5 Profesi Pilihan Untuk Atlet Esports Selepas Pensiun!

Usia produktif dari atlet esports bisa dibilang tidak cukup panjang. Apalagi untuk game-game esports yang populer di Indonesia, kebanyakan atlet esports biasanya memasuki usia pensiun ketika umur mereka menginjak 25 hingga 28 tahun.

Dengan semakin meningkatnya popularitas esports di Indonesia, membuat anak-anak muda terutama yang masih berada di bangku sekolah, termotivasi untuk mengikuti jejak idola mereka. Meningkatnya peminat sebagai atlet esports, membuat persaingan di dunia kompetitif esports Indonesia semakin ketat.

Banyak yang mengatakan, semakin muda usia seseorang maka semakin ideal untuk menjadi atlet esports. Usia yang lebih muda biasanya memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dan refleks yang lebih cekatan. Faktor itulah yang membuat banyak tim esports cenderung memilih atlet yang lebih muda.

Dari segi mental, atlet esports juga cenderung lebih mudah mengalami burnt out. Jadwal latihan yang padat tiap harinya mengharuskan mereka menghabiskan puluhan hingga ratusan jam per minggu di depan layer komputer atau smartphone.

Dengan singkatnya usia produktif dari atlet esports, banyak dari mereka yang harus menentukan pilihan karier selanjutnya, selepas menjadi seorang atlet. Terdapat berbagai macam pilihan karier yang dapat dipilih oleh atlet esports setelah pension.

Profesi tersebut tentunya masih berkaitan dengan dunia esports, yang telah mereka geluti. Namun ada juga beberapa profesi di luar dunia esports, yang juga bisa menjadi pilihan karier berikutnya untuk mereka.

5 jenjang karier bagi atlet esports setelah pensiun

1. Streamer/Youtuber

Ninja adalah mantan pro player yang jauh lebih sukses sebagai seorang streamer.
Ninja adalah mantan pro player yang jauh lebih sukses sebagai seorang streamer. Via Istimewa.

Ini mungkin menjadi profesi yang paling lazim dipilih oleh pensiunan atlet esports. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang memilih menjadi streamer atau Youtuber walaupun mereka masih berada di usia produktif sebagai seorang atlet.

Faktor finansial ditaksir menjadi alasan bagi mereka untuk menjadi seorang streamer atau Youtuber. Tidak dapat dimungkiri, penghasilan yang didapat dari platform streaming atau Youtube, bisa dibilang jauh lebih besar ketimbang penghasilan mereka ketika menjadi seorang atlet.

Sudah ada beberapa contoh atlet esports, yang lebih memilih untuk menjadi streamer ketika berada di usia emas. Ninja dan Tfue, merupakan contoh yang paling lekat di telinga orang-orang. Sedangkan dari kancah esports lokal JessNoLimit memutuskan untuk pensiun menjadi pro player dan memilih menjadi seorang konten kreator di Youtube.

2. Caster

Menjadi seorang caster, bisa menjadi alternatif karier bagi mantan atlet esports.
Menjadi seorang caster, bisa menjadi alternatif karier bagi mantan atlet esports. Via Istimewa.

Meningkatnya kepopuleran dari esports belakangan ini, tidak lepas dari peran para caster yang berhasil membawakan suasana dari tiap pertandingan yang dimainkan menjadi lebih menegangkan.

Mereka memiliki peran yang sama dengan komentator di pertandingan sepak bola. Tugas dari para caster adalah memandu jalannya pertandingan dan memberikan berbagai insights kepada para penonton.

Profesi ini juga seringkali menjadi pilihan bagi mantan atlet esports selepas pensiun. Biasanya pro player dengan kemampuan berbicara di depan public yang bagus sangat cocok untuk menjadi caster.

3. Pelatih

Tidak hanya di olahraga konvensional, menjadi pelatih adalah profesi yang cukup lazim dijalani oleh mantan atlet di dunia esports.
Tidak hanya di olahraga konvensional, menjadi pelatih adalah profesi yang cukup lazim dijalani oleh mantan atlet di dunia esports. Via Istimewa.

Seperti halnya olahraga lainnya sosok pelatih juga dibutuhkan dalam cabang olahraga esports. Meskipun mereka tidak terjun langsung ke lapangan, namun masukan serta saran dari mereka sangat penting bagi atlet esports dalam mengarungi sebuah turnamen.

Berbekal pengalaman yang luas banyak atlet esports yang menjadikan profesi pelatih sebagai pelabuhan baru mereka. Pengalaman yang mereka miliki tentunya menjadi modal berharga yang harus dimiliki oleh setiap tim esports untuk membimbing atlet yang dari tim tersebut.

4. Owner tim Esports

Nadeshot adalah salah satu contoh mantan pro player Call of Duty yang kini memiliki tim esports sendiri.
Nadeshot adalah salah satu contoh mantan pro player Call of Duty yang kini memiliki tim esports sendiri. Via Istimewa.

Profesi ini mungkin tidak bisa ditempuh oleh sebagian besar atlet esports. Soalnya tidak hanya membutuhkan kemampuan manajemen yang bagus, memiliki sebuah tim esports juga harus punya modal finansial yang kuat.

Hal itulah yang membuat hanya sedikit dari atlet esports yang mampu memiliki sebuah tim sendiri. Biasanya hanya atlet berprestasi dan memiliki nama besar yang mampu melakukan hal ini.

Dari kancah esports internasional nama Nadeshot mungkin menjadi contoh paling sahih yang bisa ditemukan. Mantan atlet esports Call of Duty ini merupakan pemilik dari tim esports 100 Thieves.

Berbekal uang yang ia dapatkan selama bermain secara profesional dan koneksi yang ia miliki dengan figur-figur penting di dunia esports, ia berhasil mendirikan tim 100 Thieves pada tahun 2016.

5. Bisnis Merchandise

Berawal dari kumpulan pro player dan konten kreator, Faze Clan kini memiliki sebuah clothing brand terkemuka.
Berawal dari kumpulan pro player dan konten kreator, Faze Clan kini memiliki sebuah clothing brand terkemuka. Via Istimewa.

Profesi ini juga cukup umum dijalani oleh atlet esports. Berbisnis merchandise, bisa dibilang merupakan cara paling lazim yang sering ditempuh oleh atlet esports. Bahkan profesi ini bisa dilakukan secara paralel, ketika mereka masih aktif bermain.

Menjadi seorang atlet esports tentunya memiliki potensi untuk menyaring banyak penggemar. Hal tersebut bisa dimanfaatkan oleh para atlet esports untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Cara yang paling umum dilakukan adalah membuka bisnis merchandise; seperti kaos, celana, atau topi.

***

Itulah beberapa profesi yang sering ditekuni oleh atlet esports selepas pensiun. Meskipun usia produktif atlet esports terbilang singkat, namun bukan berarti peluang karier mereka tertutup. Masih banyak potensi yang bisa mereka kembangkan, walaupun tidak lagi menjadi seorang atlet.

Jangan lupa untuk terus kunjungi KINCIR, untuk mendapatkan informasi terbaru seputar video game, esports, dan film terbaru.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.