– Selama tahun 2020 ini, banyak tim esports yang akhirnya memilih untuk bubar jalan.
– Alasannya pun beragam, ada yang bangkrut karena pandemi, ada juga yang akhirnya pasrah karena skena kompetitif tidak berjalan mulus
Tahun 2020 menyimpan banyak cerita bagi industri esports dunia termasuk Indonesia. Kehadiran pandemi serta minimnya turnamen membuat para penggiat esports harus putar otak agar terus bertahan di masa sulit tersebut. Memang banyak tim yang berprestasi dan tetap konsisten meraih gelar juara, tapi ada juga yang akhirnya pasrah dan membubarkan divisinya.
Seperti tujuh tim yang akan dibahas kali ini. Mereka adalah yang kalah dari kondisi sulit di tahun 2020 dan akhirnya memilih untuk gulung tikar. Memang cukup disayangkan, padahal beberapa di antara mereka punya potensi untuk terus berkembang di tahun ini.
Penasaran tim esports mana saja yang bubar selama tahun 2020 ini? langsung simak artikel berikut.
1. Geek Fam – Dota 2
Tim asal Malaysia ini terpaksa mengedarkan berita kalau mereka harus membubarkan divisi Dota 2-nya. Padaha tim ini punya cukup prestasi yang membanggakan, salah satunya adalah lolos ke ajang Major DPC yaitu ESL One Los Angeles 2020 sebelum dibatalkan oleh Valve. Nah, dari pembatalan tersebut timbullah ketidakpastian bagi organisasi Dota 2 di tubuh Geek Fam.
Selain tidak jelasnya masa depan skena kompetitif Dota 2, salah satu alasan yang mendasari pembubaran divisi ini adalah pandemi. Mereka merasa bahwa terlalu beresiko kalau terus mempertahankan tim sedangkan karier mereka tidak jelas arahnya. Oleh sebab itu, mereka mengambil keputusan berat untuk disban tim Dota 2 pada tanggal 4 September 2020.
2. Boom Esports – AoV dan COD: Mobile
Sebagai salah satu tim asal Indonesia yang diperhitungkan dunia, Boom Esports punya segudang prestasi lewat divisi-divisinya. Bahkan mereka sampai melebarkan sayap ke Brasil untuk membentuk divisi CS:GO internasional. Sayangnya, kabar buruk malah datang dari tim inti mereka di divisi AoV dan COD: Mobile.
Padahal, divisi AoV mereka telah menjuarai ASL Season 4 dan punya kesempatan tampil di AoV International Championship 2020 (AIC). Sayangnya, keputusan pembubaran lebih pasti daripada nasib peluang mereka untuk meraih juara di ajang tersebut.
Manajemen pun memakai alasan yang sama untuk pembubaran divisi COD:Mobile. Sejauh ini, turnamen COD: Mobile di Indonesia memang begitu minim, oleh sebab itu mereka tidak ingin mengambil resiko terlalu besar dengan mempertahankan divisinya. Apalagi mereka menjadi penempat dasar klasemen di ajang Major Series Season 2.
3. Reality Rift – Dota 2
Ada tiga faktor yang menjadi alasan atas pembubaran tim berbasis di Singapura ini. Dari cuitan sang CEO, yaitu Ilya Vlasov di Twitter alasan pertama beberapa pemain tidak bisa datang ke GH karena adanya pandemi sehingga mempengaruhi evaluasi selepas latihan. Tentunya, ini menyebabkan harmonisasi pemain yang kian tidak maksimal ketika bertanding di turnamen.
Dua alasan selanjutnya adalah soal sektor bisnis tim yang juga tidak berjalan mulus. Mereka tidak bisa mengumpulkan profit selagi masih ada pandemi yang mempengaruhi pasar mereka. Terakhir, kecewanya manajemen terhadap Valve yang justru membatalkan DPC dan The International tahun ini. Soalnya, mereka merasa bahwa tidak adanya dua ajang bergengsi ini membuat mereka kehilangan arah
4. EVOS Esports – AoV
Siapa sangka tim sekelas EVOS Esports sampai membubarkan salah satu divisinya? Apalagi di divisi AoV. Selama berkarier, padahal tim ini selalu mendominasi turnamen yang mereka ikuti, hal ini terbukti dari perolehan gelar juara di ASL Indonesia empat musim berturut-turut. Tapi takdir berkata lain, mereka terpaksa membubarkan divisi ini meskipun sangat banyak yang menyayangkan.
