.
Ketika sesi wawancara, Doublelift ditanya oleh sang pemandu acara. Pertanyannya cukup sederhana, yaitu “Bagaimana perasaan kalian bisa sampai di sini dan apa yang kalian ingin ungkapkan?”. Selain itu, dengan santainya Doublelift menunjukkan tulisan di bajunya dan mengucapkan “everyone else is trash”.
Selain melanggar maksim, Doublelift juga menlanggar etika kesopanan. Akan tetapi pihak penyelenggara tidak berbuat apa-apa kepadanya, bahkan penonton pun menganggap bahwa hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh Doublelift.
3. Prof Pro Versus Rolex – Super Smash Bros.
Siapa bilang game fighting tidak seru? Aksi dua pemain saling adu pukul di dalam game memang kadang cukup membosankan. Namun, tidak dengan pertandingan sengit antara Prof Pro dengan Rolex.
Pada laga Super Smash Bros. Clash Tournament 3, keduanya bertemu untuk memperebutkan hadiah sebesar 100 dolar Amerika. Dengan angka yang begitu besar, masing-masing membawa ambisi yang besar.
Dari enam ronde yang dijalani. Aksi BM terjadi ketat di dua ronde pertama. Tentu saja, aksi sang Prof Pro yang jadi pembuka “petarungan” mental tersebut. Di tengah penonton yang memadati venue, keduanya bermain dengan tenang di awal, hingga teciptalah taunting yang dilakukan Prof Pro di ronde pertama.
Merasa tidak terima, Rolex pun berhasil memenangkan ronde kedua. Tentu saja, kemenangan tidak dirayakan dengan senyum saja. Ada aksi joget yang berisfat mencemooh Prof Pro.
Tidak sampai di situ, penonton yang ikut terbawa suasana pun membuat situasi semakin panas. Namun, pada akhirnya pertandingan kembali berjalan normal hingga akhirnya Prof Pro lah yang memenangkan laga tersebut.
4. Jesper “Zven” Svenningsen – League of Legends
Isu body shaming memang jadi perkara yang tak kunjung usai hingga saat ini. Melecehkan seseorag lewan kondisi fisik memang tidak bisa diampuni. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Zven kepada Nicolaj “Jensen” pada saat laga League of Legends Champion Series 2017.
Di laga final, Zven yang membela bendera Team Solo Mid (TSM) bertemu dengan juara bertahan, Team Liquid. Sebelum pertandingan, sebagai simbolis mulainya laga final kedua kapten maju ke depan panggung dan bersalaman. Ketika hendak maju, Zven melakukan aksi body shaming kepada Jensen yang memang bertubuh pendek.
Aksi ini pun memancing gelak tawa bagi para penonton. Meski begitu, Jensen yang tenang menanggapi bahwa hal tersebut merupakan lelucon belaka. Namun, di satu sisi aksi tersebut jelas mencoreng sportivitas. Tidak ada yang lucu dari menghina kondisi fisik seseorang!
Lucunya, Zven pun kena karma di laga ini. Alih-alih open map, ternyata persembunyiannya diketahui oleh pemain Liquid dan seketika dia pun dibantai. Selanjutnya, satu per satu pemain TSM pun dibunuh dan akhirnya Liquid mampu mempertahankan gelar juara tiga kali berturut-turut.
5. Adam “KiLLa” Sloss – Call of Duty
Pemain dengan perilaku toxic mungkin sudah biasa kita temui di dalam game. Kebiasaan berbicara kasar dan mengintimidasi lawan lewat kata-kata jadi cara paling ampuh untuk menjatuhkan mental. Seperti yang dilakukan oleh KiLLa pada laga UMG Atlanta 2013.
Di laga final, KiLLa bertemu dengan mantan timnya yaitu Team Envy. KiLLa seperti menyimpan dendam kepada mantan timnya tersebut dan rajin menghina sejak pertandingan dimulai. Dengan nada yang tinggi, KiLLa aktif melontarkan kata-kata kasar kepada tim Envy hingga akhirnya mereka pun kalah.
Tidak hanya kepada pemain Envy, penonton yang menghadiri laga tersebut sekaligus pendukung Envy juga kena ‘semprot’ KiLLa dan rekan-rekannya.
Di satu sisi, mereka memang memiliki kemampuan yang hebat dalam bermain game Call of Duty. Namun, tidak bisa dimungkiri sifat toxic yang dimiliki tim ini sangat tidak mencerminkan panutan yang baik.
***
Lima kejadian di atas merupakan contoh buruk dari pemain yang BM di pertandingan esports. Tak acuh terhadap sportifitas merupakan nilai minus besar bagi para pemain tersebut.
Jika nanti kalian jadi atlet profesional, kalian harus ingat-ingat lima kejadian ini agar jadi pembelajaran. Balik lagi, kebutuhan mental juga sangat dibutuhkan selain skill. Dengan menjadi pemain yang menjunjung tinggi sportifitas kalian memang patut jadi panutan.
Bagaimana pendapat kalian tentang lima pemain esports dengan bad manner? Apakah kalian pernah melakukannya? Sebaiknya tidak, ya! Kalau begitu, kalian harus pantau terus KINCIR untuk berita terbaru seputar esports.