Review game ini ditulis setelah memainkan FIFA 23 untuk versi Playstation 5, Xbox Series X|S, dan PC, sehingga enggak bisa jadi acuan untuk versi Playstation 4 dan Xbox One. Terdapat beberapa fitur yang dibahas dalam artikel ini, yang hanya terdapat untuk versi Playstation 5, Xbox Series X|S, dan PC.
Akhir September mungkin menjadi salah satu momen yang pecinta game sepak bola selalu tunggu-tunggu setiap tahunnya. Hal tersebut terjadi lantaran EA Sports biasanya merilis game FIFA terbaru pada periode tersebut. Tahun ini mereka meluncurkan FIFA 23, yang akan jadi edisi terakhir mereka menggunakan nama FIFA.
Pasalnya mulai tahun depan, EA Sports enggak akan lagi bekerja sama dengan induk federasi sepak bola dunia tersebut. Mereka memilih untuk enggak melanjutkan kerja sama dengan FIFA, dan akan membuat game sepak bola sendiri dengan nama EA Sports FC.
Makanya menarik untuk kita tunggu bagaimana langkah yang EA Sports ambil, ketika mereka membuat game FIFA 23. Banyak penggemar yang berharap jika mereka akan memberikan banyak inovasi baru, mengingat ini adalah edisi terakhir menggunakan nama FIFA.
Mampukah FIFA 23 menjawab ekspektasi tinggi penggemar yang sudah menanti hadirnya game ini? Simak ulasan lengkap KINCIR dalam artikel berikut ini!
Review game FIFA 23
Gameplay lebih lambat, membuat main bola jadi menggunakan otak
Setelah memainkan game ini selama hampir dua minggu penuh, satu hal yang paling saya rasakan adalah gameplay yang jadi jauh lebih lambat ketimbang edisi sebelumnya. Hal ini tentunya membuat pemain enggak bisa lagi nge-abuse pemain berkecepatan tinggi yang modal lari doang.
Kini pemain bertubuh besar dan lambat, menjadi lebih berguna ketimbang edisi sebelumnya. Fitur AcceleRATE yang baru hadir dalam game ini, membuat pemain bertubuh besar kini bisa mengimbangi pemain bertubuh kecil ketika adu lari.
Fitur tersebut memberikan tiga jenis cara berlari yang berbeda, yang EA Sports implementasikan dalam game ini. Pemain bertubuh besar yang memiliki tipe berlari “Lengthy”, kini bisa mengimbangi pemain bertubuh kecil yang bertipe “Explosive” maupun “Controlled” terutama ketika beradu sprint dalam jarak jauh.
Gameplay yang lebih lambat, membuat META dalam game ini berubah total ketimbang game sebelumnya. Sebab pada edisi sebelumnya, pace, dribbling, dan skill moves menjadi sebuah META yang harus kamu kuasai jika ingin menang dalam pertandingan kompetitif alias online.
Kini setiap orang harus “berpikir” untuk bisa menembus pertahanan musuh. Setiap operan yang kamu lakukan, harus memiliki makna dalam membangun serangan dengan tujuan untuk bisa mencetak gol. Permainan menjadi jauh lebih menyenangkan dan lebih indah, ketimbang edisi sebelumnya.
Kini kita benar-benar diajak untuk bermain sepak bola, bukan menghapalkan tombol untuk mengeluarkan kombinasi skill moves seperti kamu main Tekken atau Street Fighter hanya untuk meraih kemenangan semata.
Sebagai seorang pemain yang dari dulu selalu suka menggunakan pemain-pemain berbadan besar seperti Harry Kane atau Robert Lewandowski, perubahan ini tentunya berdampak positif bagi pengalaman bermain saya. Kini saya bisa menggunakan pemain-pemain tersebut, tanpa harus mendapatkan kerugian lantaran mereka enggak termasuk sebagai pemain yang META.
Memang harus saya akui, kini pemain-pemain berbadan kecil dan lincah mendapatkan nerf yang agak kelewat batas. Makanya enggak heran jika nanti EA Sports akan mengeluarkan patch besar yang membuat gameplay kembali seperti edisi sebelumnya, lantaran mereka memiliki reputasi dalam merubah gameplay secara drastis apabila mendapatkan protes dari banyak pemain profesional,
Terlebih kini sudah banyak pemain esports profesional yang merengek di sosial media lantaran mereka enggak bisa lagi nge-abuse dribbling dan skill moves seperti game sebelumnya. Jadi, gameplay yang lebih lambat ini mungkin enggak akan bertahan lama dan akan di-patch oleh EA Sports.
