Belum lama ini, kita telah menyaksikan para atlet bertanding di ajang SEA Games 2019 guna mengharumkan nama Indonesia. Dari banyaknya cabang olahraga yang ditandingkan, divisi esports memang belum mampu meraih hasil maksimal. Namun, segala usaha dan kerja keras para atlet patut diapresiasi.
Berbicara soal atlet, ada drama baru yang melilit para kontingen tersebut. Dari sebuah postingan akun @Lambe_Moba, sebuah kasus yang cukup krusial pun diangkat. Masalah yang pun tidak main-main. Pemotongan uang hadiah atlet dari pengurus Timnas kini tengah ramai diperbincangkan.
Semua postingan tersebut berawal dari salah seorang mantan pemain Arena of Valor, yaitu Mikael Anthony. Karena “gerah” akan sesuatu, dirinya pun memuat sebuah cuitan menarik pada Instastories miliknya. Di situ tertulis adanya pemotongan uang hadiah yang diberikan kepada para atlet.
Bahkan dia juga menambahkan bahwa beberapa pihak elit esports di Indonesia tidak terfokus pada prestasi, melainkan uang. Tentu saja hal ini begitu cepat mencuat ke permukaan. Karena, kita harus akui bahwa esports di Indonesia masih terbilang baru dan begitu banyak “lahan basah” di dalamnya.
Namun, isu ini masih abu-abu. Kita belum bisa menentukan siapa yang salah dan benar. Karena, jika menarik jauh ke belakang, sebelum berseragam timnas pastinya para atlet sudah menandatangani kontrak. Apa mungkin di dalam perjanjian hitam di atas putih tersebut tidak tertera soal pemotongan uang hadiah?
Di balik itu semua, memang tidak adil rasanya jika benar ada pemotongan uang “keringat” dari para atlet yang telah bertanding di SEA Games 2019. Karena dasarnya adalah uang yang diberikan kepada atlet berprestasi merupakan bonus yang sewajarnya mereka dapatkan.
Terkait isu ini, Mikael Anthony mengatakan bahwa pemotongan ini benar adanya. Mikael pun mendapatkan berita ini dari penuturan salah satu atlet esports yang tidak bisa disebutkan namanya.
“Untuk isu ini memang benar adanya, namun saya mendapatkan cerita ini dari salah seorang player yang bermain di SEA Games kemarin”
Namun, KINCIR juga mencoba menguhubungi pihak pengurus, yaitu IESPA agar mendapat keabsahan isu tersebut. Akan tetapi hingga saat ini, pihak terkait belum ada respon lebih lanjut.
Untuk saat ini, kita hanya bisa berdoa agar esports di Indonesia bisa jadi industri yang sehat. Karena, jika dikelola dengan baik dan benar pastinya akan ada benefit besar bagi para pihak yang terjun di dalamnya. Terlebih, memang banyak hal yang perlu dibenahi dari industri ini agar tidak lagi muncul isu-isu serupa yang berpotensi merugikan satu pihak.
Apa pendapat kalian tentang isu ini? apa kalian punya solusi agar industri esports bisa berkembang jauh lebih baik lagi? Silakan tuangkan pendapat kalian di kolom komentar, ya! Jangan lupa untuk kunjungi KINCIR agar kalian tahu berita terbaru seputar esports dan game lain.