** Ulasan Final Fantasy VII Remake ini ditulis dengan memainkan copy resmi yang diberikan oleh Sony Interactive Entertainment. Sesuai permintaan dari pihak terkait, kami pun akan membahas semuanya tanpa adanya spoiler dari segi alur cerita.
Di luar kesialan yang melanda dunia beserta umat manusia saat ini, harus diakui 2020 merupakan tahun yang sangat penting bagi para gamer di seluruh dunia. Selain akan hadirnya PS5 dan Xbox Series X sebagai konsol generasi baru, tahun ini juga menandakan perilisan game-game baru yang telah lama dinantikan. Final Fantasy VII Remake adalah salah satu contohnya.
Sesuai dengan embel-embel “remake” yang ada di judulnya, Final Fantasy VII Remake merupakan versi daur ulang dari game JRPG mahakarya Square Enix yang sangat populer di masanya. Ceritanya yang sangat mendalam serta gameplay menarik khas JRPG-nya pun membuat Final Fantasy VII diakui sebagai salah satu game terbaik sepanjang masa.
Penggemar Final Fantasy VII tentu merasa sangat antusias dengan hadirnya versi remake. Pastinya mereka sangat menunggu bagaimana game yang pertama kali diperkenalkan pada ajang E3 2015 ini mampu memenuhi ekspektasi “veteran” Final Fantasy. Sedikit bocoran, seperti yang mungkin sudah kalian telusuri di dunia maya, Final Fantasy VII Remake terbilang sukses besar sebagai game remake berdasarkan ulasan positif dari kritikus.
Namun, sisi lain, bagaimana dengan gamer yang benar-benar asing dengan semesta Final Fantasy, tapi penasaran dengan hype gila-gilaan Final Fantasy VII Remake? Apakah game ini bisa membuat mereka yang awam merasa terhibur hingga tenggelam dengan segala yang disajikan di dalam game tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kami pun akan mengulas Final Fantasy VII Remake berdasarkan sudut pandang mereka yang buta maupun masih “junior” dengan semesta Final Fantasy. Biar enggak panjang lebar di sini, langsung aja simak ulasannya di bawah ini!
Linieritas dalam Arti Positif
Sebagai game yang beralih dari format JRPG menjadi action RPG, harus diakui Final Fantasy adalah game yang bersifat linier. Secara mekanik, game ini tampak mirip dengan Final Fantasy XV yang sama-sama hadir dengan sistem hack and slash dengan sedikit elemen taktikal. Namun, terdapat perbedaan yang cukup mencolok, yakni absennya format open world pada Final Fantasy VII Remake.
Yap, absennya sistem ini berarti minimnya elemen eksplorasi. Semuanya akan terasa sangat straight-forward dengan tugas utama pemain sebagai sang jagoan untuk mengalahkan musuh, mengikuti jalan cerita, dan membuat karakter makin kuat untuk menuntaskan game ini secara keseluruhan.
Kondisi ini pun berpotensi memunculkan rasa jenuh dengan linieritas yang biasanya berujung pada repetisi, penyakit yang sering muncul pada game ARPG. Rasa jenuh pun jadi akan lebih terasa bagi pemain yang memang tidak punya ikatan emosional dengan game yang dimainkannya.
Kabar baiknya, kalian enggak akan merasakan hal tersebut di Final Fantasy VII Remake. Memang pada awalnya, gameplay terasa begitu linier. Namun, Square Enix mengakalinya dengan beberapa hal, seperti salah satunya dengan menghadirkan misi sampingan yang mau tak mau mendorong pemain untuk bereksplorasi.
Di satu sisi, misi sampingan yang kalian dapatkan sebenarnya juga bersifat linier. Variasinya terbilang minim dengan hanya melakukan hal-hal seperti membunuh monster, mengambil item, dan berinteraksi dengan NPC. Namun, di sisi lain hal inilah yang bikin game jadi terasa lebih hidup sebagai RPG.