Fitur power shot jadi cara baru melakukan tendangan jarak jauh
Selain gameplay yang jauh lebih lambat, salah satu perubahan besar dalam hal gameplay yang saya temukan adalah kehadiran fitur power shot. Fitur tersebut memungkinkan kamu untuk menendang bola dengan kekuatan yang jauh lebih besar, ketimbang tendangan biasa.
Hal tersebut membuat gol-gol yang kamu buat menjadi lebih bervariasi, lantaran kini kamu benar-benar bisa menendang bola dengan kekuatan penuh. Jika power shot berhasil tereksekusi dengan baik, maka gol yang kamu cetak bisa terlihat lebih indah.
Namun fitur tersebut bukan hadir tanpa konsekuensi. Untuk bisa mengeksekusi fitur tersebut dengan sempurna, kamu butuh waktu dan ruang yang jauh lebih besar. Animasi untuk mengeluarkan power shot juga berbeda dan jauh lebih lambat ketimbang tendangan biasa.
Hal tersebut membuat pemain lawan bisa merebut bola dengan mudah, saat kamu sedang mengisi “meteran” ketika melakukan tendangan. Makanya pastikan enggak ada pemain musuh yang berada di dekatmu, saat kamu ingin melakukan power shot.
Selain butuh waktu lebih lama dan ruang yang lebih luas, tingkat akurasi tendangan ini juga sedikit berbeda. Untuk bisa melepaskan tendangan ini dengan tepat sasaran, kamu harus mengarahkan tendanganmu dengan jauh lebih akurat.
Berulang kali tendangan power shot yang saya coba untuk lakukan, malah nyasar atau melebar jauh dari tiang gawang. Fitur tersebut membutuhkan keahlian akurasi yang lebih, supaya bisa tereksekusi dengan tepat.
Tendangan bebas dan tendangan pojok dengan sistem baru
Satu hal tambahan yang juga saya temukan sangat berbeda ketimbang game sebelumnya adalah mekanik dalam mengambil tendangan bebas dan tendangan pojok. EA Sports memang sudah memiliki tradisi untuk mengubah cara mengambil tendangan set piece setelah beberapa tahun berselang.
Melalui sitem yang baru ini, kamu memiliki kontrol yang lebih banyak saat mengambil set piece. Kini kamu menentukan mana titik pada bola yang akan sang pemain tendang, saat ia mengambil tendangan bebas atau tendangan pojok. Setiap titik akan memberikan efek tendangan yang berbeda, yang bisa kamu gunakan untuk mengoper jarak jauh atau menembaknya langsung ke gawang.
Meskipun sudah memainkan game ini selama hampir dua minggu penuh, saya masih belum terlalu menyukai sistem tendangan bebas yang baru ini. Mungkin ini hal ini terjadi lantaran saya masih belum terbiasa dengan sistem tendangan yang baru.
Sebagai orang yang cukup sering mencetak gol lewat tendangan bebas dengan menggunakan sistem tendangan sebelumnya, saya baru berhasil mencetak satu gol lewat tendangan bebas dalam rentang waktu hampir dua minggu ini.
Makanya opini saya terkait hal ini pasti akan berubah, seiring dengan berjalannya waktu. Ketika saya sudah terbiasa dengan sistem ini, pada akhirnya saya juga pasti akan menyukainya. Namun ketika artikel ini saya buat, saya masih merasa jika EA Sports mengubah sistem tendangan bebas just for the sake of it.
Tampilan visual yang masih belum ada tandingan
Berbicara soal atmosfer pertandingan, nampaknya masih belum ada game sepak bola yang bisa mengalahkan EA Sports. Tampilan visual game ini sepintas enggak terlalu banyak berubah, lantaran memang edisi sebelumnya juga memiliki grafis yang ciamik.
Salah satu hal yang saya notice dari segi visual adalah physics rambut yang kini diterapkan untuk hampir semua pemain. EA Sports memperkenalkan physics untuk rambut pemain pada edisi sebelumnya, namun hanya untuk sebagian pemain saja.
