Fenomena para pro player yang turun ke MDL ini masih hangat-hangatnya semenjak pengumuman Wannn dan LJ dari tim EVOS Legends. Sebenarnya pola bursa transfer seperti ini sudah pernah terjadi. Aktivitas naik-turun kasta ini seperti jadi ajang yang gemar dilakukan dan akhir-akhir ini jadi tren di kalangan tim esports profesional.
KINCIR menyebut ini sebagai sebuah fenomena karena ada problematika di dalamnya. Lebih jauh lagi bahkan bisa mempengaruhi esensi dari MDL itu sendiri. Terlebih, ada gengsi yang dipertaruhkan oleh para pro player yang terpaksa turun kasta karena keputusan manajemen.
Pembahasan ini akan dikulik lebih dalam pada artikel berikut ini.
Menghilangkan esensi turnamen Mobile Legends Development League (MDL)
Setelah sukses menggelar Mobile Legends Profesional League (MPL) dengan sistem franchise, Moonton mulai memperhatikan para pemain semi pro yang belum berkesempatan tampil di MPL. Pada presscon peluncuran MDL tahun 2020 silam, Lucas Mao selaku Commisioner dari MPL Indonesia mengatakan kalau visi misi dari MDL adalah membuka kesempatan menjadi seorang pro player.
Bisa dicatat, kalau peluang yang dimaksud adalah kesempatan bagi para pemain non profesional untuk berlaga di panggung kompetitif. Jadi, ketika ada player yang berlaga di MDL merupakan bentuk dari realisasi visi misi yang telah dijelaskan oleh Lucas Mao tadi.
Nyatanya, sekarang ada pro player dari kasta satu yang turun ke MDL. Jelas-jelas kalau mereka sudah tidak perlu lagi “dikembangkan”, pasalnya beberapa di antara mereka pernah tampil di ajang internasional bahkan pernah jadi juara dunia Mobile Legends.
Lantas apa esensi untuk menurunkan top player seperi Wannn, LJ, Ahmad, atau LeoMurphy ke MDL? Jika sebaliknya, justru sesuai dengan tujuan dibuatnya MDL. Soalnya ada jenjang karier yang diperoleh si pemain non profesional yang akhirnya bisa tampil ke turnamen MPL.
Sudah ada contoh sukses pemain MDL yang dipromosikan ke MPL. Salah satunya adalah Alberttt dari RRQ Hoshi. Pada debutnya, Alberttt langsung memboyong pulang piala MPL Season 6 sekaligus mencetak rekor sebagai satu-satunya tim yang pernah back-to-back.
Saat ini memang sudah banyak tim yang mempromosikan pemain MDL-nya ke tim inti MPL. Hanya saja belum mendapatkan sorotan sebesar pemain yang turun ke MDL. Hal ini disebabkan oleh stigma para penikmat esports Mobile Legends soal betapa bergengsinya MPL.
“Menutup” rejeki pemain publik atau semi pro yang ingin jadi pro player
Kalau tadi kita bahas soal esensi, sekarang beralih ke peluang. Maksudnya adalah kesempatan bagi para pemain amatir dari kalangan publik untuk tampil di kancah profesional.
Dengan turunnya para pemain MPL, bisa saja hal ini menutup jalur bagi para pemain amatir untuk naik kasta. Karena kursinya sudah diisi oleh para pemain MPL, kesempatan pun tertutup rapat.
Padahal bisa saja kursi tersebut diisi oleh pemain publik yang punya potensi besar. Pasalnya sekarang pemain publik sudah banyak yang hebat secara mekanik, hanya saja belum punya kesempatan mendapatkan pengalaman tampil di ranah yang lebih tinggi lagi.
Seperti yang pernah diucapkan oleh Xinnn pada saat live stream bulan Agustus 2021. Punggawa dari RRQ Hoshi ini mengatakan kalau pemain publik punya kapasitas yang mumpuni. Bahkan, kalau para pro player main asal, bisa kena bantai sama publik.
Hal ini menunjukkan kalau di luar sana begitu banyak talenta yang patut disorot. Sayangnya mereka tidak terekspos karena belum mendapatkan kesempatan. Kemudian ditambah lagi dengan player MPL yang turun ke MDL.
Gambaran kasarnya, harusnya kita bisa lihat dua sampai tiga pemain baru dari kalangan publik di MDL. Tapi hal itu tidak kejadian karena sudah ada keputusan dari manajemen tim untuk menurunkan pemain-pemain hebatnya.
Akibat terlalu banyak roster
Membludaknya jumlah roster di dalam sebuah tim MPL sempat jadi perhatian KINCIR. Namun awalnya baru sampai pada pemikiran bisa membuat gaya permainan jadi lebih variatif. Ternyata, dengan jumlah pemain yang bisa mencapai 9 orang ini tidak melulu bisa efektif untuk rotasi pemain di dalam tim.
Tidak jarang ada contoh pemain yang dipasang satu atau dua kali saja sepanjang musim MPL. Apakah ini masuk ke dalam pemborosan? Sebenarnya tidak juga. Selain karena keputusan pelatih, kita tidak tahu kondisi pasti soal pemain.
Sebagai “tambalan” jika sewaktu-waktu kondisi si pemain tidak bisa main, ada penggantinya. Namun, dampaknya ternyata jauh lebih dari itu. Status cadangan mati (camat) sering jadi polemik di kalangan pro player.
Contohnya Josh “LJ” di kubu EVOS Legends. Hampir satu musim lamanya tim macan putih lebih memprioritaskan REKT sebagai seorang roamer ketimbang LJ. Jadinya pemain yang direkrut dari RRQ Hoshi ini lebih sering duduk manis menyaksikan rekan-rekannya bertanding.
Setelah satu musim jarang tampil, LJ diturunkan ke MDL bersama dengan Wannn. Daripada tidak main sama sekali, yasudah turunkan saja ke MDL. Di liga kasta dua ini kemungkinan untuk dimainkan jauh lebih besar.
Memang, dari pihak MPL tidak ada regulasi soal bursa tranfer pemain. Semua keputusan diberikan sepenuhnya kepada manajemen tim, selain tenggat waktu lock roster dan jumlah pemain.
Seperti yang dikatakan oleh Azwin Nugraha selaku Public Relation MPL. Melalui interview singkat bersama KINCIR, Azwin mengatakan tidak ada regulasi tertentu soal penurunan pemain MPL ke MDL.
“Kami (pihak MPL) hanya membuat regulasi soal tenggat waktu dan jumlah pemain. Di dalam satu tim itu maksimalnya ada 10 roster. Kami menganggap kalau ada pemain MPL yang turun ke MDL adalah sepenuhnya strategi tim,” jelas Azwin.
Sedikit kilas balik, mayoritas tim profesional di Mobile Legends dulu paling banyak memiliki enam sampai tujuh orang saja. Komposisinya adalah lima pemain inti dan sisanya cadangan. Tidak sampai berbondong-bondong merekrut banyak pro player dalam satu turnamen yang sama.
Ujung-ujungnya sumber daya manusia yang berlebih ini malah terlihat jadi kendala tersendiri bagi tim. Sampai akhirnya ada kejadian pemain MPL yang turun ke MDL, bukan sebaliknya.
***
Apa tanggapan kamu soal fenomena para pemain MPL yang turun ke MDL ini? Silakan tulis pendapat di kolom komentar, ya! Jangan lupa juga untuk terus pantau KINCIR agar tidak ketinggalan berita terbaru seputar esports dan game lainnya.