Minimnya turnamen adalah satu-satunya alasan yang bisa dipakai oleh manajemen EVOS Esports untuk membubarkan divisi ini. Coba kalian lihat setahun belakang, ada berapa banyak turnamen yang mengusung judul game ini dan bandingkan dengan pesaingnya, yaitu Mobile Legends. Secara popularitas, jelas kalah jauh dan sepertinya hal ini membuat EVOS Esports kehilangan arah di skena kompetitif Arena of Valor.
5. Orgless – CS:GO
Dari semua kasus yang dibahas dalam artikel ini, mungkin Orgless adalah yang paling tidak jelas alasannya. Sebelum membubarkan diri mereka adalah peserta dari dari ESL One: Road to Rio 2020. Anehnya lagi, keputusan pembubaran ini dirasa terlalu mendadak karena mereka telah menjalani dua pertandingan di turnamen tersebut.
Melalui akun Twitter ESL Counter-Strike, pihak penyelenggara mengumumkan keluarnya mereka dari turnamen karena disband. Keputusan ini tidak hanya berdampak kepada para pemain, melainkan juga ESL karena mereka tidak bisa menggantikan posisi Orgless dari klasemen sementara dan akhirnya mereka pun harus merombak jadwal di pertandingan sampai ke babak playoffs.
6. 100 Theives – CS:GO
Selagi berjuang di turnamen Intel Extreme Master VX—New York, sang CEO memberikan pengumuman yang cukup mencengangkan. Nadeshot selaku pemilik tim akan membubarkan tim ini pasca perjalanan mereka di turnamen tersebut. Alasannya adalah pandemi COVID-19 yang kian meresahkan. Sang CEO tidak mau ambil resiko terlalu besar di dalam tim 100 Thieves.
Menurutnya, pandemi ini memiliki dampak besar terhadap internal timnya selain itu tidak menutup kemungkinan akan mengganggu skena kompetitif CS:GO. Terbayang tidak jadi punggawa 100 Thieves pada saat menjalani turnamen Intel Extreme Master XV? Betapa sedihnya mereka menjalani turnamen yang sudah dipastikan jadi ajang terakhir mereka di dalam tim ini.
7. OG.Seed – Dota 2
Kesuksesan tim utama OG ternyata tidak menular ke tim tier 2 mereka, yaitu OG.Seed. Semenjak dibentuk pada bulan November 2020, mereka harus bubar jalan delapan bulan setelahnya. Ada banyak kendala yang mewarnai tim ini selama masa aktifnya. Dari pandemi, prestasi yang minim, hingga harmonisasi pemain yang sama sekali tidak terbentuk.
Petu “Peksu” Vaatainen selaku kapten dari OG.Seed menyatakan rasa sedihnya karena harus bubar sebelum mendapatkan kenangan di tim ini. Padahal, dirinya sempat berharap banyak dari OG.Seed sebagai bagian dari organisasi OG. Apalagi ditambah dengan konflik kepemilikan dua tim yang ditujukan kepada n0tail. Selain itu, n0tail juga tengah disibukkan dengan membentuk tim CS:GO selagi ada kisruh di OG.Seed.
***
Tahun 2020 memang harus kita akui berat. Selama masa pandemi ini banyak pihak penggiat esports yang terkena dampaknya. Bahkan, tujuh tim di atas lebih memilih bubar daripada harus modal nekat untuk terus terjun di esports.
Alhasil, mereka tidak akan lagi kita lihat di panggung besar lainnya pada tahun-tahun mendatang. Memang sangat disayangkan, tapi apa boleh buat keputusan sudah bulat dan mereka akhirnya berpisah satu sama lain.
Bagaimana menurut kalian? Silakan tulis pendapat kalian di kolom komentar, ya! Jangan lupa untuk terus pantau KINCIR agar kalian tidak ketinggalan berita terbaru seputar esports dan game lainnya.