Kini physics tersebut bisa kamu temukan hampir pada seluruh pemain yang terdapat dalam game ini. Physics tersebut membuat rambut pemain bisa bergerak saat sang pemain berlari atau bergerak.
Jadinya kini kamu bisa melihat pemain yang berambut gondrong, memiliki rambut yang bergerak-gerak ketika berlari. Rambut milik pemain yang berambut pendek juga terlihat bergerak, walaupun enggak sejelas pemain yang berambut panjang. Sebuah hal yang sepele memang, namun hal tersebut rasanya pantas untuk saya apresiasi.
Kemudian rumput di game ini juga terbilang jauh lebih hidup. Ketika kamu melakukan sliding tackle, maka sang pemain akan meninggalkan bekas di lapangan. Rumput yang terdapat dalam stadion akan terkikis dan berubah menjadi tanah, semakin sering daerah tersebut diinjak pemain atau saat pemain melakukan sliding tackle di daerah tersebut.
EA Sports juga menambahkan beberapa cutscene, yang akan mereka mainkan sebelum pertandingan-pertandingan besar. Kini kamu bisa melihat para supporter berkumpul di luar stadion sebelum pertandingan mulai, sambil menyanyikan yel-yel kebanggan klubnya.
Selain itu untuk beberapa stadion seperti Anfield milik Liverpool atau Metropolitano Stadium milik Atletico Madrid, EA Sports mempertahankan detail yang luar biasa. Jika kamu bermain di kedua stadion tersebut, kamu bisa melihat pemain sedang berbaris di lorong stadion seperti saat pertandingan sepak bola sungguhan.
Jadinya ada beberapa stadion yang enggak hanya sebatas menampilkan lapangan hijau saja, tetapi interior serta eksterior stadion juga muncul dalam game ini. Kembali lagi hal tersebut mungkin terlihat sepele, namun sayang rasanya jika enggak dibahas dalam review ini.
Manager Career Mode menjadi lebih hidup
Setelah membahas lengkap tentang gameplay dan juga grafis, kini saatnya KINCIR membedah beberapa mode permainan yang terdapat dalam game ini. Berhubung masih membahas soal cutscene, berbagai cutscene baru juga sudah EA Sports tambahkan dalam Manager Career Mode.
Kini kamu akan melihat pemain datang ke markas klub dan menjalani tes medis, setelah kamu membeli pemain dari klub lain. Sementara itu ketika terdapat pemain yang meninggalkan klub, kamu juga akan mendapatkan cutscene di mana karakter manager kamu sedang mengantar sang pemain keluar markas klub.
Hal tersebut adalah hal yang sudah saya idam-idamkan sejak lama. Meskipun hanya ketambahan cutscene semata, hal tersebut bisa membuat suasana saat bermain mode ini jadi lebih hidup. Hal ini jelas merupakan improvement yang bagus, ketimbang edisi sebelumnya yang hanya menampilkan GIF singkat saat kamu mendatangkan pemain baru.
Selain itu kini kamu bisa menggunakan manager sungguhan sebagai karakter kamu saat memainkan mode ini. Artinya kamu bisa menggunakan Jurgen Klopp saat melatih Liverpool, atau Pep Guardiola saat melatih Manchester City.
Manager sungguhan tersebut juga bisa kamu gunakan untuk melatih klub lain. Misalnya Steven Gerrard yang kini melatih Aston Villa, bisa kamu gunakan untuk melatih Liverpool ataupun seluruh klub lain yang terdapat dalam game ini.
Satu-satunya hal baru yang terbilang cukup masif dalam mode ini adalah fitur highlights. Kini kamu enggak perlu memainkan satu pertandingan secara penuh, lantaran game ini sudah memilihkan beberapa highlights yang kiranya bisa kamu mainkan.
Misalnya ketika ada tendangan bebas atau tendangan penalti, kamu bisa terjun langsung untuk menendang tendangan tersebut tanpa harus memainkan pertandingan secara penuh. Atau kamu juga bisa mengambil kendali, hanya ketika ada peluang berharga yang terjadi di lapangan.
Fitur tersebut sebenarnya sudah ada dalam game Madden NFL, yang juga EA Sports terbitkan. Makanya enggak heran jika pada akhirnya fitur tersebut akhirnya mampir ke dalam game FIFA.
