Kecintaan Thalia dengan game justru membuat dia tidak menyerah meski gagal jadi pro player. Kini dia justru sukses jadi caster Mobile Legends.
Enggak melulu jadi pro player untuk bisa terjun ke ranah esports. Soalnya, masih ada beberapa bidang yang bisa melengkapi perkembangan ini, misalnya caster. Sebagai caster pendatang baru di MPL Indonesia, Thalia pun juga sempat ingin menjadi pro player karena kecintaannya dengan game.
Tak bisa menjadi pro player seperti impiannya, siapa sangka salah satu caster cewek bernama lengkap Thalia Limberly ini justru sukses sebagai caster. KINCIR berkesempatan untuk mendengarkan kisah perjalanan meniti karier sebagai caster.
Profil Thalia Limberly, Caster Mobile Legends yang Lagi Naik Daun
Sempat Berniat Jadi Pro Player
Kenal game sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Thalia jatuh hati pada game dan menghabiskan waktu untuk menjalankan hobinya tersebut. Sebenarnya, dia pun pernah merasakan pergi ke warung internet (warnet), mengingat caster ini merupakan seorang anak cewek dan tunggal, orang tuanya pun melarang dan memutuskan untuk bermain game di PlayStation dan Nintendo.
Saat Mobile Legends hadir pada 2016 lalu, teman-teman sekolah Thalia rata-rata bermain game besutan Moonton ini, dia pun mencoba dan akhirnya jatuh cinta kepada game MOBA mobile ini. Memutuskan untuk bergabung dengan tim kelas untuk mabar (main bareng), tapi pandangan sebelah mata karena dirinya merupakan seorang cewek membuatnya berjuang untuk memperkuat skill Mobile Legends-nya.
“Enggak pernah jadi anak warnet, sih, tapi emang pernah cobain ke sana. Jadi lebih sering habiskan waktu untuk bermain game konsol. Kenal Mobile Legends juga akibat banyak teman sekolah yang main game ini, sampe akhirnya saya ikut dan gabung ke tim kelas. Sayangnya, saya juga masih harus berjuang siang malam untuk memperdalami game ini, karena juga pernah dipandang sebelah mata.”
Pernah punya tim cewek Mobile Legends, Thalia pun mengaku enggak begitu bisa menyatu dengan para rekan satu timnya. Menurutnya, terkadang pemain cewek terlalu menggunakan perasaan, berbeda dengannya yang merupakan seorang gamers dan lebih sering bergaul dengan para cowok.
“Karena saya kebanyakan main dengan cowok, jadi kalau berada di tim cewek itu terlalu pakai perasaan. Dulu pernah saat mau ikut turnamen, karena saya leader di tim ini, saya tegur untuk bermain yang benar, soalnya saya jadi core. Mungkin enggak terima dan akhirnya ngambek.”
Tak hanya sekadar main, Thalia juga mencoba kemampuannya dengan mengikuti turnamen-turnamen Mobile Legends kecil-kecilan di daerah rumahnya. Setelah sukses berjuang untuk mengasah skill-nya.
Urung Jadi Pro Player, Muncul Tawaran Caster
Bermula ketika Thalia pergi untuk menonton sebuah turnamen offline. Saat itu, EVOS yang menjadi guest star mencari penonton untuk ikut bergabung dalam sebuah fun match. Berkat kemampuannya bermain game besutan Moonton ini, caster junior di MPL Season 8 ini pun meraih “Maniac”.
Tak sampai disitu, tawaran pun berlanjut untuk menjadi seorang caster dari pihak event organizer. Awalnya, Thalia malah belum tahu apa itu istilah “caster“. Belum punya pengalaman, Thalia pun memantapkan hati untuk mencoba bidang baru yang juga masih seputar esports ini.
“Dulu saya enggak tahu apa itu caster setelah ditawari oleh salah satu EO saat ikut di fun match EVOS. Tapi setelah dijelaskan dan saya bilang belum ada pengalaman, yang menawari saya bilang dicoba dulu karena saya pun bisa main Mobile Legends.”
Berjuang untuk Bisa Dapat Restu Orangtua
Walaupun esports sudah membuktikan kesuksesannya, orang tua tetap ingin yang terbaik untuk anaknya. Memang, hingga kini masih ada beberapa masyarakat yang belum paham tentang esports, apalagi kegiatannya hanya bermain game saja.
Mengingat Thalia merupakan anak tunggal, pastinya orangtuanya jadi protektif padanya. Bahkan, orang tuanya pun pernah marah besar karena sang anak ingin berkarier di esports. Bukan hanya sekadar game, caster cewek bernama lengkap Thalia Limberly yakin jika ranah ini bisa membuatnya sukses di masa depan.
