Inilah 5 Hal Paling Mengecewakan dari Live Action Attack on Titan

Melanjutkan “kutukan” film live action yang diadaptasi dari anime, live action Attack on Titan dianggap sebagai kegagalan besar karena beberapa alasan.


Shingeki no Kyojin alias Attack on Titan kembali naik daun setelah merilis Season 4 part 1-nya pada akhir 2020 lalu. Pada bagian pertama ini, tersaji 16 episode yang nantinya akan dilanjutkan di Part 2 yang akan rilis pada pertengahan 2022. Anime ini ditayangkan di saluran NHK General TV serta streaming di Netflix.

Anime yang diadaptasi dari manga mahakarya Hajime Isayama ini berhasil mencuri perhatian penggemar. Hal tersebut sangat wajar. Selain karena plot yang sangat rapi dan bagus, karakter yang ada di kisahnya juga punya penokohan yang amat kuat.

Selain manga, anime, dan serial chibi (versi kecil dari sebuah karakter-red), Attack on Titan juga merilis versi live action. Akan tetapi, versi yang rilis pada 2015 lalu ini dicap sebagai kegagalan besar dan bikin penggemar kecewa berat.

Kekecewaan ini tentunya bukan tanpa alasan. Sebab, ada beberapa hal dalam versi live action yang dianggap sebagai biang keladi. Apa sajakah kegagalan tersebut?

5 Hal Paling Mengecewakan di Live Action Attack on Titan

Perbedaan Karakter Tiga Serangkai

Via Istimewa

Di Attack on Titan, Eren Jaeger sebagai tokoh utama dikisahkan bersahabat dengan Mikasa Ackerman dan Armin Arlert. Eren di versi live action dibintangi oleh Haruma Miura, sedangkan Mikasa oleh Kiko Mizuhara, dan Armin oleh Kanata Hongo.

Aktor dan aktris pemeran di atas bukanlah nama sembarangan. Sebut saja Haruma Miura yang dikenal sebagai bintang film ternama di Jepang.

Sayangnya, mereka justru tidak mampu membuat live action Attack on Titan terasa spesial. Memang semua bukan salah mereka. Sebab, segala aspek penokohan dari Eren, Armin, dan Mikasa terasa berbeda dengan karakter di manga dan anime.

Visualisasinya menjadi aspek terparah karena terasa beda. Hanya Mikasa yang paling mendekati dengan Mikasa yang kita kenal di anime atau manga. Sisanya terlampau sangat jauh! 

Armin dengan rambut pirangnya diperankan oleh aktor berambut hitam legam. Eren pun demikian, diperparah dengan sorot matanya yang tidak mencerminkan tekad dan kegigihan. Eren di live action cenderung penakut, payah, dan mudah ditaklukan.

Sosok Mikasa yang sering disebut yandere, protektif, serta siap membantu kapan saja dan di mana saja juga tidak kalah mengecewakan. Mikasa yang sangat menyayangi Eren digantikan dengan sosok yang cenderung membenci Eren. Hal ini tentu menghancurkan citra Mikasa yang selama ini lekat dengan penggemar. Duh, fatal banget!

Sosok Levi yang HILANG!

Shikishima Yeager menggantikan peran Levi di live action Attack on Titan.
Shikishima Yeager menggantikan peran Levi di live action Attack on Titan. Via Istimewa.

Kesalahan fatal masih terus berlanjut. Sosok Levi Ackerman yang dicintai penggemar dihilangkan dan digantikan oleh karakter bernama Shikishima. Hal ini tentu menjadi kesalahan yang amat sangat fatal karena sosok Levi di Attack on Titan begitu populer dan bahkan secara debatable lebih populer ketimbang Eren.

Karakter Shikishima di versi live action juga “enggak banget”! Meski digambarkan sebagai prajurit yang kuat seperti Levi, sosoknya yang merebut Mikasa dari Eren serta tidak memiliki tujuan jelas membuat penggemar merasa geram dengan kehadirannya.