Secara keseluruhan, linieritas yang dibawa oleh Final Fantasy VII Remake termasuk dalam hal positif. Kalau kalian pernah main God of War (2018), sensasi liniernya enggak jauh berbeda. Yap, kedua game ini berhasil membuat linieritas menjadi hal yang positif berkat menonjolnya dua aspek penting, yakni alur cerita dan penokohan.
Kisah yang Sangat Menyentuh
Yap, sama seperti God of War, Final Fantasy VII Remake adalah game dengan cerita yang sangat mendalam sekaligus menyentuh. Saking menyentuhnya, gamer yang asing dengan semesta Final Fantasy pun jadi penasaran dan jadi ingin mengikuti kisahnya secara keseluruhan.
Final Fantasy VII Remake membawa premis simpel kebaikan melawan kejahatan. Organisasi bernama Avalanche yang mengklaim dirinya sebagai “aktivis lingkungan” menjadi pihak protagonis. Sedangkan pihak antagonis adalah Shinra, perusahaan raksasa yang memonopoli Mako, sumber energi di planet, demi profit.
Kalian pun akan memainkan karakter bernama Cloud Strife, seorang prajurit bayaran yang bekerja untuk Avalanche. Di sinilah semuanya jadi menarik. Cloud yang tadinya hanya peduli dengan uang, lambat laun mulai “menyatu” dengan Avalanche karena terikat dengan masa lalu, hingga jadi termotivasi untuk menghancurkan Shinra.
Cara Square Enix menyajikan cerita pun dijamin membuat kalian ikut merasakan apa yang Cloud rasakan sepanjang game. Cutscene bisa dikatakan jadi kunci penting dari semuanya. Adegan demi adegan dibuat begitu detail dengan dialog yang menyentuh sehingga kalian pun jadi ikut “terseret” ke dalam cerita.
Penyajian cut-scene pun enggak dibuat monoton. Jadi, Square Enix enggak cuma menyisipkan adegan tiap kali pertarungan selesai. Momen pertarungan atau aksi pun diselipkan cutscene sehingga kita sebagai pemain makin merasa seperti ikut terlibat dalam apa yang dirasakan oleh para karakter di dalam game.
Hadirnya cutscene juga menjadikan cerita jadi lebih hidup. Terlebih jika dibandingkan dengan game orisinalnya yang hanya mengandalkan sprite untuk memaparkan dialog antar karakter. Memang dalam beberapa adegan, dialog yang ditampilkan terkesan klise. Namun, klise tersebut masih dalam batas wajar standar JRPG yang enggak bisa dimungkiri sarat akan dialog atau jokes receh.
Karakter yang Bikin Simpatik
Keistimewaan Final Fantasy VII Remake dari segi naratif bukan cuma kuat di penyajian cerita. Penokohan lah yang bikin game ini terasa begitu charming sehingga karakter-karakter yang ada, khususnya yang pemain gunakan sepanjang game, jadi begitu lekat.
Sebagai penulis cerita Final Fantasy VII Remake, harus diakui Kazushige Nojima berhasil menjalankan tugasnya dengan sangat baik sebagai penulis scenario game ini. Bukan hanya berhasil menyihir pemain dengan alur cerita yang menawan, Nojima juga sukses membuat karakter-karakter ciptaan Tetsuya Nomura jadi lebih hidup.
Bukan cuma soal Cloud, Tifa, dan Aerith, Final Fantasy VII Remake juga membuat karakter utama lain punya peran yang sangat penting dalam cerita. Hampir semua karakter utama diberikan backstory atau kisahnya tersendiri. Hal ini pun membuat motivasi para karakter jadi sangat kuat sehingga pemain jadi relate dan bahkan ikut “berjuang” untuk memenuhi impian mereka.
Ambil contoh Barrett, bos Avalanche yang impulsif. Sebagai pemimpin, motivasinya untuk menjatuhkan Shinra demi kepentingan orang banyak sangatlah kuat. Namun, di satu sisi dia juga harus menjadi seorang figur ayah yang baik hingga sifat berapi-apinya pun pudar saat bertemu anaknya, Marlene. Interaksi antarkarakter ini pun jadi salah satu momen paling menyentuh di dalam game.
