– Membahas kesalahan serta masalah yang kerap terjadi di MMORPG mobile.
– Kesalahan yang awalnya tabu, kini jadi hal yang biasa.
MMORPG merupakan jenis permainan yang sangat menguras waktu, tenaga, pikiran, hati, dan yang paling parah, uang. Genre game yang sangat populer di era warnet pada 2000-an tersebut memang membutuhkan “investasi” tinggi untuk memainkannya.
Bukan cuma soal ketekunan atau komitmen pemainnya untuk grinding. Para pemain juga diharuskan tahan banting dan memiliki mental kuat untuk menghadapi keputusan konyol para developer ataupun publisher dalam mengembangkan game. Terutama mereka para developer atau publisher MMORPG mobile yang dicap suka “memeras” para pemain.
Karena itulah, KINCIR tergelitik untuk menelisik kesalahan alias “dosa” yang sangat umum ditemui pada MMORPG mobile. Ironisnya, “dosa” tersebut mungkin sudah jadi hal yang umum ditemui meski dulu adalah hal yang sangat tabu. Jadi, langsung saja simak uraiannya berikut ini, ya.
Sistem VIP Bikin Imba
Very Important Person (VIP) menjadi istilah umum untuk memberikan pelayanan yang berbeda terhadap satu atau sekelompok orang. Dengan pelayanan yang berbeda, orang-orang VIP biasa mendapatkan keuntungan yang berbeda dari orang lainnya. Kemampuan akses tersebut yang menjadikan VIP terasa memiliki kelas sosial yang berbeda dari kelas sosial pada umumnya.
Sistem VIP tersebut juga dapat ditemui dalam game MMORPG mobile. Yap, orang-orang yang memiliki predikat VIP akan mendapatkan “pelayanan” berupa keuntungan permainan yang berbeda dari para pemain lain. Keuntungan tersebut membuat para pemain VIP dapat mengembangkan karakter permainannya jauh lebih cepat dari orang lain. Sehingga, Para VIP akan memiliki kekuatan karakter di atas rata-rata pemain pada umumnya.
Kehadiran sistem VIP membuat permainan menjadi terasa tidak adil. Pasalnya, sistem VIP tidak bisa dimiliki oleh semua orang. Hanya para “sultan” yang siap menggelontorkan uang per bulannya untuk membeli fitur VIP tersebut. Yap, pemain bisa mendapatkan keuntungan ini dengan membayar sejumlah uang per bulannya di dalam game.
Lebih parahnya lagi, sistem VIP biasanya dihadirkan secara bertingkat. Pemain yang memiliki predikat VIP teratas biasanya jauh lebih kuat daripada pemain dengan predikat VIP rendah. Sebagai contoh, pemain VIP 10 biasanya akan jauh lebih kuat daripada pemain VIP 3.
Dengan segudang keuntungan, para pemain “gratisan” peluangnya jadi sangat kecil untuk menyaingi kekuatan karakter VIP. Alih-alih bersaing, mereka seakan hanya jadi ‘pemandu sorak’ di dalam permainan. Skenario tersebut merupakan kondisi terburuk yang membuat permainan akan sangat sulit untuk dinikmati oleh siapa pun itu.
Sistem Gacha yang Benar-benar Acak
Dalam MMORPG Mobile, gacha umumnya memaksa pemain untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan sejumlah item secara acak alias RNG. Di posisi ini, para pemain diharuskan mengeluarkan sejumlah uang yang sangat besar untuk mendapatkan equipment ataupun costume yang diincar.
Di beberapa kondisi, sistem gacha sangat dekat hubungannya dengan pay-to-win. Kondisi pay-to-win di sistem gacha tersebut hadir ketika hadiah berupa equipment yang sangat kuat bisa didapatkan melalui gacha.
Unsur RNG sebenarnya menjadi unsur yang sangat-amat umum ditemui dalam game MMORPG Mobile—bahkan PC sekalipun. Dengan faktor hoki, RNG dapat memberikan keuntungan dadakan untuk para pemain, seperti equipment tier-teratas, item dengan harga jual tinggi, ataupun item langka yang sangat sulit didapatkan.
Namun, perlu digarisbawahi, unsur RNG tersebut biasanya tidak memaksa pemain untuk mengeluarkan sejumlah uang lalu berjudi di dalam mesin judi. Hal tersebut berbeda jauh dengan gacha di dalam MMORPG Mobile.
Makanya, sistem gacha ini pun dianggap gamer sangat konyol dan merugikan pemain. Pasalnya, sang developer sebenarnya bisa saja menghilangkan unsur gacha dan mematok sejumlah harga untuk langsung mendatkan item tertentu. Meski begitu, sistem gacha di dalam MMORPG mobile enggak separah game-game ARPG yang biasanya memiliki jumlah karakter yang sangat banyak.