Bagi sebagian orang, hanya ketambahan tiga fitur tersebut memang terbilang mengecewakan. Dari segi mekanik permainan, Manager Career Mode terbilang masih sama persis dengan edisi sebelumnya. Namun bagi saya pribadi, tiga fitur tersebut sudah memuaskan hasrat saya saat mencoba mode tersebut.
Perombakan besar di FIFA Ultimate Team
Mode ini mungkin adalah mode yang mungkin paling ditunggu oleh sebagian besar pemain FIFA. Meskipun masih penuh akan mikrotransaksi dan unsur pay-to-win yang kental, fitur ini tetap saja menjadi favorit pemain.
Dari seluruh mode yang ada, FIFA Ultimate Team adalah mode yang mungkin mendapat perombakan terbesar. Perombakan yang besar bisa kamu temukan dari sistem chemistry, yang sudah identik dengan mode ini.
Kini pemain bisa terhubung satu sama lain tanpa adanya batasan garis yang sebelumnya terdapat dalam mode ini. Contohnya adalah jika dalam game sebelumnya, seorang kiper hanya bisa terhubung dengan bek tengah saja.
Kini seorang kiper bisa terhubung dengan seluruh pemain yang bermain, mulai dari penyerang, pemain tengah, hingga pemain bertahan. Sayangnya sistem yang terlihat bagus di atas kertas, nyatanya semakin membatasi pilihan pemain dari pemain.
Requirements untuk membuat pemain mendapatkan chemistry yang penuh, saya rasa menjadi semakin lebih sulit. Kini kamu setidaknya butuh lebih banyak pemain dari liga serta negara yang sama, supaya setiap pemain mendapatkan nilai chemistry maksimal.
Hal tersebut menurut saya justru mendorong pemain untuk cenderung menggunakan pemain yang berasal dari liga serta negara yang itu-itu saja, demi mendapatkan chemistry maksimal.
Secara konsep saya merasa jika sistem ini jauh lebih baik ketimbang sebelumnya, sayangnya eksekusi yang kurang tepat masih jadi kendala. Apabila EA Sports meringankan requirements supaya pemain bisa mendapatkan chemistry maksimal, perubahan ini baru saya rasa bisa berubah ke arah yang positif.
Tambahan fitur lainnya yang EA Sports hadirkan pada mode ini adalah FUT moments. Fitur tersebut berbentuk sejenis mini games yang harus kamu selesaikan, supaya bisa mendapatkan hadiah tambahan.
Untuk orang yang memiliki banyak waktu luang untuk memainkan game ini, kehadiran fitur ini bisa menjadi nilai positif. Hal tersebut karena fitur tersebut menghadirkan metode tambahan untuk nge-grind game ini untuk bisa mendapatkan koin atau melalukan gacha dengan harapan bisa dapat pemain bagus.
Namun bagi saya yang enggak punya waktu banyak buat bermain, kehadiran fitur ini rasanya akan saya abaikan saja. Dengan waktu bermain yang terbatas, tentunya saya ingin memainkan pertandingan secara penuh ketimbang hanya menyelesaikan mini games yang sebenarnya cukup singkat, namun berjumlah sangat banyak yang menurut saya malah jadi membosankan.
Tambahan fitur yang enggak ada gunanya di mode Player Career Mode
Jika berbicara soal Player Career Mode, EA Sports nampaknya masih jadi salah satu yang terbawah ketimbang game olahraga lainnya. Terlebih jika dibandingkan dengan NBA 2K23, fitur Player Career Mode dalam game ini sangat jauh tertinggal.
Faktor pertama yang menurut saya sangat kurang adalah tidak adanya jalan cerita ataupun cutscene berarti dalam mode ini. Fitur ini hanya memiliki satu cutscene di awal, dengan dialog yang juga sangat minim.
Setelah itu enggak ada lagi cutscene apapun yang terdapat dalam mode ini. Fitur ini juga enggak memiliki jalan cerita sama sekali. Secara singkat, kamu hanya akan menjadi seorang pemain yang bermain dalam sebuah tim sepak bola.
Enggak ada konflik apapun dalam mode ini, dan kamu hanya diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas seperti mencetak sekian gol dalam satu pertandingan atau mendapatkan nilai tertentu dalam pertandingan.
Hal tersebut pada akhirnya akan terasa sangat repetitif, yang akhirnya akan membuat kamu memainkan mode ini. Saya sendiri langsung merasa bosan setelah beberapa pertandingan saja, lantaran tugas yang harus saya lakukan juga begitu-begitu saja.