Selain itu, konflik yang terjadi di dalam diri Tifa juga digambarkan sangat baik. Sebagai salah satu tokoh penting di Avalanche, dia sebenarnya ragu dengan apa yang dijalaninya. Intrik pun makin terasa dengan bagaimana dia harus memotivasi Cloud untuk terus berjuang demi Avalanche, padahal dia sendiri juga merasa tidak yakin.
Sebenarnya, masih ada banyak karakter lain yang juga mendapat porsi serupa dari segi penokohan. Khususnya Jessie yang di awal-awal game dapat sorotan karena selalu mencoba menggoda Cloud. Namun, akan memakan banyak waktu jika harus menjelaskan semuanya. Lagipula, penulis bisa menjamin kalian tidak akan merasa kecewa dengan aspek unggulan Final Fantasy VII Remake yang satu ini.
Sejujurnya, penulis sudah hampir berada dalam titik “tidak ingin melanjutkan game” karena alur dan gameplay yang cenderung linier di awal game. Namun, pada akhirnya, rasa semangat muncul seiring progres game yang makin mengeksplorasi karakter-karakter yang ada. Seperti yang sudah disinggung di atas, motivasi para karakter seakan masuk ke dalam diri sehingga rasanya seperti kita sendirilah yang menjadi karakter di dalam game.
Satu hal lagi yang bikin penokohan terasa begitu mendalam adalah performa pengisi suara (versi bahasa Inggris yang kami coba). Harus diakui, di satu sisi dialog yang ditampilkan kadang terasa klise. Suara desahan karakter yang terasa canggung juga jadi poin yang cukup mengganggu. Namun, di satu sisi, para pengisi suara terdengar sangat total sehingga karakter terasa lebih hidup.
Kombinasi Apik Gameplay Klasik dan Kekinian
Kalau kalian suka game action atau hack and slash, Final Fantasy VII Remake bisa bikin kalian kepincut. Sebab, sistem tarungnya enggak cuma asal pukul-pukulan. Kalian bakal dituntut untuk taktis dan strategis jika tidak ingin mati secara tak terduga.
Memang, di misi-misi awal semuanya terasa mudah. Kalian pun bisa membuat Cloud seakan tidak tersentuh sama sekali meski cuma asal pukul. Namun, tingkat kesulitan mulai terasa setelah menuntaskan beberapa chapter. Apalagi jika kalian memainkannya di tingkat kesulitan “Normal”.
Nah, di situasi inilah kalian sudah harus menggunakan fitur-fitur pertarungan yang bisa dikatakan kombinasi antara sistem tarung kekinian dan klasik ala JRPG. Memang pada awalnya sistem ini terlihat ribet, tapi sebenarnya mudah dipahami dan rewarding setelah kalian paham seluk beluknya.
Semua itu bisa dilakukan berkat sistem ATB (Active Time Battle) yang kini lebih bersahabat dan mudah dipahami dibanding sebelumnya. Buat kalian yang masih awal, sistem ATB memungkinkan kalian bisa menggunakan skill, special attack, atau perintah lain saat sedang menyerang musuh.
Hal lainnya yang harus kalian perhatikan dari Final Fantasy VII Remake adalah sistem tarung party-nya. Kalian jadi bisa menggunakan lebih dari satu karakter saat pertarungan berlangsung. Memang di luar pertarungan, Cloud adalah karakter yang akan kalian kendalikan terus. Namun, kalian diberi kesempatan mengganti karakter, entah itu Tifa, Barrett, atau Aerith, saat pertarungan dimulai.
Menariknya, “menggunakan” yang kami maksud bukan cuma ganti karakter. Jadi, saat kalian bertarung dengan Cloud, sistem party di Final Fantasy VII Remake memungkinkan kalian untuk mengendalikan karakter dalam party untuk melakukan serangan maupun perintah lain seperti healing.
Memang secara sekilas, sistem tarung ini tampak serupa dengan Final Fantasy XV. Namun, harus diakui sistem tarung Final Fantasy VII Remake merupakan penyempurnaan yang sukses besar karena mampu meleburkan elemen hack and slash dengan sistem tarung JRPG tanpa membuatnya terasa setengah jadi seperti FFXV.
