Apa yang sebenarnya terjadi dengan Activision Blizzard? Cek fakta-faktanya di artikel ini!
Pada akhir Juli 2021, industri video game dihebohkan oleh mencuatnya kasus pelecehan seksual yang terjadi di kantor perusahaan game termuka, yaitu Activision Blizzard. Kasus ini muncul pada akhir Juli setelah Department of Fair Employment and Housing melayangkan gugatan kepada Blizzard Entertainment dan Activision Blizzard selaku pemiliknya.
Saat ini Activision Blizzard, khususnya beberapa petingginya, tengah berurusan di ranah hukum akibat dugaan kasus pelecehan seksual serta perlakuan diskriminatif ke karyawannya. Kasus ini menguak ternyata karyawan wanita di sana kerap menjadi sasaran pelecehan seksual, gaji yang tidak setara, dan banyak hal lainnya.
Sekarang KINCIR akan memberikan kepada kalian fakta-fakta dari kasus hukum Activision Blizzard ini.
Fakta-Fakta Kasus Pelecehan Seksual Activision Blizzard
“Seperti Kehidupan Begajulan Anak Kuliahan”
Kasus ini muncul ke permukaan setelah adanya gugatan yang dilayangkan oleh Department Fair Employment and Housing (DFEH – red: Dinas Ketenagakerjaan Negara Bagian California, Amerika Serikat) pada 20 Juli 2021.
Gugatan ini dilayangkan setelah departemen tersebut melakukan investigasi selama kurang lebih dua tahun. Kasus yang ada di gugatan ini adalah pembayaran gaji yang tidak setara dan pelecehan seksual yang diterima oleh karyawan wanita.
Dalam gugatannya, DFEH mengibaratkan budaya kerja di Activision Blizzard seperti budaya “frat house” dengan mayoritas karyawannya (terutama cowok), yang diibaratkan sebagai “frat boy“.
Lalu, sebenarnya apa maksud dari istilah “frat boy“? Mengacu pada kamus Cambridge, “frat boy” diartikan sebagai bagian dari fraternity, yakni organisasi persaudaraan dan kekeluargaan cowok dalam kehidupan kampus di Amerika Serikat.
Nah, istilah “frat boy” ini jadi bernada negatif karena diibaratkan sebagai anak tongkrongan yang begajulan, suka minum-minum, dan berteriak-teriak tanpa sebab. Mereka biasanya suka berpesta di asrama khusus kekeluargaan yang di Amerika Serikat disebut sebagai “frat house“.
Jadi Pemandangan Sehari-hari di Kantor
Ya, “frat boy” dalam kasus Activision Blizzard ini bisa diibaratkan mewakili budaya patriarki dan seksis oknum pegawai cowok, yang kebanyakan berpangkat tinggi. Ironisnya, budaya ini sudah mengakar kuat dan seperti dianggap normal, sehingga banyak pegawai cewek yang mendapat perlakuan buruk, seperti pelecehan atau perlakuan tak adil.
Salah satu contoh kasus yang terjadi adalah di ruang ibu menyusui yang sama sekali tidak bisa dikunci. Seorang korban menjelaskan ada beberapa cowok yang masuk ke ruangan tersebut untuk melihat dirinya sedang menyusui anaknya. Ada juga laporan soal kamera pengawas di toilet wanita yang ternyata telah diinvestigasi 3 tahun lalu.
DFEH juga melaporkan bahwa jadi hal yang normal di sana untuk mengomentari payudara wanita, hingga jokes tentang rudapaksa. Saking parahnya, tindakan-tindakan bejat tersebut seakan sudah jadi pemandangan sehari-hari di kantor.
Bukan cuma mereka yang sudah menjadi karyawan, calon karyawan baru pun turut merasakan kelakuan bejat oknum pekerja di Activision Blizzard. Seorang peneliti keamanan bernama Emily Mitchell diganjar pertanyaan-pertanyaan yang diskriminatif dan menjurus ke arah seksual saat mengunjungi booth Blizzard di sebuah job fair.
Lucunya, budaya “frat boy” ternyata juga sesuai dengan harfiahnya. Beberapa karyawan cowok di Activision Blizzard dilaporkan kerap meminum minuman keras hingga mabuk, dan tentunya melakukan pelecehan kepada karyawan wanita.
