Tahun 2022 merupakan tahun yang cukup penting dalam Formula 1, tidak hanya dalam dunia nyata tetapi juga dalam ranah video game. Rilisnya F1 22 juga menjadi pertanda dari pengaruh EA Sports dalam waralaba game balap jet darat ini.
Pada awal tahun 2021 yang lalu, EA Sports mengakuisisi Codemasters yang memiliki lisensi untuk membuat game Formula 1. Setelah proses akuisisi tersebut, EA Sports berhak untuk menjadi publisher dari game yang rilis setiap tahun ini.
Ini bukan pertama kalinya EA Sports memiliki lisensi untuk membuat game Formula 1. Perusahaan asal Amerika Serikat ini pernah memegang lisensi game ini pada tahun 2000 hingga 2003. Mereka menelurkan beberapa judul game seperti F1 2000, F1 2001, F1 2002, dan F1 Career Challenge.
Setelah sempat vakum beberapa tahun, game Formula 1 kembali muncul ke pasaran pada tahun 2009. Codemasters menjadi pemegang lisensi sejak tahun 2009, sebelum akhirnya EA Sports mengakuisisi mereka.
Seperti kebanyakan game olahraga lainnya, game ini memiliki versi current gen untuk Playstation 4, PC, dan Xbox One serta versi next gen untuk konsol Playstation 5 dan Xbox Series X|S. Untuk review kali ini, KINCIR menggunakan game F1 22 untuk versi Playstation 5 dan Xbox Series X|S.
Setelah kembali berada dalam kendali EA Sports, apakah nasib waralaba ini menjadi lebih baik? KINCIR akan mengulas semuanya dalam review kali ini.
Review Game F1 22
Gameplay yang berubah total seiring perkembangan Formula 1 di dunia nyata
Manajemen Formula 1 mengubah total bentuk mobil yang akan digunakan untuk balapan pada tahun ini. Mereka berharap perubahan tersebut mampu memberikan aksi overtaking yang lebih seru, dan memungkas jarak antara tim terbaik dan terburuk.
Menyikapi perubahan tersebut Codemaster tidak hanya mengubah tampilan mobil secara visual dengan mereplikasi bentuk mobil dalam dunia nyata, tetapi mereka juga mengubah sistem handling yang terdapat dalam game ini.
Jika kamu pernah memainkan game F1 2021, maka kamu harus membuang kebiasaan yang kamu bawa dari game tersebut. Mobil yang terdapat dalam game ini, memiliki sifat yang jauh berbeda ketimbang mobil dalam edisi sebelumnya.
Misalnya mobil dalam game ini cenderung memiliki karakteristik yang lebih understeer ketimbang dalam game sebelumnya. Hal ini merupakan akibat dari upaya Codemasters yang ingin mereplikasi mobil Formula 1 dalam dunia nyata, yang memang memiliki downforce lebih besar ketimbang sebelumnya.
Dengan downforce yang lebih besar, maka tentunya mobil menjadi lebih mudah untuk dikendalikan. Maka dari itu mobil dalam game ini bisa melibas kerb dengan sangat mudah. Hal tersebut bertolak belakang dengan mobil dalam game sebelumnya, yang sangat mudah untuk hilang kendali ketika menginjak kerb yang terdapat dalam sirkuit.
Meskipun kamu sudah pernah memainkan game Formula 1 sebelumnya, namun kamu tetap butuh waktu untuk melakukan penyesuaian sebelum bisa mendapatkan feel mengemudi yang seutuhnya.
Hal ini tentunya sangat bagus, dan memberikan kesan jika game ini sangat berbeda ketimbang game edisi sebelumnya. Sebuah hal yang jarang sekali kita jumpai dalam game olahraga yang harus menelurkan game baru setiap tahun.
Fitur Single Player yang minim akan perubahan
Sebagai sebuah game balap yang bergantung pada otentisitas, tentunya fitur Single Player memiliki peranan penting dalam game ini. Berperan sebagai seorang pembalap Formula 1 atau memiliki tim sendiri dan bertanding melawan tim-tim Formula 1 sungguhan adalah dua fitur yang diterapkan game ini.
