Semua hasil yang dicapai sebuah tim di pertandingan tak ada artinya tanpa peran penggemar. Sosok pendukung di belakang layar ini jadi motivasi penting bagi mereka untuk terus berprestasi. Tak heran, saat sebuah tim angkat piala, ucapan terima kasih pasti dilayangkan untuk para pendukung mereka.
Dukungan fans bak booster untuk tim. Di sisi lain, beda tim yang didukung kerap menuai konflik. Memang sih, membela tim andalan punya keseruannya tersendiri, namun bukan berarti kita punya hak buat menghujat tim lawan.
Bagi para penggemar esports, ada dua jenis penggemar yang kerap meramaikan sebuah turnamen; baik offline maupun online. Ada yang punya pola pikir dewasa dan ada pula yang tidak. Masyarakat menjulukinya sebagai ‘bocil’.
Julukan ini bukan soal umur, tapi kelakuan dan pola pikir mereka yang kelewat tak bijak. Dari aksi provokasi untuk menjatuhkan mental pemain di luar maupun di dalam pertandingan, sampai bahkan parahnya menyerang si pemain secara personal.
Dalam KINCIR Breakdown, RenV dari Geek Fam mengatakan sudah kebas dengan hujatan orang-orang yang katanya pencinta esports. Dirinya lebih sering melihat komentar negatif ketimbang saran yang membangun. Alhasil, peran para suporter ini jadi dua bilah mata pisau.
“Jarang saya lihat media sosial kalau habis tanding, soalnya sudah tahu isinya pasti ngehina dan hanya bikin mental down,” keluh RenV.
Bayangkan ketika kamu telah babak belur dihajar lawan, harus pulang diiringi berbagai cercaan. Harusnya, sesuai dengan namanya, peran suporter itu mendukung. Sebab, bukan kritik namanya, kalau ia tidak membangun.
Yunrino atau yang akrab disapa Koh Yur atau Donkey punya pendapat sama. Menurutnya, penonton esports Indonesia kadang terlalu ribet. Dalam sesi wawancara bersama tim MPL, Koh Yur mengimbau agar para penonton sebaiknya menikmati saja fluktuasi yang ada dalam esports Indonesia.
“Sekarang scene Mobile Legends sudah besar, nikmatin saja pokoknya dan jangan saling hujat, lah,” ucap Donkey.
Mantan penggawa EVOS Legends ini mengakui kalau netizen Indonesia terutama di esports memang terlalu keras. Pertandingan besar kerap diwarnai aksi hina-hinaan serta provokatif. Tak jarang, isu keagamaan jadi diangkat. Ini yang bikin citra komunitas esports Indonesia jadi tercoreng.
Memang supporter berhak memilih tim mana yang mereka dukung. Namun, sebagai para penikmat esports Indonesia secara luas, ada baiknya kita jadi semangat dan dukungan positif untuk mereka yang telah berjuang. Sebab, akan ada masanya ketika tim yang mungkin bersitegang, akan berada di bawah bendera yang sama; membela Indonesia di kancah dunia.