Namun, harus diakui kehadiran sistem gacha menjadi strategi bisnis yang saat ini lagi ngehit di industri game, termasuk MMORPG mobile. Lagipula, sistem ini jadi pengganti dari sistem berbayar yang diterapkan pada era keemasan warnet dulu. Tentunya developer maupun publisher tetap butuh pemasukan demi berjalan lancarnya game yang mereka buat.
Pay-to-Win Bikin Kompetisi Jadi Mati
Sebenarnya, pembahasan ini merupakan kesimpulan dari dua poin di atas. Pay-to-win sudah jadi rahasia umum menjadi sistem yang sangat dibenci oleh para pemain, tapi sangat disukai oleh banyak developer dari MMORPG mobile.
Kenapa para pemain membenci sistem pay-to-win? Karena, sistem ini dinilai tidak adil untuk sebagian orang. Sebab, enggak semua gamer, termasuk pemain MMORPG mobile, memiliki dan ingin mengeluarkan sejumlah uang di dalam game. Selain itu, sistem pay-to-win menghapus salah satu esensi terpenting dari game MMORPG, yaitu persaingan yang adil.
MMORPG tanpa adanya persaingan antar-pemain menjadi game yang sangat hambar dan tidak menarik. Terlebih lagi, ketika unsur uang ikut andil untuk menentukan pemain yang terkuat di dalam pertarungan. Alih-alih pengalaman bermain dan jam terbang, sistem pay-to-win menjadi unsur terpenting untuk menentukan pemenang di fitur PvP.
Lalu, mengapa developer sangat menyukai sistem pay-to-win? Apakah developer enggak pernah mendengar keluh-kesah para pemain MMOPRG Mobile tentang sistem pay-to-win? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu melihat dua kondisi di dalam MMORPG Mobile terlebih dahulu.
Kondisi pertama, sebagian besar judul game MMORPG mobile merupakan game gratis yang langsung dapat dimainkan. Kondisi kedua, MMORPG merupakan jenis game yang dapat digunakan sebagai ‘sapi perah’ perusahaan game dengan sangat efektif.
Developer MMORPG mobile pasti mengetahui kondisi pay-to-win yang cukup berbahaya untuk penilaian game mereka. Namun, sebagian besar developer merasa santai saja. Sistem pay-to-win sebagai pemasukan uang menjadi jauh lebih penting daripada penilaian game itu sendiri.
Meski begitu, enggak semua perusahaan game setamak itu. Di dalam jagat MMORPG mobile, kita dapat menemui sedikit nama developer yang masih cukup peduli terhadap pemain dengan cara meminimalisir sistem pay-to-win, seperti Pearl Abyss (Black Desert Mobile) ataupun Aigrind (Warspear Online). Mereka tetap menerapkan mikrotransaksi di dalam game, tapi hanya bersifat kosmetik.
Server Beranak Pinak Bikin Permainan Terasa “Sepi”
MMORPG merupakan jenis game yang memungkinkan para pemainnya untuk berpetualang dan bertarung bersama-sama. Kalian dapat memainkannya bersama teman-teman kalian. Setiap petualangan dan pertarungan akan jauh lebih berarti dan berkesan.
Nantinya, para pemain akan mulai membangun kerja sama yang baik, komunikasi yang efektif, ataupun tolong-menolong di dalam game. Unsur sosialisasi inilah yang nantinya menjadi cikal-bakal lahirnya suatu komunitas di dalam game.
Komunitas menjadi unsur terpenting bagi MMORPG. Dengan komunitas yang solid, MMORPG dapat bertahan sangat-amat lama. Sebagai contoh, kita dapat melihat RuneScape ataupun World of Warcraft. Kedua nama tersebut memiliki penikmat setia dengan jumlah yang sangat besar.
Atau, kita dapat lihat waralaba Ragnarok yang menjadi waralaba ‘sapi perah’ di MMORPG mobile. Ragnarok memiliki basis pemain sangat besar di Indonesia. Hal itulah yang membuat Ragnarok terus hadir, bahkan publisher Gravindo pun pernah merilis ulang Ragnarok Classic di Indonesia.
Namun, bagaimana bisa membangun komunitas yang solid, jika server pun terpecah-pecah. Yap! Kalian enggak akan mungkin bisa bertemu dengan banyak orang. Interaksi antar-pemain pun akan sangat terbatas. Yang parah, kalian tidak akan bisa bertemu teman kalian di server berbeda. Permasalahan ini kerap ditemui di bebeberapa MMORPG mobile.