Sistem Materia yang Nagih
Meski sedikit tertutupi sistem tarungnya yang khas, jangan lupakan bahwa Final Fantasy VII Remake tetaplah sebuah game role-playing. Artinya, kalian harus membuat karakter makin kuat dengan memanfaatkan segala hal yang ada.
Memang ada beberapa elemen khas RPG yang akan kalian dapatkan di game ini. Misalkan sistem upgrade senjata dan karakter melalui peningkatan level. Di antara semua itu, sistem “Materia” lah yang menjadi elemen RPG yang akan kalian nikmati di game ini.
Di semesta Final Fantasy, Materia merupakan sebuah item dengan wujud seperti bola kristal yang memiliki kemampuan sihir. Materia pun bisa digunakan untuk memberi buff status, skill baru, dan spell tambahan jika dimasukkan ke dalam senjata. Senjata atau armor yang kalian gunakan pun bisa menggunakan beberapa Materia. Slot-nya pun bisa diperbanyak dengan memanfaatkan skill point (SP) di tiap senjata.
Menariknya, Materia ini juga punya sistem sinergi yang tak tertulis. Jadi, ada beberapa Materia yang bakal cocok jika digunakan dengan Materia lain. Kemampuannya pun bisa disesuaikan dengan kebutuhan dalam party. Makanya, kalian jadi bisa bereksperimen dengan kemampuan bawaan dari tiap Materia untuk digunakan di dalam pertarungan.
Materia ini pun tidak hanya bisa kalian berikan pada karakter Cloud yang kalian gunakan. Karakter lain dalam party pun juga bisa kalian berikan Materia sesuai dengan kebutuhan. Di sinilah kalian bisa bereksperimen lebih jauh agar bisa menemukan sinergi yang tepat sehingga musuh pun bisa dikalahkan dengan mudah.
Memang pada awalnya sinergi ini ini tidak begitu terasa dan dibutuhkan. Namun, sistem ini jadi terasa seperti kebutuhan saat kalian sudah melawan musuh yang kuat dan tidak bisa dikalahkan dengan asal pukul saja.
***
Harus kami akui, Final Fantasy VII Remake adalah game yang penuh keajaiban. Sebagai remake, game ini terbilang sukses besar karena mampu memuaskan para penggemar setia semesta Final Fantasy dengan segala inovasi yang ditawarkan tanpa harus menodai “kesucian” material orisinalnya.
Di sisi lain, Final Fantasy VII Remake juga bisa jadi mainan baru yang menyenangkan bagi para gamer awam. Game ini justru bisa jadi momen “kenalan” yang tepat dengan semesta Final Fantasy dengan penyajian cerita serta penokohan yang begitu memikat.
Dari semua yang telah dijelaskan secara gamblang di atas, kami pun memutuskan untuk memberi nilai sempurna bagi Final Fantasy VII Remake. Mungkin banyak yang menganggap nilai ini berlebihan. Kami pun mengakui ada beberapa kekurangan yang terasa di game ini. Namun, kekurangan ini sebenarnya bersifat minor dan mampu ditutupi dengan keunggulan-keunggulan yang ada.
Makanya, baik buat para penggemar Final Fantasy maupun gamer biasa, Final Fantasy VII Remake adalah game yang hukumnya wajib banget masuk ke dalam wishlist. Apalagi jika melihat momen saat ini. Jika kalian merasa jenuh karena harus beraktivitas di rumah, kami jamin game ini dapat mengatasi rasa bosan sehingga membuat hari-hari kalian di rumah makin berwarna.
Bagaimana tanggapan kalian mengenai Final Fantasy VII Remake? Apakah kalian sudah memainkannya dan setuju dengan nilai yang kami berikan? Ataukah justru kalian merasa nilainya terlalu tinggi? Yuk kita diskusi bareng di kolom komentar. Jangan lupa juga untuk baca KINCIR karena masih ada pembahasan menarik lainnya seputar Final Fantasy VII Remake serta ulasan game selanjutnya!