-Selama Season 18 Mobile Legends, para pemain jadi lebih kreatif dengan menghadirkan peralihan peran Hero
– Bagaimana semua itu bisa terjadi? Kali ini kita akan menelisik sedikit beberapa penyebabnya
Semenjak Season 18 hadir, kita harus akui bahwa banyak hal yang perlu disesuaikan oleh para pemain. Dari pengisian lane yang dibagi menjadi gold dan exp, banyaknya Hero yang di-revamp, hingga munculnya Hero-hero underrated. Seluruh poin tersebut semata-mata demi memaksimalkan gameplay dari format yang telah diubah oleh Moonton.
Bahkan, dari perubahan besar tadi banyak Hero yang mengalami perubahan peran. Ada yang tadinya berperan sebagai Tank jadi offlaner dan sebaliknya. Ada juga Mage yang dipercaya menempati exp lane dan gold lane. Bahkan, ada Assassin yang menempati posisi support. Jelang akhir Season 18, peralihan ini terus berlanjut dan sepertinya akan bertahan lama.
Kali ini KINCIR akan mencoba untuk menelisik fenomena peralihan peran Hero selama Season 18 Mobile Legends. Langsung saja simak artikel berikut ini.
Hadirnya Project Next
Menjelang Season 18 dirilis, Moonton sudah mengumumkan soal Project NEXT. Update yang mengubah gameplay secara besar ini menjadi salah satu penyebab adanya peralihan peran di dalam pertandingan Mobile Legends. Pasalnya, dalam update tersebut, Moonton menghadirkan banyak hal. Salah satunya adalah gold lane dan exp lane.
Dengan adanya fitur baru di dalam map, tentunya para pemain harus putar otak demi memaksimalkan sistem laning yang baru ini. salah satunya adalah penentuan Hero yang cocok untuk tiap lane. Dari sini, lahirnya pilihan-pilihan Hero yang lebih variatif di side lane. Tadinya, Hero Marksman diletakkan di lane bawah agar dekat dengan buff merah dengan begitu si pemain jadi lebih mudah farming.
Akan tetapi, hadirnya fitur baru ini membuat pemilihan jadi lebih beragam. Hero mana yang harus diprioritaskan gold-nya, mana Hero yang harus lebih dulu unggul level di exp lane. Tentunya, opsinya pun bisa Fighter, bisa Mage, bahkan Hero yang berperan sebagai Tank. Contohnya Uranus yang akhirnya menjadi offlaner dan diletakkan di exp lane daripada harus menjadi Tank bagi tim.
Esmeralda yang dulunya dipakai sebagai carry, kini juga dialokasi ke sidelane agar lebih cepat meningkatkan level-nya di awal. Selain Esmeralda, Lunox juga mengalami perpindahan peran dari carry menjadi sideliner bahkan Support midlane. Hal tersebut ternyata tidak membuat Lunox menjadi lemah, justru potensinya makin tergali untuk melawan Hero-hero tebal.
Metanya Para Fighter
Di Season 18 kemarin banyak Fighter yang mendapatkan revamp dari Moonton. Sebut saja Hilda dan Gatotkaca. Kedua Hero ini yang tadinya kurang difavoritkan, kini jadi salah satu Hero andalan yang sering dipakai di pertandingan. lagi-lagi, mereka berdua juga mengalami perpindahan peran di dalam pertandingan. Gatotkaca yang tadinya Tank, kini lebih sering diletakkan di exp lane.
Gatotkaca merupakan Hero yang memang mengandalkan ketebalan tubuh. Sebagai Tank, dirinya sangat diunggulkan dengan daya tahan yang kuat berkat dari pasifnya dulu. Akan tetapi, kini Gatotkaca berubah total. Dirinya punya keunggulan untuk membersihkan lane secara mandiri ketika dijadikan offlaner. Secara mengejutkan, Gatotkaca makin kuat ketika dibiarkan farming.
Sama dengan Hilda, berkat stack yang dimilikinya saat ini dirinya lebih efektif kalau dipakai menjadi offlaner dengan menggunakan Emblem Assassin. Damage yang dihasilkan pun bukan main besarnya. Untuk Hero-hero tipis seperti Mage, Assassin, dan Marksman, Hilda sangat mengancam keselamatan mereka di pedalam pertandingan.
Selain mereka berdua, Jawhead akhirnya bisa dimaksimalkan potensinya. Daripada berdiam di sidelane, Jawhead sangat berbahaya kala dimanfaatkan sebagai Tank. Perannya di pertandingan saat ini sangat ditakuti lawan. Pasalnya, Jawhead bisa dengan mudah menganggu proses farming carry musuh. Bahkan hal tersebut hanya membutuhkan skill dua milik Jawhead.
Di musim ini, para Fighter sangat berjaya. Mereka bisa sangat efektif berada di setiap lane dan dipercaya memegang beberapa posisi. Tidak heran lahir strategi Fighter yang dijadikan carry. Soalnya mereka kini punya banyak keunggulan dan sepertinya hal tersebut akan terus berlanjut hingga musim-musim berikutnya.
Variasi Penggunaan Hyper dan Dua Carry
Salah satu penyebab adanya alihfungsi peran di dalam pertandingan Mobile Legends adalah penggunaan strategi hyper atau dua carry. Bisa dibilang, meta ini kembali seperti sebelum hadirnya Project NEXT. Dulu, ada Mage atau Assassin di jalur tengah, sedangkan Marksman dipercaya memegang peran di jalur bawah dan ditemani satu Hero lainnya.
