– Sebagai tim kuat, Alter Ego selalu dirundung masalah performa sebelum akhirnya bisa juara MPL Invitational.
– Untuk itulah artikel ini akan membahas apa saja pelajaran yang bisa diambil mereka untuk jadi yang terbaik.
Saat ini, Alter Ego memang pantas dinobatkan sebagai tim terkuat se-Asia Tenggara. Pasalnya, baru-baru ini mereka berhasil menjadi juara di ajang MPL Invitational 2020 setelah menjadi runner-up MPL Season 6 Indonesia.
Dengan prestasi ini, nama Alter Ego pun semakin mantap di kancah internasional. Sayangnya, dari penampilan mereka selama ini masih banyak kekurangan yang butuh diperbaiki.
Demi meningkatkan kualitas performa, KINCIR akan mencoba membahas sedikit soal kekurangan dari tim Alter Ego. Tujuannya adalah agar mereka semakin kuat dan mampu menjadi juara di ajang-ajang berikutnya, termasuk M2 dan MPL Season 7.
Soalnya, ada banyak celah yang cukup riskan kalau tidak juga diperbaiki. Mungkin, beberapa dari kalian juga menyadari hal yang sama. Penggemar Alter Ego wajib baca pembahasannya di bawah ini!
Atasi Inkonsistensi Jadi Kunci
Melihat penampilan mereka di ajang MPL Season 6 kemarin, Alter Ego merupakan salah satu tim yang paling inkonsisten. Pasalnya, selama delapan minggu Regular Season tim ini mengalami naik-turun performa. Hal ini yang membuat mereka beberapa kali dikalahkan oleh tim yang tidak diunggulkan. Padahal, kualitas individu dari tim ini sangat mumpuni untuk terus melaju menang menjadi pemimpin klasemen.
Sayangnya, Alter Ego terlihat moody di tiap minggunya. Maka dari itu, performa mereka pun lebih fluktuatif ketimbang tim yang lain. Justru hal tersebut memperlihatkan bahwa Alter Ego memiliki kekurangan yang cukup krusial. Padahal, dengan kekuatan yang sekarang mereka seharusnya bisa lebih maksimal ketika harus bertanding dengan tim-tim kuat seperti RRQ Hoshi dan EVOS Legends.
Contohnya, pada week perdana MPL Season 6, Alter Ego mengawali pekan dengan satu kali kekalahan atas Bigetron Alpha dan mendapatkan satu kemenangan dari Geek Fam. Padahal, mereka bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dari itu. Akan tetapi, sepertinya masih ada masalah internal yang harus dibenahi oleh manajemen.
Celiboy Butuh Main Bebas Demi Peningkatan Performa
Sang CEO, Delwyn Sukamto, mengakui bahwa di dalam tubuh Alter Ego tidak bisa ada satu pihak yang menjadi vokal. Artinya, setiap individu di dalam tim harus berbaur dan saling mengingatkan satu sama lain. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku terhadap Celiboy. Pasalnya, kalian bisa tonton semua mic check Alter Ego, Celiboy punya suara minor di dalam tim.
Bahkan, Celiboy lebih sering diarahkan oleh rekan timnya. Hal ini bisa mempengaruhi performanya, karena tidak bisa bermain dengan gaya yang membuatnya mampu memaksimalkan permainan. Jadi, gameplay pemain berjuluk “the miracle boy” ini tertahan karena tidak punya kendali atas permainan yang dimainkan.
Bayangkan kalau pemain sekaliber Celiboy bisa vokal di dalam tim dan diikuti oleh rekan tim yang lain. Bisa jadi, kemampuannya jauh berkembang daripada yang sudah dimilikinya sekarang. Apalagi dirinya seorang Carry yang harus punya sikap ketika di dalam pertandingan. Bukan hanya mendengarkan arahan dari rekan tim.
Berbicara soal komunikasi, tiap individu kecuali Celiboy bisa mengutarakan pendapat untuk menentukan keputusan. Hal ini akan membuat sinergi tim tidak imbang. Selalu ada satu pemain yang harus bergerak tidak sesuai dengan kemauan hatinya dan pemain tersebut adalah Celiboy.
Padahal, menurut KINCIR Celiboy punya kapasitas untuk didengar dan sesekali memberikan arahan kepada rekan timnya meskipun memiliki usia paling muda di antara yang lain.
Alter Ego Hanya Butuh Satu Suara untuk Memimpin
Masih berkesinambungan dengan poin sebelumnya. Kekurangan Alter Ego adalah semua orang di dalam tim memberikan arahan. Lagi-lagi, hal ini bisa membuat strategi tim memiliki kerancuan. Pasalnya, saat ini Alter Ego memang butuh satu suara saja. Entah itu Udil atau LeoMurphy sebagai senior di dalam tim yang telah mengetahui seluk-beluk tiap individu di dalam tim.
Akan tetapi, ketika pertandingan berlangsung, komando bisa muncul dari siapa saja. Tentu akan ada kebingungan dan bisa mengacaukan strategi yang telah disusun dengan rapih sebelum bertanding. Bayangkan jika di dalam tim Alter Ego punya satu pemain yang betul-betul dipercaya untuk mengambil keputusan. Sudah bisa dipastikan bahwa alur permainan Alter Ego lebih terarah.