Game MMORPG mobile yang perlu menjadi contoh dan patut diapresiasi dalam mengorganisir server adalah Ragnarok M: Eternal Love. Game yang dikembangkan oleh Gravity tersebut mengusung sistem megaserver.
Ketika kali pertama rilis, seluruh pemain bermain di dalam satu server saja, tapi dipecah ke dalam channel. Untuk bertemu dengan pemain lain, para pemain hanya perlu berpindah channel saja. Sehingga, komunitas pun terbentuk secara perlahan-lahan tanpa harus memisah-misahkan pemain.
Banyak Bug, Tanda Game Setengah Jadi?
Udah rilis resmi, tapi bug ada di mana-mana? Terdengar aneh, tapi kasus ini memang sering ditemui di MMORPG mobile. Bahkan, beberapa judul harus rela ditinggal banyak pemainnya gara-gara bug.
Bug menjadikan permainan sangat tidak nyaman. Sebab, jalannya permainan tidak akan semulus yang diharapkan. Sehingga, pengalaman bermain terasa sangat buruk. Dalam kondisi terburuk, pemain akan langsung pergi dan melakukan uninstall permainan. Lagipula, siapa yang ingin menginvestasikan waktu dan tenaga untuk bermain game yang terkesan setengah jadi?
Sebenarnya, developer MMORPG Mobile seharusnya bisa belajar dari kesalahan IMC dan NEXON di game Tree of Savior. Game yang memiliki fitur dan mekanisme sangat menarik itu harus rela kehilangan banyak pemain dikarenakan bug yang terlalu banyak.
Selain itu, World of Dragon Nest (WoDN) juga sempat terkena kasus bug yang terbilang sangat menyebalkan. Masih teringat jelas di kepala para pemain WoDN ketika kali pertama bug menggandakan Jelly (material tempa) menyebar.
Kala itu, banyak pemain yang merasa kecewa dengan pihak developer yang dirasa kurang serius dan siap untuk merilis game tersebut. Kekecewaan tersebut berujung pada penilaian yang buruk di PlayStore dan banyak pemain memilih cabut. Hingga detik ini, kalian masih bisa menemukan segudang bug di WoDN yang disebarkan melalui YouTube.
Server Seadanya Bikin Game Jadi Lemot
Masalah server bukan cuma soal memisahkan komunitas. Dalam game dengan jumlah pemain banyak seperti MMORPG, kendala yang sering ditemui adalah lag. Masalah ini terbilang serius karena dapat mengganggu seluruh tempo pertarungan dan membuat pengalaman bermain sangat tidak menyenangkan.
Masalah lag biasanya disebabkan oleh dua hal. Pertama, koneksi internet yang buruk. Kami enggak akan membahas masalah ini lebih lanjut karena kesalahan berasal dari faktor eksternal. Namun, akan jadi masalah besar jika koneksi udah cukup ngebut, tapi game masih lag. Itu artinya kuota server yang tidak mampu menampung jumlah pemain cukup besar.
Ketika over-capacity, kecepatan akses server akan menurun. Penurunan kecepatan akses tersebut tentu saja akan berdampak pada performa permainan. Para pemain akan mendapatkan permainan yang sering patah-patah, penurunan jumlah FPS, ataupun terputus dari koneksi.
***
Isu-isu yang kerap ditemukan pada MMORPG mobile di atas dapat dibilang sebagai unsur yang sangat mengganggu jalannya permainan. Sebagai game yang bersifat kontinyu, MMORPG terbilang terlalu menjengkelkan untuk dimainkan dengan ketujuh dosa tersebut. Namun, “dosa” tersebut bisa saja dikompromikan ulang.
Jika, kalian hanya ingin bermain bersenang-senang tanpa peduli sisi kompetitif, mungkin kalian enggak akan jengkel dengan urusan pay-to-win. Jika, kalian ingin bermain sendirian saja, mungkin kalian enggak keberatan dengan jumlah server yang terlalu banyak. Seluruh bentuk kompromi tersebut kembali pada preferensi permainan dari masing-masing pemainnya. Jadi, pilihlah MMORPG mobile yang sesuai dengan selera kalian, ya!
Bagaimana menurut kalian dengan pembahasan di atas? Adakah “dosa” dari MMORPG mobile yang membuat kalian sangat kesal atau bahkan muak? Atau, mungkin ada lagi dosa-dosa lain yang enggak kesebut di atas? Silahkan tulis pendapat kalian di kolom komentar, ya. Jangan lupa baca terus KINCIR untuk dapatkan informasi menarik seputar video game!