“Marah banget, sih, mama saya soalnya pengen anaknya memang benar-benar jadi “orang”. Namun, saya sudah yakin dan mantap ingin berkarier di esports. Kini restu sudah turun seiring dengan perjuangan saya membuktikan jika bisa berhasil.”
Tanpa Pengalaman, Thalia Sukses Catatkan Namanya sebagai Caster Beken
Untuk mendapatkan restu dari orang tua, Thalia berjuang untuk bisa membuktikan jika pilihannya ini tepat dan bisa dipertanggung jawabkan. Di kesempatan yang dia miliki untuk menjadi caster, Thalia pun bukan mengisi bagian tersebut, tetapi jadi analis di sebuah turnamen pada 2018 lalu.
Sempat vakum beberapa saat karena ujian akhir sekolah, kabar baiknya MPL Indonesia membuat sebuah audisi untuk menjadi caster. sempat ragu untuk mengikuti audisi ini, akhirnya Thalia pun memutuskan untuk me-submit tesnya dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris pada September.
“Dengan keterbatasan pengalaman, saya sebenarnya raga ragu untuk mengikuti audisi caster di MPL Indonesia. Tapi, berpikir jika punya kelebihan di Bahasa Inggris, akhirnya saya submit dalam dua bahasa. Pengumuman juga lama, dari September dan dikabarin Januari 2020 untuk MPL Season 7 lalu.”
Di MPL Season 7 lalu, Thalia memulai debutnya sebagai caster junior yang memegang cast Inggris. Beruntungnya, dia pun dipercaya untuk menjadi host di playoffs di musim tersebut. Akhirnya, kini Thalia menjadi caster utama di MPL Season 8 ini.
Sadar diri dengan kemampuannya dan dipercaya untuk menjadi caster di MPL Season 7 dan 8, Thalia juga enggak malu untuk bertanya dengan para seniornya yang lebih dulu terjun di ranah ini, seperti Ryan “KB”. Punya senior dan rekan kerja yang enggak pelit ilmu, dia pun bersyukur dengan hal ini.
Untuk menambah wawasannya dalam game yang dibawakan, Thalia juga kerap bergabung dengan para caster lain untuk main bareng untuk mengetahui apa saja yang ada di Mobile Legends, mulai dari Hero, item, dan para unit-unit di Land of Dawn.
“Untuk bisa jadi caster itu memang diwajibkan untuk tahu apa saja yang ada di dalam game tersebut. Saya pun berusaha untuk bisa mempelajari yang ada di Mobile Legends, mulai dari Hero, item, minion dan di jungle ada apa saja. Hal ini untuk memberitahu pengetahuan lebih dalam ke penonton. Kita juga harus bisa analisa misal Hero A atau B kalau bertemu akan seperti apa.”
Ingin Bangun Komunitas Esports yang Lebih Sehat
Memang, esports telah bisa membuktikan kesuksesannya. Tapi, ada beberapa hal yang dirasa masih perlu penanganan khusus, seperti para penonton turnamen yang kerap memberikan komentar negatif. Pasalnya, hal ini akan membawa citra buruk untuk perkembangan esports di Indonesia.
Sebagai sosok yang paling sering berada di dalam turnamen, Thalia pun juga merasakan jika komentar-komentar jahat netizen perlu dibenahi. Apalagi jika mereka sudah menuliskan kata-kata makian.
Punya pengikut Instagram 28 ribu, bukan berarti jika sosok Thalia enggak pernah menerima komentar negatif. Caster yang punya cita-cita menjadi dokter dan pilot ini pun memberikan caranya untuk menghadapi hal tersebut.
“Kalau ada yang komentar jahat, saya, sih, diemin aja atau kalau perlu di-block. Soalnya, kita tanggapin sampai nanti ke-trigger, itu juga bukan salah mereka, tapi kita yang enggak punya sikap. Netizen itu enggak bisa kita kontrol, tapi diri kita sendiri. Mau dengar atau bodo amat.”
Untuk bisa menekan komentar negatif para penonton, Thalia pun berencana untuk membuat komunitas yang sehat. Komunitas ini nantinya akan menggiring opini kepada netizen esports yang lebih sehat.
“Saya ingin membuat sebuah komunitas yang sehat. Mungkin, caranya mulai dari streaming, memberitahu saat nge-cast, atau dari Stories. Hal ini untuk menggiring para netizen jika esports akan lebih indah jika enggak ada yang rasis dan saling menjatuhkan.”
***
Bagaimana tanggapan kalian dengan kisah perjalanan Thalia sebagai salah satu caster cewek di MPL Indonesia? Jangan sungkan untuk memberikan komentar kalian di kolom bawah, ya! Tetap di KINCIR agar kalian enggak ketinggalan berita seputar esports.