Tidak kalah penting, sifat leader sangat dibutuhkan mengingat di dalam tubuh tim Alter Ego bukanlah pemain sembarangan. Ada Maungzy, Celiboy, Pai, Udil, LeoMurphy, hingga Celiboy yang punya kapasitas tersendiri. Jika satu di antara mereka dipilih menjadi leader in-game. Kekuatan Alter Ego bisa meningkat pesat karena tiap pemain punya arahan tersenidiri dan lebih fleksibel untuk melakukan eksperimen di dalam pertandingan.
Tidak hanya itu, dipilihnya satu leader bisa meminimalisasi kebingungan para pemain. Ketika semua berbicara mana yang baik, pasti aka nada miskomunikasi dan strategi jadi buyar. Untuk mencegah hal tersebut, sepertinya mereka memang harus menentukan siapa yang harus paling vokal ketika bertanding.
Kurang-kurangi Taunting
Sifat taunting memang banyak dilakukan oleh para tim profesional, termasuk Alter Ego. Secara hiburan, hal tersebut bisa meningkatkan euforia karena aksi-aksi tersebut sebenarnya memang keren. Akan tetapi, sifat tersebut mencerminkan bahwa tim Alter Ego kurang dewasa ketika harus bertanding di rahan profesional.
Pasalnya, sebelum adanya Udil LeoMurphy memang sudah terkenal dengan aksi recall yang sering diramaikan oleh para caster dengan “tas tas tas tas”. Padahal, sehebat-hebatnya Alter Ego mereka belum menjadi tim paling kuat yang tidak pernah kalah. Mereka juga mengalami kekalahan bahkan pernah telak.
Kemungkinan, jika sudah tidak ada lagi yang bisa mengalahkan Alter Ego sah-sah saja jika mereka melakukan taunting. Untuk saat ini, masih banyak yang mereka harus benahi untuk sampai pada puncak tertinggi di karier profesional. Mengingat mereka juga sering mengalami performa yang naik-turun. Tidak jarang juga sudah melakukan aksi taunting dan kalah.
Mungkin, hal tersebut bisa menyerang mental musuh. Akan tetapi banyak yang tidak terpengaruh dan menganggap hinaan seperti itu hanya hal “receh”. Malah seringkali kita melihat ketika LeoMurphy melakukan aksi taunting, justru jadi terculik dan mengorbankan rekan timnya yang lain.
Kalau saja punggawa Alter Ego bisa lebih dewasa dalam menentukan sikap di dalam pertandingan, mereka akan sangat kuat. Secara mental mereka bisa jadi tak tertandingi dan pastinya akan mempengaruhi performa di dalam pertandingan.
Lebih Perhitungan saat Eksekusi
Poin terakhir yang paling kentara ketika melihat Alter Ego bertanding adalah seringnya team fight tanpa perhitungan yang matang. Lagi-lagi penyebabnya adalah LeoMurphy yang ketika open map terlalu maju dan akhirnya tercidup.
Sialnya, rekan tim lain yang melihat LeoMurphy dikeroyok langsung ikut masuk ke dalam pertempuran tanpa memperhitungkan kekuatan. Alhasil, seringkali korban jatuh lebih dari satu dan tentunya hal tersebut sangat merugikan tim. Secara garis besar, Alter Ego sering melakukan team fight dadakan. Kalau rekan tim sedang berkumpul dalam satu area mungkin bisa mempermudah, tapi kondisinya berbeda.
Hal ini diakui oleh Celiboy ketika melangsungkan podcast bersama dengan sang CEO, yaitu Delwyn Sukamto. Sang Carry menyatakan bahwa, mereka memang sering terburu-buru untuk mengakhiri pertandingan dan hal tersebut sangat tidak dianjurkan oleh sang pelatih.
"Di scrim pun kita udah diwanti-wanti untuk tidak buru-buru mengakhiri pertandingan. Akhirnya kita jadi tidak punya perhitungan yang tepat kalau mau end game," ujar Celiboy.
Alter Ego sering melakukan team fight tanpa jumlah pemain yang pas. Terkadang ada yang sedang asyik farming di jalur yang jauh dari lokasi pertempuran. Kurangnya personil pasti akan berpengaruh terhadap kualitas pertempuran. Dari jumlah sudah kalah dan pastinya akan membawa kerugian besar untuk tim.
Akan tetapi perlu dicatat hal tersebut tidak melulu mereka lakukan. Kemenangan yang pernah didapat adalah hasil dari kekompakan tim. Kalau saja mereka bisa lebih konsisten dalam menentukan timing teamfight, pasti hasilnya sangat bisa diprediksi oleh tiap individu di dalam tim.
***
Dari pertandingan yang pernah dijalani oleh Alter Ego, KINCIR menemukan lima hal tersebut. Mengingat sebentar lagi ada kejuaraan M2 Worlds Championship dan setelahnya ada MPL Season 7, sepertinya mereka harus membenahi hal tersebut agar menjadi tim tak terkalahkan. Pasalnya, saat ini Alter Ego sudah kuat secara individu maupun tim dan bisa jadi lebih kuat kalau setiap aspek di dalam tim berjalan harmonis.
Menurut kalian, apa saja yang harus dibenahi Alter Ego agar menjadi tim terkuat di skena kompetitif Mobile Legends? Silakan tulis jawaban kalian di kolom komentar, ya! Jangan lupa untuk terus pantau KINCIR agar kalian tidak ketinggalan berita terbaru seputar esports dan game lainnya.