Forbes juga melaporkan ada kasus seorang karyawati yang kerap menjadi korban pelecehan melakukan bunuh diri ketika melakukan perjalanan bisnis dengan supervisor-nya yang seorang cowok. Beberapa info mengatakan sang pengawas cowok ini membawa sex toys dan barang seksual lain ketika melakukan perjalanan bisnis dengan karyawati tersebut.
Alex Afrasiabi dan J. Allen Brack, si Dua “Bos Terakhir”
Ada beberapa petinggi Activision Blizzard menjadi sorotan di kasus ini. Direktur Kreatif Senior World of Warcraft, Alex Afrasiabi, menjadi sosok yang jika diibaratkan adalah “bos terakhir” dalam kasus ini karena saking parahnya tindak pelecehan yang dilakukannya.
Afriasibi disebut kerap melakukan pelecehan secara terang-terangan. Dalam gelaran BlizzCon, Afrasiabi sering memukul karyawan wanita, mengatakan kepadanya bahwa dia ingin menikahi mereka, mencoba mencium mereka, dan merangkul mereka secara paksa.
Kelakuan bejat Afriasibi sebenarnya sudah pernah dilaporkan ke (mantan) bos besar Activision Blizzard, J. Allen Brack. Namun, Brack dituding tidak menanggapi laporan dan komplain tersebut secara serius.
Makanya, nama Brack juga ikut tercoreng dalam kasus ini meski tidak disebutkan melakukan tindak pelecehan secara langsung. Pasalnya, dia dianggap membiarkan kasus-kasus yang sebenarnya tampak jelas di depan mata meski sebenarnya paham betul dengan situasi “genting” di kantornya tersebut.
Brack juga mendapatkan kritikan berat setelah munculnya video saat dia dan Afrasiabi tertawa ketika munculnya pertanyaan soal karakter cewek terbaru dari World of Warcraft yang tidak terlalu menonjolkan kesan ‘seksi’ pada acara BlizzCon 2010. Afrasiabi ternyata diketahui telah resmi didepak dari Activision Blizzard sejak 2020.
Pada 3 Agustus 2021, saat kasus ini masih berjalan, Brack sebagai bos besar akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dengan alasan “ingin mengejar peluang baru”. Namun, banyak yang menduga alasan utama mundurnya Brack karena tekanan yang sangat berat akibat kasus hukum perusahaannya.
Pembelaan Diri yang “Menjijikkan”
Hanya butuh waktu sehari bagi Activision Blizzard untuk mengeluarkan sanggahan soal huru-hara kasus pelecehan ini. Intinya, mereka tidak berkenan dengan gugatan yang dilayangkan oleh departemen tersebut. Gugatan ini dinilai mereka terkesan terburu-buru dan tidak akurat serta gagal untuk menjalankan diskusi yang baik terlebih dahulu.
Pernyataan dari Activision Blizzard ini menimbulkan kekecewaan dari karyawan. Hal ini membuat munculnya surat internal berupa kritik terhadap pernyataan resmi perusahaan yang ditanda tangani oleh sekitar 2.000 karyawan di Activision Blizzard.
Para karyawan menilai jika pernyataan yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah “menjijikkan dan menghina”. Selain itu, karyawan juga menyatakan sudah tidak memiliki kepercayaan terhadap para pemimpin perusahaan.
Pada 22 Juli 2021, Brack sebagai bos besar mengirimkan surel kepada karyawan di perusahaannya yang menyebutkan bahwa kasus yang ada di gugatan tersebut tidak bisa diterima. Dia juga mengatakan dirinya akan membahas malasah ini dengan karyawan untuk memajukan perusahaan.
Di hari yang sama, Eksekutif Activision Blizzard, Frances Townsend, mengirimkan email kepada staf internal Blizzard. Surat yang dikirimkan memiliki isi yang bertolak belakang dengan yang dikirimkan oleh Brack. Hal ini membuat karyawan dari perusahaan ini semakin mantap untuk melakukan aksi protes kepada Activision Blizzard dengan melakukan pemogokan.