Sayangnya, kedua hal tersebut sudah dapat kamu temukan dalam game Formula 1 sebelumnya. Tidak ada inovasi baru yang Codemasters atau EA Sports bawa ke dalam game ini.
Perubahan yang terdapat dalam fitur My Team hanyalah opsi untuk menentukan status tim kamu di awal permainan. Kamu bisa memilih sebagai newcomer, midfield challenger, atau championship contender. Setiap pilihan tersebut akan menentukan jumlah uang yang kamu miliki di awal, level dari tim kamu ketika mengawali musim, dan menentukan fasilitas yang kamu dapat.
Selebihnya tidak ada hal baru yang Codemasters terapkan ke dalam game ini. Bahkan fitur Driver Career yang memungkinkan kamu untuk balapan dalam salah satu tim Formula 1, terbilang sama persis dengan edisi game sebelumnya. Tidak ada improvement apapun, dan cenderung copy paste dari edisi sebelumnya.
Bahkan fitur Braking Point yang hadir dalam game tahun lalu, hilang tanpa jejak dalam game tahun ini. Padahal akhir dari kisah story mode tersebut terbilang sangat menggantung, dan punya potensi untuk dibuat sekuelnya.
Dengan minimnya fitur yang terdapat dalam game ini, tidak salah jika KINCIR memprediksi akan banyak pemain yang nantinya bakal berhenti memainkan game ini dalam beberapa bulan ke depan.
F1 Life: sebuah fitur yang tidak ada gunanya
Jika tidak ada perubahan dalam mode single player, kemudian muncul pertanyaan yang keluar dari benak penggemar game Formula 1. Apa yang mereka kerjakan selama ini?
Jawaban dari pertanyaan tersebut terjawab dalam F1 Life, sebuah fitur yang sampai saat ini saya masih tidak tahu apa manfaatnya selain untuk membawa sistem mikrotransaksi ke dalam game ini.
Nampaknya, mematok harga sekitar Rp1 juta masih belum cukup untuk EA Sports; mereka masih ingin mendapat uang lebih dari para pemainnya. Mereka menjual beberapa aksesoris seperti kaos, celana, sepatu, kaca mata, hingga topi untuk kamu pasang ke karakter kamu.
Tentu saja untuk membeli aksesoris tersebut, kamu harus mengeluarkan uang tambahan yang hanya bisa kamu dapat melalui mikrotransaksi. Namun yang membuat saya heran, seluruh aksesoris tersebut tidak ada gunanya selain untuk background gambar dalam menu utama.
Kamu tidak bisa berkeliling kota seperti layaknya NBA 2K22, atau menggunakan aksesoris tersebut untuk bermain. TIDAK! Karakter yang kamu miliki hanya berfungsi sebagai pemains dalam menu utama, lengkap dengan benda-benda lain seperti sofa, lampu, atau karpet yang juga EA Sports jual melalui mikrotransaksi.
Mau nyetir Supercars? Mending main Forza atau Gran Turismo aja!
Fitur supercars yang awalnya saya lihat sebagai penyelamat dari F1 Life ini, juga sangat mengecewakan. Pertama, pilihan mobil yang sangat sedikit. Kamu hanya bisa memilih mobil dari pabrikan yang turut serta dalam balapan Formula 1 seperti Ferrari, Mercedes, McLaren, atau Aston Martin. Itupun juga dengan pilihan mobil yang terbatas. Pabrikan lain seperti Lamborghini, Porsche, atau Audi tidak terdapat dalam game ini.
Kedua, kamu bahkan tidak bisa balapan menggunakan supercars tersebut. Betul sekali, supercars yang terdapat dalam game ini tidak bisa kamu gunakan untuk balapan. Kamu hanya bisa mengemudikan supercars tersebut dalam mini games, yang durasinya paling lama hanya sekitar 2 sampai 3 menit tiap sesi.