Kemudian juga masih banyak beberapa kesalahan mendasar, yang saya temukan saat memainkan mode ini. Salah satu yang paling parah adalah ketika karakter saya yang berposisi sebagai pemain depan, malah diminta untuk bermain sebagai bek kiri oleh pelatih.
Memang EA Sports mencoba untuk menambahkan beberapa hal baru, seperti personality maupun membeli beberapa hal untuk menghabiskan gaji yang kamu dapat. Namun hal tersebut juga enggak memiliki efek apapun selain menambahkan beberapa poin ekstra ke dalam atribut pemain kamu.
Kamu sebenarnya diberikan beberapa opsi yang sebenarnya cukup menarik, seperti misalnya membangun kolam renang di rumah atau membeli treadmill untuk meningkatkan atribut stamina. Tapi sayangnya enggak ada visualisasi dari hal tersebut.
Kamu enggak akan melihat rumahmu memiliki kolam renang atau treadmill, lha wong visualisasi rumahnya saja enggak ada. EA Sports hanya menampilkan gambar kolam renang dan treadmill saja, yang saya yakin mereka ambil dari situs stock image yang terdapat di internet.
Memang sih ada crossplay, tetapi terbatas banget!
Setelah menunggu sangat lama, akhirnya EA Sports mengimplementasikan fitur crossplay ke dalam game mereka. Fitur tersebut memungkinkan kamu bisa bermain melawan orang lain secara online, tanpa adanya batasan konsol.
Saya sendiri sangat bersyukur dengan kehadiran crossplay dalam game ini. Hal tersebut membuat opsi matchmaking menjadi lebih luas. Kini kamu bisa mendapatkan lawan dengan sangat cepat, tanpa harus menunggu lama.
Bahkan ketika saya bermain di waktu-waktu yang “enggak normal” seperti misalnya tengah malam, dini hari, dan bahkan ketika baru matahari terbit di saat weekend. Saya sama sekali enggak kesulitan mendapatkan lawan bermain.
Tiga paragraf tadi sering menyinggung kata “lawan”, karena memang opsi crossplay tersebut hanya memungkinkan kamu bermain “melawan” orang dari konsol lain. Opsi untuk bermain “bersama” orang lain dengan konsol berbeda masih belum bisa EA Sports implementasikan.
Artinya fitur crossplay ini hanya berlaku untuk mode 1v1 yang terdapat dalam game ini. Padahal banyak sekali mode seru yang game ini miliki, yang butuh kehadiran fitur crossplay ini.
Misalnya saja Pro Clubs, yang memungkinkan pertandingan berjalan 11v11. Kemudian juga terdapat Volta Football, yang memungkinkan bertanding 4v4. Fitur crossplay enggak terdapat dalam kedua mode tersebut. Padahal selama ini yang jadi kendala saya saat bermain bersama teman saya yang lain adalah teman-teman saya yang terpencar menggunakan konsol yang berbeda.
Alhasil fitur crossplay yang seharusnya mendekatkan yang jauh, malah enggak ada efeknya sama sekali. Well, setidaknya kini saya enggak harus menunggu waktu lama lagi untuk mendapatkan musuh saat bermain online seorang diri.
Secara keseluruhan, FIFA 23 masih akan tetap menjadi game sepak bola terbaik yang terdapat di pasaran pada saat ini. Terlebih dengan gagal totalnya eFootball 2023 buatan Konami, membuat FIFA 23 kini enggak memiliki saingan berarti dalam merebut pasar game sepak bola.
Gameplay dari FIFA 23 juga sangat terasa enjoyable, dan mudah untuk diterima untuk orang-orang yang mungkin enggak terlalu hobi bermain game sepak bola. Bahkan jika melihat dari kacamata orang yang telah main FIFA sejak kecil, saya bisa merasakan jika game ini sudah berada di “jalan yang benar”.
Namun yang saya rasakan malah EA Sports seperti setengah-setengah dalam menggarap game ini. Bagi saya mereka sudah memiliki konsep yang tepat, namun eksekusinya masih kurang maksimal seperti game-game olahraga EA Sports lainnya.
Jangan lupa buat terus kunjungi KINCIR buat menadapatkan review game maupun film terbaru lainnya ya!