Banyaknya pemain esports cewek yang bermunculan membuktikan bahwa maskulinitas di esports kini mulai pudar. Tak hanya eksis, para kaum hawa juga membuktikan diri dengan sederet prestasi membanggakan. SFI Queen pun menjadi contoh terkini bahwa cewek juga bisa berprestasi di dunia esports.
Sekadar informasi, SFI Queen merupakan tim Mobile Legends yang beranggotakan enam cewek. Mereka belum lama ini berhasil meraih gelar juara di turnamen Female Esports League (FSL) Indonesia Qualifier 2019. Kemenangan tersebut membuat mereka berhak mewakili Indonesia di ajang FSL Elite 2019 yang diadakan di Singapura pada 7—8 Juni 2019.
Nah, belum lama ini, tim KINCIR berkesempatan mewawancarai keenam anggota SFI Queen. Biar enggak penasaran, yuk simak curhatan mereka sebagai cewek yang terjun ke dunia esports!
Violetta “CarameL” Aurelia (All-Rounder)
Crestisa “Pucci” (Tank)
Leticia “Lamia” (Tank/Support)
Melisa “lele” (Fighter/Assassin)
Silvia “sysyll” Asyhari (Makrsman)
Vanessa “Pixie” Nicola
Termotivasi Mengalahkan Cowok
Sebagai seorang gamer, para anggota SFI Queen memang sudah punya hobi bermain game sejak kecil. Namun, hal yang mereka lihat dari dunia game, khususnya esports, memang tidak jauh dari kaum adam. Hal ini pun membuat cewek seringkali dipandang sebelah mata dalam urusan bermain game.
Nah, dunia esports yang didominasi para cowok pun jadi alasan mereka berkecimpung. Mereka merasa termotivasi untuk membuktikan bahwa cewek juga bisa lebih jago dari cowok dalam urusan bermain game.
“Pertama main Mobile Legends dari dua tahun yang lalu dari awal rilis, pertama cuma main-main biasa aja. Terus coba untuk push rank, ternyata seru juga. Ngelihat banyak cowo yang jadi pro player jadi termotivasi kalo cowok bisa, kenapa cewek enggak bisa?” ungkap CarameL selaku leader SFI Queen.
Direkomendasi dari SFI Critical
View this post on Instagram
A post shared by SFI Esports (@sfiesportsteam) on
Dengan kemampuan yang mereka punya, enggak heran jika mereka mendapat tawaran untuk memperkuat suatu tim esports. Ternyata, mereka pun saat ini bisa berada di bawah naungan SFI berkat rekomendasi dari SFI Critical yang merupakan tim cowok.
Menurut CarameL, awalnya dia bersama Lamia dan Sisil berada di skuat NXA Ladies. Melihat kemampuannya, para pemain SFI Critical pun merekomendasikan ketiga cewek ini untuk masuk ke dalam tim cewek SFI. Barulah ketiga pemain lainnya bergabung, termasuk Pucci yang sempat membela tim cewek Louvre dan BTR.
“Awalnya aku memang sudah satu tim sama Lamia dan SIsil di NXA Ladies. Barulah Pucci, lele, dan Pixie masuk setelah kami direkomendasikan oleh anak-anak (SFI) Critical,” ungkap CarameL.
Latihan di Malam Hari
Sebagai tim esports profesional, tentu CarameL dan kawan-kawan membutuhkan latihan rutin agar kemampuannya terasah. Namun, metode latihan yang diterapkan SFI kepada para cewek ini agak berbeda.
Enggak seperti tim esports pada umumnya yang selalu menetap di Game House. Keenam cewek ini tetap melakukan kewajibannya untuk kuliah dan bekerja.
“Kami latihan setelah selesai melakukan kegiatan sehari-hari. Kira-kira sekitar pukul 10 malam kami baru mulai latihan. Latihannya juga enggak seminggu penuh karena Sabtu dan Minggu kami libur,” ungkap Lamia.
Bertukar Cerita sebagai Upaya Membangun Chemistry
Layaknya tim yang baru terbentuk, kesulitan mendapat chemistry mereka ungkap saat awal perkenalan. Perbedaan latar belakang dan kondisi emosi terkadang menjadi faktor utama adanya perselisihan di antara mereka.
Namun, di usia SFI Queen yang sudah mencapai satu tahun, kesulitan itu bisa mereka lewati. Menurut CarameL sebagai kapten tim, salah satu cara yang mereka lakukan untuk mempererat ikatan adalah saling bertukar cerita. Menurutnya, cara ini terbukti ampuh membuat mereka jadi kompak seperti sekarang.
“Kadang kami juga teleponan bareng untuk bertukar cerita. Kalau sedang di Jakarta kami juga sering jalan dan kumpul bareng,” ungkap CarameL.
Buktikan Diri dengan Menjadi Wakil Indonesia di FSL Elite
Mempunyai masa depan cerah merupakan harapan setiap orangtua terhadap anaknya. Sayangnya, bermain game sering diidentikkan dengan kegiatan yang membuang waktu. Hal ini pun membuat sebagian dari orangtua melarang anaknya untuk bermain game.
Hal ini pun dirasakan betul oleh para anggota SFI Queen. Pada awalnya, karier mereka di dunia esports tidak mendapat dukungan dari orangtua. Untuk itulah, mereka ingin membuktikan diri kepada orangtua bahwa esports adalah bidang yang menjanjikan dan bisa membawa prestasi.
“(Orangtua) enggak dukung. Akan tetapi, kami buktikan bahwa esports bisa menjadi bidang yang menjanjikan. Kami pun berhasil membuktikan diri dengan menang di ajang FSL dan mewakili Indonesia di ajang FSL Elite. Mereka pun akhirnya mendukung kami,” ungkap CarameL.
Hal yang sama dirasakan oleh Puci. Dia curhat bahwa dia tidak mendapat dukungan dari orangtua. Namun, banyaknya bukti bahwa esports sudah bisa menjadi salah satu pilihan karier membuat Puci pada akhirnya didukung oleh orangtuanya.
“Melihat esports yang sekarang sudah berkembang dan bisa menjadi salah satu pilihan karier menjadi bukti bahwa bermain game adalah hal yang positif,” ungkap Pucci.
***
Nah, bagaimana menurut kalian tentang cerita perjalanan SFI Queen sebagai tim esports cewek yang berprestasi? Memang terlalu dini untuk bilang bahwa sudah ada keseimbangan antara cowok dan cewek di dunia esports. Namun, upaya mereka untuk terus berjuang patut diapresiasi. Semoga aja mereka bisa membawa pulang trofi FSL Elite, ya!
Jangan lupa untuk terus baca KINCIR agar kalian enggak ketinggalan berita seputar esports dan game.