Dari awal memang saya tidak bisa melihat korelasi antara Formula 1 dan supercars. Ekspektasi orang-orang ketika membeli game ini adalah menjadi seorang Max Verstappen atau Lewis Hamilton, yang mampu mengemudikan mobil balap dengan teknologi paling canggih yang ada di dunia ini. Bukan untuk mengemudikan supercars, yang kelasnya jauh di bawah mobil Formula 1.
Nampaknya upaya dari Codemasters untuk menyaingi Forza ataupun Gran Turismo, terbilang gagal total. Alasan yang sangat simpel, dalam kedua game tersebut kamu bisa balapan menggunakan supercars. Sebuah hal yang tidak akan kamu temukan dalam game ini.
Membawa nuansa balapan Formula 1 seperti dunia nyata, dengan beberapa kekurangan
Seperti yang sudah KINCIR singgung sebelumnya, game olahraga memang menjual unsur otentisitas. Dalam game ini mereka menawarkan rasanya menjadi seorang pembalap Formula 1 dengan bermodal konsol saja.
Maka dari itu mereka mencoba untuk mereplikasi seluruh elemen dalam Formula 1, ke dalam game buatan mereka ini. Misalnya saja game ini memiliki fitur sprint race, yang baru Manajemen Formula 1 perkenalkan tahun lalu pada dunia nyata.
Kemudian sirkuit yang terdapat dalam game ini juga sangat lengkap, dan terbilang up to date. Misalnya saja sirkuit Miami International Autodrome, yang baru tahun ini masuk ke dalam kalender Formula 1 sudah bisa langsung kamu mainkan sejak hari pertama game ini rilis.
Kemudian beberapa update dalam sirkuit-sirkuit yang telah ada sebelumnya juga terdapat dalam game ini. Misalnya saja Circuit de Barcelona-Catalunya, Yas Marina Circuit dan Albert Park, yang memiliki perubahan signifikan dalam dunia nyata tereplikasi dengan baik dalam game ini.
Namun tetap saja Codemasters dan EA Sports masih luput dalam beberapa hal yang saya rasa cukup vital, dan memiliki pengaruh besar dalam pengalaman bermain. Misalnya saja tidak adanya periode Red Flag, yang sangat sering kita temukan dalam Formula 1 di dunia nyata ketika terjadi insiden atau tabrakan yang sangat parah.
Kemudian mobil-mobil yang terkena overlap ketika periode Safety Car, masih belum bisa untuk mendahului Safety Car demi mengejar ketertinggalan lap mereka. Hal tersebut membuat jika Safety Car muncul ketika kamu sudah terkena overlap, maka balapan kamu akan hancur dan kamu pasti tidak bisa mengejar mobil-mobil lain.
Padahal kedua hal tersebut adalah persoalan mendasar, dan sudah menjadi aturan resmi dari balapan Formula 1 sejak dahulu kala. Sayangnya Codemasters dan EA Sports gagal mengimplementasikan hal tersebut, dan menambah nilai negatif yang game ini miliki.
***
Kehilangan arah mungkin adalah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan game ini. Sadar akan meningkatnya popularitas Formula 1 berkat serial Netflix berjudul Drive to Survive, membuat game ini justru mengejar elemen-elemen di luar trek lewat fitur F1 Life atau supercars.
Unsur-unsur dalam sirkuit yang menjadi nyawa dari olahraga ini, justru terkesan diacuhkan sama sekali. Hal tersbut terlihat dari minimnya improvement dalam fitur single player, serta dua aturan sederhana yang harusnya Codemasters dan EA Sports terapkan.
Perubahan besar dari segi gameplay, menjadi penyelamat dari game ini. Setidaknya hal tersebut memberikan nuansa serta rasa baru bagi game ini. Setelah baca review game KINCIR ini, apakah hal tersebut dan pro serta kontra F1 22 bisa menjamin jika game ini mampu bertahan lama? Share pendapat kamu di kolom komentar ya!