Karakter dari Shikishima dan Mikasa ini pun seolah bersatu untuk menghancurkan Eren. Hal ini jauh berbeda dengan karakter Levi dan Mikasa di anime yang terus mendukung dan membantu Eren untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi.

Plot yang Dipaksakan

Mikasa di live action Attack on Titan.
Mikasa di live action Attack on Titan. Via Istimewa.

Seperti hadirnya Shikishima yang terasa dipaksakan, ada beberapa adegan yang dirasa nggak nyambung banget. Kita ambil contoh saat Eren dikurung oleh Shikishima di suatu ruangan. Beberapa adegan dan plot pun dirasa kurang digodok dengan sempurna.

Pada versi live action, Mikasa dibuat “tewas” akibat Titan pada awal film sehingga membuat Eren bertekad untuk mencarinya. Lalu seolah-olah Mikasa kembali hadir di pertengahan dan mulai membenci Eren. Yap, kematian Mikasa dibuat menggantikan kematian Ibu Eren oleh Titan yang menjadi plot aslinya.

Akibatnya, feel pada plot dan narasi menjadi kurang sampai di hati penggemar. Padahal, kematian ibunya adalah pemicu motivasi dan tekad Eren. Pertanyaannya, kenapa harus dihapus dan digantikan, ya? 

Adegan Syur yang Datang Entah dari Mana

"Baka!!".
“Baka!!”. Via Istimewa.

Salah satu hal lain yang kesannya amat sangat dipaksakan adalah hadirnya adegan dewasa. Adegan tersebut dirasa konyol dan aneh. Bagaimana tidak, saat Eren terperangkap di sebuah bangunan, tiba-tiba karakter orisinal bernama Hiana yang sedang bersamanya secara tiba-tiba mengajaknya untuk berhubungan intim!

Penggemar Attack on Titan pastinya tahu adegan tersebut tak (akan) pernah eksis! Bahkan, romansa yang terbuat di anime dibuat “setengah hati” karena mayoritas berakhir dengan tragis.

Romansa yang dihadirkan di anime justru terlihat ringan dan menggemaskan, berbanding terbalik dengan di live action yang sangat terasa dipaksakan. Sedang sembunyi dari Titan, kok tiba-tiba diajak berhubungan?

*Spoiler alert: Enggak butuh waktu lama, kisah asmara Eren dan Hiana juga berakhir tragis. 

Visual yang Kurang Pas!

Hanya Colossal Titan yang tampak "cerah" di live action Attack on Titan.
Hanya Colossal Titan yang tampak “cerah” di live action Attack on Titan. Via Istimewa.

Jika di anime kita disajikan visualisasi yang sangat indah, serta tone warna yang warm, di live action kita dipaksa puas hanya dengan suasana yang suram dan gelap.

Selain itu, pemilihan tema visual ala cyberpunk juga terasa kurang pas. Sebab, di versi live action kita bisa melihat kendaraan atau teknologi modern seperti helikopter atau truk. Beda jauh sama versi animanga yang secara teknologi masih kuno.

Mungkin buat sebagian orang, hal tersebut kembali ke masalah selera. Namun, masalahnya, visual di beberapa adegan terasa kurang maksimal. Contohnya di tiap adegan penyerangan Titan oleh para prajurit menggunakan 3D Maneuver Gear. Efek visualnya terasa kaku jika dibandingkan dengan anime.

Hal ini sebenarnya sempat menjadi keraguan para penggemar saat mendapatkan kabar akan adanya live action. Nyatanya, memang sangat sulit untuk mendapatkan adegan yang sinematik seperti film Hollywood.

***

Nah, itulah lima alasan banyak penggemar yang kecewa dengan hadirnya live action Attack on Titan. Meski demikian, ada beberapa aspek yang bisa diambil sisi positifnya akting dari para aktor dinilai sudah cukup bagus jika menyesuaikan dari arahan sutradara film. 

Bagaimana menurut kalian? Masih ada alasan yang lebih mengecewakan? Coba tuliskan di kolom komentar ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.