Aksi Mogok yang Mendapat Dukungan “Tetangga Sebelah”
Pada 27 Juli 2021, karyawan dari Activision Blizzard memutuskan untuk melakukan aksi mogok sebagai bentuk protes kepada kepemimpinan dari perusahaan yang membiarkan kasus pelecehan dan diskriminasi terjadi. Ini juga merupakan bentuk dukungan terhadap gugatan yang dilayangkan oleh DFEH kepada Activision Blizzard.
Aksi mogok karyawan Activision Blizzard mendapat dukungan dari aliansi karyawan Ubisoft. Sekitar 500-an karyawan Ubisoft menandatangi surat sebagai bentuk solidaritas kepada karyawan Activision Blizzard yang melakukan pemogokan. Selain itu, surat ini mencantumkan kekecewaan mereka kepada Ubisoft terhadap penangan kasus pelanggaran seksual yang terjadi tahun lalu.
Kembali ke pembahasan utama, dalam aksi mogoknya, karyawan dari Activision Blizzard juga mengeluarkan surat tuntutan yang berisi empat poin utama yang intinya menuntut komitmen serta tindakan tegas perusahaan terhadap oknum pelaku pelecehan. Para karyawan juga mengharapkan kebijakan yang lebih adil dan merata terhadap semua karyawan di masa depan.
Kabar baiknya, Activision Blizzard terlihat mendukung tuntutan tersebut. CEO perusahaan, Bobby Kotick, mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebutkan bahwa pernyataan awal perusahaan terhadap kasus ini tidak memedulikan perasaan karyawan. Dia juga menjanjikan tindakan cepat dan mengatakan tidak ada tempat untuk “diskriminasi, pelecehan, dan perlakuan tidak adil dalam bentuk apapun”.
Selain itu, perusahaan juga mengeluarkan kebijakan “cuti berbayar” kepada karyawan yang melakukan aksi mogok. Hal ini dianggap sebagai bentuk komitmen dan kepedulian Activision Blizzard terhadap tuntutan karyawan serta penuntasan kasus ini.
Namun, aliansi karyawan yang tergabung dalam ABK Workers Alliance menyatakan ketidak puasan mereka terhadap respons Kotick. Menurut mereka, Kotick kurang peka karena tidak benar-benar merespons tuntutan karyawan, khususnya empat poin yang dijelaskan di atas.
Selain itu, ABK kecewa terhadap keputusan Kotick yang menjadikan firma hukum WilmerHale sebagai kuasa hukum perusahaan. Menurut mereka, WilmerHale “lebih membela yang kaya dan punya kuasa” karena punya riwayat buruk mencegah karyawan Amazon untuk melakukan perserikatan.
Bagaimana Nasib Game-game Activision Blizzard?
Kasus hukum yang melanda Activision Blizzard pun memicu rasa waswas para penggemarnya. Mereka pun bertanya-tanya bagaimana kelanjutan game-game seperti World of Warcraft atau Diablo.
Pada 25 Juli 2021, Senior System Designer Jeff Hamilton mengatakan bahwa tidak ada progres di pengembangan World of Warcraft saat bergolaknya kasus ini. Hamilton menilai kasus ini tidak memberikan keuntungan apa pun terhadap pemain, pengembang atau pemegang saham.
OK. I’m still hopeful my team will make a statement, but Activision’s statement was terrible, so here's what I believe. I know many of my colleagues believe this as well:
— Jeff Hamilton 💙 (@JeffAHamilton) July 25, 2021
Selanjutnya, dia meminta kasus ini ditangani dengan serius serta kepercayaan yang tinggi serta siapa pun yang bersalah berhak dikeluarkan dari perusahaan dan diinvestigasi lebih lanjut karena kasus kriminal.
Pada 27 Juli 2021, tim World of Warcraft memberikan pernyataan resmi pertama mereka setelah bergulirnya kasus hukum yang menyeret Activision Blizzard. Mereka mengatakan akan menghapus referensi yang tidak pantas di dalam game-game WoW. Namun, pihak WoW tidak memberikan rinci referensi tidak pantas yang mereka maksud.
***
Itulah dia beberapa fakta penting dari kasus pelecehan seksual dan diskriminasi yang terjadi di lingkungan kerja Activision Blizzard. Bagaimana tanggapan kalian soal kasus ini? Ikuti terus perkembangan terbaru dari industri video game cuma di KINCIR!