– Action RO2: Spear of Odin seharusnya didesain untuk melanjutkan seri game Ragnarok.
– Sayangnya, sekuel game ini justru jadi salah satu game “sapi perah” yang lagi-lagi hanya menjual nama besar Ragnarok.
Kecewa mungkin menjadi kata yang tepat untuk para penggemar Ragnarok ketika menjajal Action RO2: Spear of Odin. Terlebih, para pemain pasti memiliki ekspektasi yang cukup tinggi ketika mendengar nama franchise MMORPG legendaris tersebut.
Namun, pengalaman bermain game ini dijamin akan langsung menghancurkan segala harapan besar tersebut. Bahkan, tidak ada sedikit pun elemen permainan yang menyamai ataupun melampui pengalaman bermain Ragnarok.
Alih-alih merasakan petualangan di dunia Midgard, para pemain dijamin hanya akan mengusap kening dan enggan untuk melanjutkan permainan.
Lalu, sebenarnya apa lagi yang membuat Action RO2: Spear of Odin menjadi salah satu seri game Ragnarok paling mengecewakan? Untuk mengetahui jawabannya, simak saja uraian berikut ini, ya!
Fitur Permainan yang Begitu-gitu Aja
Untuk kalian yang hendak bermain ataupun hanya menjajal Action RO2: Spear of Odin, ada baiknya jika tidak berharap banyak pada fitur permainan yang disajikan. Sebab, game besutan Gravity Neocyon tersebut tidak menawarkan banyak fitur yang menarik.
Deretan fitur yang dimiliki merupakan nama-nama yang sudah sangat umum—bahkan generic dalam game RPG berbasis Stage di industri game mobile. Contohnya saja fitur Daily Dungeon, Tower of Challenge, Raid, sampai fitur pertarungan PvP. Sayangnya, deretan fitur tersebut terbilang kurang variatif—dari segi PvE ataupun PvP.
Sebab, fitur-fitur tersebut terbilang cukup repetitif dengan mengadopsi gaya permainan yang relatif mirip. Bahkan, pihak developer tidak memasukkan sedikit latar-cerita untuk setiap fiturnya. Padahal, elemen cerita dalam game RPG menjadi penting untuk memikat para pemain ke dalam game.
Sistem Stage yang Repetitif
Sebagai game MMORPG, Ragnarok memang paling ideal disajikan dalam sistem open world, seperti Ragnarok M: Eternal Love. Namun, ada juga seri game Ragnarok yang mengalami penyesuaian sistem permainan di dalam game mobile, seperti RO Idle Poring yang menggunakan sistem idle.
Kondisi perubahan sistem permainan sebenarnya menjadi hal yang sangat wajar ketika Ragnarok di-porting ke platform mobile. Namun, sayangnya, pemilihan sistem stage yang digunakan oleh Action RO2: Spear of Odin menjadi pilihan sistem permainan yang kurang memikat dan menarik.
Sistem stage akan memaksa para pemain untuk melakukan pertarungan secara monoton dan berulang dengan desain stage yang hampir sama. Diperparah lagi, Action RO2: Spear of Odin menyediakan fitur auto-battle.
Padahal, pihak pengembang seharusnya bisa menggunakan mekanisme Action RPG untuk membuat pertarungan menjadi menarik. Selain itu, sistem stage juga dilengkapi dengan penggunaan stamina yang tidak memungkinkan pemain untuk bermain secara bebas.
“Ragnarok, kok, Miskin Job?”
Variasi pilihan job di dalam semesta Ragnarok memang terbilang cukup beragam. Para pemain memiliki kebebasan untuk mengembangkan dan memilih job berdasarkan preferensi gaya permainan. Keberagaman job juga membuat komunitas cukup hidup.
Penting dan menariknya sistem job biasanya dirasakan betul para pemain di beberapa fitur permainan. Contohnya seperti menyelesaikan suatu Endless Tower (ataupun sistem dungeon lain). Setiap party harus memiliki komposisi job yang tepat. Sehingga, setiap job memiliki kegunaan yang berbeda-beda.