Formasi ini memang cukup boros secara laning. Kenapa? Karena formasi 1-2-2 sudah tidak lagi bisa dipakai untuk memaksimalkan gold atau exp lane. Kalau masih memakai formasi yang sama seperti dulu, banyak hal yang terbuang sia-sia. Penggunaan 1-3-1 dengan dua carry juga efektif saat ini hanya saja sang damage dealer di jalur pinggir harus lebih berhati-hati karena sendirian di lane.
Tentunya, pergantian formasi juga mempengaruhi pemilihan Hero. Contohnya, Roger yang dulu dipercaya sebagai hyper carry yang kini lebih sering muncul di gold lane. Tujuannya sebenarnya sama ketika dirinya diunggulkan farming. Agar cepat mengumpulkan item. Akan tetapi, perbedaannya adalah dirinya tidak mendapatkan buff jadi leveling tidak terlalu pesat karena hanya bisa farming di lane.
Akan tetapi, berkat tambahan gold dari lane membuat Roger semakin cepat membeli item. Oleh sebab itu, peralihan fungsi pun dipilih karena tidak membuat si Hero jadi lemah. Justru dengan adanya dua formasi yang digunakan membuat tiap lane tetap kuat meskipun dengan formasi yang berbeda.
Pro Player Masih Jadi Panutan Para Pemain Publik
Sejauh ini, patokan meta para pemain publik adalah permainan yang digunakan oleh para tim-tim profesional. Pasalnya, mereka memang dituntut untuk mencari formasi yang paling kuat mengikuti perkembangan meta di dalam Mobile Legends. Alhasil, rata-rata formasi yang kita kenal di ranah publik mengikuti yang dipakai oleh para atlet profesional.
Jika kita melihat mereka bermain, peralihan fungsi sering terjadi. Sebut saja LeoMurphy yang sering menggunakan Jawhead sebagai Tank dan di sisi lain ada Ahmad yang memakai Hero-hero tebal seperti Esmeralda dan Yu Zhong. Bahkan, RRQ Hoshi memakai dua carry, yaitu Yi Sun Shin dan Wanwan. Hasil ini membawa RRQ Hoshi juara.
Dari sini, penggunaan dua carry jadi terpakai dan Wanwan lebih sering menempati sidelane. Selain itu, Alice juga sempat meramaikan ranah publik di tier Mythic dan dipercaya sebagai offlaner dengan penggunan Emblem Tank. Kita bisa berpendapat bahwa semenjak hadirnya Season 18, pemilihan Hero dan penempatan lane jadi jauh lebih variatif daripada sebelumnya.
Sangking variatifnya, di belahan regional Filipina tim Aura Fire melahirkan meta Diggie Feeder pada ajang MPL PH Season 6. Hasilnya, Aura PH berhasil memenangkan pertandingan kala itu melawan Bren Esports. Meskipun banyak kill yang tercipta untuk Bren Esports, secara perkembangan Hero, carry tim lawan tidak bisa berkutik karena ‘ditempel’ oleh Diggie.
Dari sini, muncul pula Diggie Feeder di ranah publik. Strategi meyebalkan ini ternyata cukup efektif untuk meraih kemenangan. Ditambah dengan peran Natalia sebagai support yang membantu rekan tim untuk membuka map. Efektifitas dari strategi ini makin meningkat dan sangat berpengaruh terhadap pola pemiliihan Hero di kelas publik.
Munculnya Hero-hero Underrated
Dari gameplay yang mewarnai Season 18, Hero-hero non–meta mulai bermunculan. Alasannya pun tidak lain tidak bukan karena beberapa jadi counter yang efektif terhadap Hero meta. Misalnya, Guinevere bisa mengunci Hero-Hero yang punya area serang jauh seperti Pharsa dan Lunox. Kemudian, Sun juga menjadi counter dari Hilda ketika sudah memiliki ultimate.
Apalagi Benedetta tidak bisa banyak berkutik ketika dihadapkan dengan Silvana. Untuk menghentikan dominasi Esmeralda di offlane juga dibutuhkan Lunox. Padahal di awal Season 18 Hero ini sama sekali tidak terpakai dan ketika menyentuh pertengahan musim barulah potensinya ditemukan. Akhirnya, Lunox pun masuk meta.
Kemunculan Hero-hero non-meta ini membuat komposisi tim jadi makin berwarna. Pasalnya, penempatan offlaner bisa diisi oleh Mage. Contoh lainnya adalah Harith sebagai offlaner padahal selama Season 18 dirinya jarang digunakan sebagai carry karena pemain lebih memilih Assassin. Perannya di sidelane pun efektif untuk melawan Hero-hero dengan damage besar namun lambat seperti Yu Zhong dan Khaleed.
***
Season 18 bisa dibilang sebagai musim yang paling berwarna. Hadirnya perombakan besar-besaran dari Moonton membuat pemilihan Hero jadi lebih variatif. Bahkan, fenomena peralihan peran di dalam pertandingan sampai terjadi demi menyesuaikan gameplay yang telah diubah oleh sang pengembang.
Bisa jadi, gameplay yang kita kenal saat ini akan bertahan di musim-musim selanjutnya. Namun, melihat gameplay yang sangat dinamis, enggak heran jika Moonton melakukan perombakan lagi demi permainan yang lebih menarik.
Bagaimana menurut kalian tentang fenomena peralihan peran selama Season 18? Tulis jawabannya di kolom komentar, ya! Jangan lupa untuk terus pantau KINCIR agar kalian tidak ketinggalan berita terbaru seputar esports dan game lainnya.