Sayangnya, Action RO2: Spear of Odin memiliki keterbatasan job. Para pemain hanya disajikan oleh tiga job saja, yaitu Swordman, Thief, dan Magician (dengan peningkatannya sampai Advance Job). Memang terbilang konyol. Sebab, Ragnarok dikenal memiliki keberagaman job yang menarik, mulai dari Blacksmith sampai Dancer.
Selain itu, pilihan setiap job di Action RO2: Spear of Odin juga terlihat tidak terlalu penting. Sebab, para pemain nantinya dapat menyelesaikan setiap Raid dengan komposisi job apapun dengan sangat mudah.
Enggak ada istilah Tanker, Healer, ataupun DPS untuk mewakili setiap fungsi job di dalam suatu party. Semuanya hanya berfokus pada kegiatan menyerang saja. Enggak heran kalau komunitas pemain Action RO2: Spear of Odin diprediksi tidak akan berkembang—atau bahkan terbentuk.
“RPG” yang Minim Pengembangan Karakter
Sudah menjadi pengetahuan bersama, kalau Ragnarok mengadopsi dua sistem level, yaitu Base Level dan Job Level. Nantinya, Base Level memungkinkan pemain untuk meningkatkan atribut dasar pertarungan, sedangkan Job Level memungkinkan pemain untuk meningkatkan kekuatan skill dan mencapai Advancement Job.
Dalam Action RO2: Spear of Odin, pihak developer memutuskan untuk menggunakan satu sistem level saja. Nantinya, pemain akan mendapatkan semacam skill point untuk meningkatkan kekuatan skill.
Sayangnya, kalian tidak diberi peluang untuk melakukan alokasi peningkatan atribut dasar. Absennya sistem peningkatan atribut tersebut membuat pemain tidak dapat bereksperimen dengan berbagai build karakter pilihan mereka.
Progres karakter di Action RO2: Spear of Odin memang terbilang sangat terbatas. Pemain hanya bisa mengembangkan level skill, meningkatkan senjata, dan mengembangkan kartu pilihan saja. Hanya itu saja. Yap! Keterbatasan pengembangan karakter berakibat sangat fatal.
Padahal, sebagai game yang mengadopsi nama Ragnarok, Action RO2: Spear of Odin seharusnya dapat mengadopsi beberapa progres lainnya untuk membuat perkembangan karakter tidak terasa membosankan.
Performa Kurang Maksimal
Sebagai game yang dirilis pada akhir 2020, Action RO2: Spear of Odin memiliki presentasi permainan yang terbilang buruk. Dari segi grafik, gaya animasi 3D yang diusung terbilang tidak dipersiapkan dengan baik. Detail karakter, monster, sampai partikel-partikel lain memiliki tingkat ketajaman yang sangat rendah. Kalau, game ini keluar pada 2015, kelemahan ini mungkin masih bisa dimaklumi.
Selain itu, performa permainan dari Action RO2: Spear of Odin juga terbilang cukup buruk. Penulis sering kali mengalami penurunan FPS. Padahal, dengan tingkat grafis yang buruk, seharusnya pihak developer dapat meningkatkan performa permainan. Sehingga, game dapat berjalan lancar—tanpa mengganggu pengalaman bermain.
Selain itu, responsitivitas game ini juga terbilang cukup rendah. Penulis kerap merasakan delay yang cukup parah ketika harus bermain secara manual. Padahal, ketika diatur ke auto-battle, pertarungan berjalan dengan sangat lancar. Kondisi tersebut terbilang menjengkelkan. Karena, para pemain terpaksa harus terus bergantung pada fitur auto-battle.
***
Action RO2: Spear of Odin bisa dibilang menjadi salah satu judul game yang cuma mendompleng nama besar Ragnarok. Seri game tersebut hadir dengan sangat mengecewakan. Terlihat sekali, kalau Gravity Neocyon hendak menjadikan sekuel seri game Ragnarok tersebut sebagai game “sapi perah” semata.
Apakah di antara kalian sudah ada yang mencicipi Action RO2: Spear of Odin? Lalu, apa pendapat kalian dengan sekuel dari seri Ragnarok tersebut? Silahkan tulis pendapat kalian di kolom komentar. Serta, ikuti terus informasi terkini seputar game mobile hanya di KINCIR, ya!